5.

8.6K 886 28
                                    

Arletta tidak pernah menduga jika dirinya akan tenggelam dalam pelukan seorang Duke Wilton. Pria itu membawanya memasuki kereta kuda, mendudukkan Arletta begitu lembut di sana. Tanpa berkata, Duke Wilton mengambil sebuah kotak berisi obat-obatan dari kolong kursi.

"Berbaliklah!" perintah Duke Wilton ketika kereta kuda mulai bergerak.

Tersentak, Arletta menurut begitu saja. Ia hanya bisa menunduk dalam, tidak berani memandang wajah pria itu. Namun, sedetik kemudian Arletta dibuat tersentak ketika gaunnya sengaja diturunkan dari belakang. Secara otomatis, Arletta menahan kain di dadanya agar tidak melorot.

"Lepaskan korsetmu!"

Arletta semakin tersentak. Rasa kejut menghadiahinya debaran jantung menggila. Gadis itu beringsut, memojokkan diri dengan memasang sikap siaga pada Duke Wilton.

"A-apa yang Anda-"

"Aku akan mengobati lukamu. Jangan berpikir macam-macam dan segera lakukan perintahku sebelum aku berubah pikiran membuangmu lagi ke kandang bersama para sampah tadi."

Tubuh Arletta menegang, gadis itu kembali bergerak memunggungi Duke Wilton. Wajahnya memanas, agaknya sudah berubah merah padam. Meski Duke Wilton tidak berpikiran macam-macam, tetap saja ini adalah kali pertama Arletta membuka pakaian di hadapan seorang pria.

Kali ini, Arletta cukup patuh. Ia harus mendapatkan kepercayaan pria itu. Toh, dia bukan tipikal pria brengsek sampai ke tulang seperti Marquess Burton dan Keluarga Davies.

Nyatanya, meski tapi korset tai berada tepat di depan Duke Wilton, pria itu tetap meminta Arletta membukanya sendiri. Setelah terbuka, tubuh Arletta merasa lega karena himpitan di tubuhnya melonggar. Arletta kembali memposisikan tangannya menahan kain di dadanya agar tidak melorot.

Berguyur angin malam yang sesekali menyapa lembut dan disempurnakan debaran jantung menggila. Tubuh Arletta memanas. Terlebih, setruman tak kasat mata membuat tubuhnya menegang ketika merasakan usapan lembut dari kulit tangan orang lain.

"Jika sakit, bilang saja." Duke Wilton benar-benar mengoleskan obat pada luka Arletta.

Gadis itu sesekali menahan rintihan ketika tangan besar pria itu mengoleskan salep pada luka yang belum mengering.

"Apakah mereka sering menyiksamu seperti ini?" tanya Duke Wilton dengan tatapan tak lekang dari penampakan mengerikan punggung Arletta.

Jelas, siapa yang menyangka ada seorang wanita memiliki luka berat sekelas jenderal perang? Tidak yakin, apakah setelah kering lukanya bisa sembuh tanpa meninggalkan bekas.

"Jika saya salah atau ayah sedang tidak dalam kondisi emosi yang baik, Duke."

"Lukamu bahkan jauh lebih mengerikan daripada prajurit perang."

Mendengar komentar Duke Wilton, Arletta hanya bisa menggigit bibir bawahnya. Tidak tahu harus membalas bagaimana. Keheningan menyelimuti mereka sampai pria itu usai mengobati punggung Arletta.

"Lepaskan bajumu!" perintah Duke Wilton yang kembali membuat Arletta membelalakkan mata.

Wanita itu menatap horor pada Duke tanpa ia sadari. "Me-melepaskan pakaian?"

Duke Wilton tidak langsung menjawab, pria itu malah melepaskan jubah hitam besarnya, membuat Arletta melihat pria itu hanya tinggal mengenakan setelan kemeja putih dan celana bahan. Duke Wilton membalas tatapan terkejut Arletta dengan kerutan di dahinya.

"Berhentilah berpikir macam-macam, Lady. Aku tidak akan menyetubuhimu dengan tubuh penuh luka seperti itu."

Perkataan frontal Duke Wilton itu membuat kedua bola mata Arletta nyaris meloncat keluar. Wanita itu tergagap, tidak menyangka pria dingin akan berkata sejelas itu. Kedua pipinya memanas, meruntuki pikirannya sendiri yang terlalu mudah dibaca sehingga mempermalukan diri sendiri.

I Choose The Villain DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang