Episode 1 : Beiyao

161 16 1
                                    

"Buang saja ke desa terpencil." Sorot matanya memperlihatkan kebencian besar.

"Tidak, tidak, haha, tolong jangan buang saya, bu! Saya bisa melakukan apapun, apakah aku harus menjilat sepatu mu?" Gadis itu memohon, meraih hanfu wanita berwajah keji dan menariknya, serta merta meminta untuk tidak dibuang ke desa yang berisikan kaum bringas haus darah.

Tak dipedulikannya hal tersebut oleh wanita tua itu. Justru menatap jijik dan merobek hanfu miliknya yang rasanya telah diberi najis oleh gadis muda itu.

Para algojo kediaman, menyeret gadis itu dengan satu tangan. Gadis itu terus meronta-ronta, hingga tubuhnya dilempar oleh orang-orang itu ke dalam kereta pengangkut babi.

Air mata tak terbendung. Tangisan menemani gemerisik angin malam. Ia putus asa.

"Tuhan, duniaku kenapa jelek sekali. Apakah kau benci denganku yang menyusahkan. Aku tidak pernah mau mengambil posisi ketuhanan mu. Jika kau tuhan, berikan bukti kalau kau tuhan."

Belum sampai di desa tersebut, gadis itu sudah tak bernyawa di dalam kereta yang masih berjalan.

Sementara itu, abad ke-25 ...

"Lapor komandan, gedung bataliyon 97 berhasil diledakkan, sesuai perintah."
Pria muda berambut putih dengan blazer hitam, berdiri di atas gedung seraya menonton santai peristiwa ledakan bom didepannya.

Handphone yang ditempel ditelinganya mengeluarkan bunyi seorang perempuan muda. Suara manis yang layak didengar.

"Bagus. Pukul sebelas tiga puluh, jatuhkan rudalnya di teluk belanga yang dekat dengan gedung pencakar langit tempat pelelangan."

Manis apanya? Isi suaranya lebih keji dari yang diketahui.

"Baik!"

Kota Velbei, timur laut.

Seonggok pintu lapuk sebuah kamar kos ditendang keras oleh kumpulan polisi beserta tentara bersenjata.

"ANGKAT TANGAN!" ujar mereka sambil mengacungkan senapan, ke seorang gadis yang tengah duduk di kursi putar.

"Kalian siapa menyuruhku untuk angkat tangan?" jawab seorang gadis manis berkuncir kuda yang berusia berkisar 16 tahun, dengan tampang lugu.

Tak kenal siapa orangnya, manusia berseragam itu menembakkan peluru-peluru yang melayang ke arah gadis cilik itu, menimbulkan asap tebal karena mengusik debu yang telah lama tak dibersihkan.

Semua anggota berseragam, menurunkan senjatanya. Menganggap situasi tenang, tak ada musuh. Dan menganggap gadis abu-abu itu telah musnah.

Kabut hilang, gadis itu pun hilang. Dimana mayatnya? Tidak mungkin mati dan ditelan bumi. Penggeledahan dimulai. Satu tentara berlari menuju ventilasi kamar dan melihat ke bawah dari kamar yang berada di lantai dua.

"DIA DI SANA!"

Kaburnya sudah jauh. Tapi satu sniper mengambil alih. Dia membidik layaknya akan menghunuskan panah ke arah kelinci. Dan ... Dor! Tepat sasaran. Sniper menembak kakinya.

Gadis itu jatuh tersungkur di aspal gang kecil.
Tentara itu mengarahkan senapannya ke kepala gadis itu. "Sayang sekali masa muda mu dihabiskan dengan seperti ini, Yue. Atau ... Harus ku panggil nona Beiyao?" ujar tentara itu.

"Aku punya dendam terhadap semua manusia paman, terutama bawahan dari tikus-tikus seperti kalian," jawab gadis itu songong, walau ia masih meringis kesakitan.

Tentara itu menatapnya kesal. Lalu menembak ubun-ubun gadis itu
"Kau sangat berbahaya," ujarnya.

Siapa itu Beiyao? Anak berumur 16 tahun? Kenapa dia menjadi buronan polisi, bahkan tentara?

Kembali ke awal. Dinasti Ming abad sepuluh, nampak seorang gadis dengan luka di sekujur tubuhnya, sedang tidur di atas jerami babi. Gadis itu terbangun karena ada batu besar yang mengguncang keretanya.

"Ukh ... "

"Bang*at, sakit banget," ujar gadis itu.

"Kejutan apalagi ini? Kandang babi? Kenapa tempat ini bau bangkai?" Gadis itu menoleh kesana kemari dan mengintip keluar dari kereta pengangkut babi itu.

"Wah sialan. Habis ditembak malah jatuh ke sini," kutuk gadis itu.

"Hiss. Kenapa jadi banyak luk - ka ... AAKKH!"

"DIAM JAL*NG!"

Gadis itu langsung terdiam.

'Astaga astaga. Ini kenapa? Aku di mana??' Ia menarik nafasnya dalam dalam dan berusaha menjernihkan pikirannya.

'Oke. Pertama-tama, kita ingat dulu identitas ku. Nama ku Kin Beiyao, manusia tolol yang berambisi besar, mati karena ditembak, dan sekarang di kereta pengangkut babi?'

'Apa ku tanya saja pada pak supir baj*ngan yang menjalankan kereta ini? Tapi tadi dia sudah ngatain aku jal*ng!'

"Em, permisi pak, nama ku siapa ya?"

"Apa itu pak?? Apakah kau mengutuk ku hah!?" jawabnya dengan nada sedikit tinggi.

"T-tidak!"

'Pantek. Dia idiot ya? Baju apaan juga ini?'

"Kalau begitu, tuan, siapa nama ku?"

"Kau idiot ya? Apakah setelah dipukul, otak mu rusak? Kau itu seorang putri."

'Putri gundul mu!'

Lalu sekilas pria itu terkekeh meremehkan. "Aku lupa, kau bukan putri lagi. Kau hanya sampah kekaisaran."

'Sampah kekaisaran? Sebenarnya apa yang terjadi, dan ... Tubuh siapa ini?'

"Sekarang tahun berapa tuan."

"Hei, apakah kau hilang ingatan? Sekarang dinasti Ming tahun 901."

'Hah? 901? 901 Masehi?' Gadis itu terus bertanya-tanya apa yang terjadi. Kepalanya sangat sakit dan di sekujur tubuhnya terdapat luka luka hebat.

"A .. AKH!" Dia kembali kehilangan kesadarannya dan terbangun di sebuah ruang gelap.

"Apalagi ini?" Dia mengusap kepalanya yang teramat sakit.

"Tolong gantikan aku." Muncul sebuah suara di dalam ruang gelap itu.

"SIAPA KAU?!" teriak Beiyao

"Aku pemilik tubuh yang kau tempati."

"Kenapa aku bisa di sini, Kembalikan saja aku ke neraka!"

"Maaf, tidak bisa. Aku cukup memperkenalkan jati diri tubuh itu. Nama ku adalah Guan Beiyao, aku putri dari keluarga Guan terkaya di kekaisaran."

"Lalu? Aku tidak butuh itu! Aku tidak mau hidup lagi, kembalikan aku ke alam baka!"

"Sekarang kehidupan ku menjadi milik mu. Maaf sudah menyusahkan mu, tapi kedepannya masih banyak yang akan menyulitkan mu di dunia itu. Ku mohon, balaskan dendam ku dan ibu ku saja, waktu ku tidak akan lama. Jika kau tidak terbangun sekarang, maka kau akan sampai di desa terpencil yang berisikan kaum barbar."

"TAPI KENAPA HARUS AKU?"

Beiyao terbangun dan menatap sekeliling.
"Hiss. Sialan," ringisnya.

"Ini ingatan dari pemilik tubuh ini?" Perlahan, banyak memori yang terputar di dalam kepala Beiyao, lalu itu perlahan menghilang dari kepalanya.
'Sekarang aku paham apa yang terjadi dengan diri ku. Intinya aku memasuki dunia lain, dan memasuki tubuh orang lain yang bermartabat sebagai seorang putri, namanya adalah Beiyao seperti nama ku.'

"Hah ... Aku tidak habis pikir." Beiyao mengacak-acak rambutnya.

"Dan - apa-apaan rambut panjang ini? Kenapa sangat panjang?"

Beiyao menjatuhkan badannya ke tumpukan jerami itu dan memutuskan untuk tidur. 'Udah seperti ini. Mau bagaimana lagi ... '

Sang BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang