5. Gaji Pertama

245K 42.7K 21.9K
                                    


Hai hai hai! Selamat malam!

Gimana kabarnya temans? Baik-baik sajaaa? Atau sedang galau-galau ria?

Absen HADIR dulu biar mlehoy

Bintang dan komenmu semangatku

****

Luna masih belum turun dari mobil padahal Marvel sudah mengantarkannya sampai di depan rumah sejak sepuluh menit yang lalu. Hanya keheningan yang tercipta di antara mereka. Keduanya sama-sama membisu. Luna yang merasa sangat bersalah itu mencoba untuk menurunkan gengsinya demi meminta maaf kepada Marvel. Sementara Marvel, cowok itu tidak memiliki niatan untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu atau sekadar bertanya mengapa Luna tidak kunjung turun dari mobilnya.

Luna mengembuskan napas berat. Sepertinya, Marvel benar-benar tidak mau mengalah. Kalau sama-sama gengsi, mereka akan berada di mobil sampai pagi. Untuk kali ini, dia memutuskan untuk mengalah saja. Lagipula, setelah dipikir-pikir, tindakannya tadi memang salah. Ini semua gara-gara otaknya yang mudah terhasut oleh sikap tercela milik Ilona.

"Maaf ya, Mar." Luna berkata pelan. Dia memilih untuk menundukkan kepalanya dalam, tidak berani menatap wajah cowok itu yang terlihat menyeramkan.

Marvel tidak menjawab. Dia justru memejamkan matanya tenang dengan punggung yang bersandar pada kursi kemudi.

"Maria," panggil Luna, kali ini nada suaranya sedikit mengeras. Dia sudah menghadap ke arah Marvel dengan tatapan kesal. Apakah cowok itu tuli? Atau sengaja pura-pura tidak mendengarnya?

"Mar, lo nggak denger gue ngomong apa?" tanya Luna. Dia benar-benar emosi sekarang. Padahal, dia sudah meminta maaf dengan tulus kepada cowok itu. Baginya, itu adalah tingkatan paling tulus yang pernah dia lakukan.

"Nggak sopan." Marvel akhirnya menjawab. Dia membuka kedua matanya lalu menatap datar ke arah Luna. Tidak ada sorot kehangatan sedikit pun di kedua mata bermanik hitamnya. Tatapannya benar-benar terasa begitu dingin.

"Turun," titah Marvel, masih tanpa ekspresi.

Luna menipiskan bibirnya sejenak. "Terima dulu permintaan maaf gue."

"Turun," ucap Marvel tanpa mengindahkan perkataan cewek itu.

Luna berdecak sebal. Tidak ingin membuat Marvel lebih marah kepadanya, dia pun memilih untuk menurut saja. Dengan perasaan dongkol, dia membuka pintu mobil milik cowok itu secara kasar.

"Rincian gaji lo, gue kirim besok," kata Marvel sebelum Luna benar-benar turun dari mobilnya.

"BERISIK!" sentak Luna lalu segera turun dari mobil itu. "Nyebelin lo! Gue kayak gini juga gara-gara lo, Mar! Hidup gue udah susah dan lo dateng buat bikin gue tambah sengsara!"

Marvel terdiam. Dia menatap pias ke arah Luna yang terlihat sangat marah kepadanya. Baru kali ini dia melihat cewek yang berani berbicara dengan nada tinggi seperti itu kepadanya. "Yakin?" Dia mengangkat sebelah alisnya.

Luna mengepalkan kedua tangannya. Napasnya memburu. Dia sudah terlanjur kesal kepada cowok itu. Seandainya mereka tidak bertemu, pasti sekarang ini dirinya tengah sibuk memikirkan hidupnya sendiri tanpa harus terbagi-bagi.

"Gue ramal, lo bakalan narik ucapan itu, Aluna Marcella." Marvel menyunggingkan senyuman tipis penuh arti. Tidak ada yang tahu mengenai isi pikirannya saat ini.

"Nggak akan!"

Brak

Luna menutup pintu mobil Marvel dengan kencang. Sebelum kelepasan, dia memilih untuk segera pergi dari sana. Meskipun terselip rasa ingin menampar wajah Marvel, dia mencoba untuk tetap menahan amarahnya.

MARVELUNA: Let's Fly Together!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang