Sky • 1

1.7K 215 4
                                    

🌁

Di musim dingin yang cerah ini, sekali lagi, Seulgi memastikan tali pengaman tubuhnya terpasang dengan benar dan kuat. Semua peralatan juga sudah lengkap dan dia siap untuk mulai bekerja. Tidak terasa sudah hampir satu jam lebih dia bergelantungan diluar gedung. Ini adalah pekerjaannya setiap hari, dari pagi sampai sore sebagai pembersih kaca gedung bertingkat. Untuk seterusnya Seulgi ditugaskan di gedung apartemen nomor genap, setelah satu tahun lebih di gedung apartemen dengan nomor ganjil. Dia menggantikan salah satu teman seperjuangannya yang berhenti bekerja sejak kemarin. Walaupun berbahaya dan banyak resiko lainnya, Seulgi tetap menyukai pekerjaan yang sudah ditekuninya bertahun-tahun ini.

Seulgi menekan tombol kontrol berwarna hijau yang menempel disalah satu tali. Perlahan dia langsung turun satu lantai. Setelah posisinya dikira pas, dia menekan tombol merah untuk berhenti. Sekarang dia sudah berada dilantai dua puluh lima. Seulgi cukup terkejut saat matanya bertemu dengan sepasang mata penghuni kecil yang sedang bermain bersama anjingnya. Itu terlihat dari berbagai mainan yang berserakan diantara keduanya. Seulgi mencoba tersenyum seramah mungkin agar tidak terlihat menakutkan untuk anak-anak. Gadis kecil itu tidak menampakkan tanda-tanda akan menangis. Dia hanya menatap Seulgi bingung sambil terus menghisap cepat dot dalam mulutnya sementara si anjing duduk disampingnya. Mereka lucu. Mungkin mereka sedang berpikir keras makhluk apa dan dari mana Seulgi berasal. Muncul tiba-tiba dari atas.

“Selamat pagi.”

Seulgi melambai lalu segera melakukan tugasnya setelah menempelkan kop kaca karet didinding kaca agar tidak terlalu banyak bergerak. Akhir-akhir ini keadaan angin susah ditebak, jadi dia harus waspada dan hati-hati. Seulgi menyapukan cairan pembersih yang dibawanya dalam satu ember ke kaca. Gadis kecil dan anjingnya itu kaget melihat busa-busa putih yang menempel, mata bulat mereka mengerjap cepat tapi lagi, dia tidak menangis dan anjing itu tidak menyalak. Seulgi tersenyum melihat reaksi mereka. Dia melakukan hal itu sekali lagi dengan sengaja dan reaksi yang didapatnya sama. Menggemaskan, membuat Seulgi tertawa kecil.

“Apa yang sedang kalian lakukan? Bermain? Apa kalian penghuni baru disini?” tanyanya. Dia dapat melihat beberapa kotak besar dan kecil bertumpuk berantakan dibelakang. Hanya ada satu sofa sementara rak dan lemari juga masih kosong.

Seulgi mulai mengelap kaca dengan karet pembersih yang disangkutkan diikat pinggangnya. Ada tiga dinding kaca besar yang harus dibersihkannya di tiap lantai. Pekerjaannya tampak sulit tapi Seulgi bisa melakukannya sendirian dengan mudah, cepat dan santai karena sudah berpengalaman. Sebenarnya akan lebih leluasa jika menggunakan gondola. Tapi sudah lima hari mesin gondola untuk gedung apartemen ini rusak dan belum ada kabar baiknya sampai sekarang. Seulgi cukup kesal karena hal itu seakan bosnya tidak memikirkan keselamatan para pekerja. Walau begitu Seulgi masih bisa bergerak dengan bebas dan tanpa rasa takut. Pemandangan tidak biasa itu akhirnya menumbuhkan rasa penasaran sang gadis kecil. Dia mulai merangkak mendekati kaca dan sebisanya mengikuti kemanapun Seulgi bergerak. Dia bahkan lupa dengan dotnya. Sedangkan anjingnya yang setia menjadi sibuk menjaganya. Takut jika majikan kecilnya itu akan terluka.

“Baiklah. Sudah selesai.” Seulgi hanya perlu waktu sekitar lima belas menit untuk menyelesaikan semuanya. “Senang bertemu dengan kalian. Sampai jumpa lagi.” dia melambai dan turun kelantai selanjutnya. Gadis kecil itu lagi-lagi hanya mengerjap. Paman berhelm biru itu menghilang. Ajaib!

“Disini kau rupanya, baby.” Irene datang dari arah dapur sambil tersenyum semangat. Dia baru saja selesai memasak makanan kesukaan putri kecilnya. “Ayo kita sarapan.” dia menggendongnya di dada dan diikuti oleh anjing mereka, Bora.

🌁

“Oh selamat pagi. Kita bertemu lagi ternyata.” Seulgi tersenyum, tidak menyangka. Gadis kecil ini tengah bermain sendirian tanpa anjingnya. “Siapa namamu? Namaku Seulgi. Senang bertemu denganmu. Apa kau bisa mendengarku?” tanyanya sambil mulai bekerja seperti biasa. “Apa kau punya nama? Nama? Siapa namamu?” dia sedikit berteriak mengucapkan kata per kata lalu tertawa sendiri karena raut wajah si kecil yang kebingungan. Kepalanya miring ke kiri sedangkan alisnya hampir menyatu. Mereka seperti sedang bermain tebak kata menggunakan penyuara telinga. Gadis kecil yang bicara pun belum bisa itu kemudian melepaskan mainan ditangannya dan memilih merangkak kearah Seulgi.

“Oh oh? Apa yang kau lakukan? Kau ingin berdiri? Tentu. Ayo, kau bisa melakukannya.” Seulgi tidak tau kenapa tapi dia merasa bersemangat saat gadis kecil itu berusaha menggapai pegangan dan menarik tubuhnya untuk berdiri. Dia terjatuh beberapa kali tapi tidak menangis ataupun menyerah sampai akhirnya ia berhasil, membuat Seulgi tanpa sadar bertepuk tangan dengan bangga. Tangan kecilnya berpegangan erat pada lis kaca yang berwarna putih dan setinggi tubuhnya. Sesekali telapak tangannya dia tempelkan di kaca seperti ingin ikut mengelap. Membantu pekerjaan Seulgi, Paman Ajaib dan sedikit aneh karena selalu membuka mulut tapi tidak bersuara. “Lihatlah dirimu. Kau gadis pantang menyerah. Hati-hati.”

Dia tersenyum untuk pertama kalinya. Senyum gembira yang menampakkan gusi dan dua gigi kecil atas bawahnya itu berhasil meluluhkan hati Seulgi yang kagum menatapnya. Anak manis dan pintar.

... bersambung

Love tip & other stories at
karyakarsa.com/authorka
Thanks 🤓

ʚ SKY SERVICE ɞ end ʚTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang