Aku terlalu menyukainya, aku menganggap sosoknya adanya kebahagiaan. Ketika sulitnya kehidupan dan kisah miris yang selalu menghampiri membawaku bertemu dengan sosok itu. Sosok yang menjadi bahagiaku meski tak pernah bertemu. Mungkin orang akan menyebutku gila karena tergila-gila dengan yang tidak nyata versi mereka, pada dasarnya sosok yang menjadi bahagiaku adalah nyata namun berbeda negara saja.
Di siang yang terik tak menyurutkan niatku untuk bekerja, dimana pengunjung semakin banyak namun diri sendiri sedang memacu pompaan jantung agar darah tetap lancar ke seluruh bagian tubuh.
"Meja no. 7 siap!", ucap tukang saji dari arah dapur. Segera ku hampiri dan sajikan ke meja sesuai pesanan.
"Ini pesanannya, selamat menikmati.", ucapku kepada pelanggan di meja no.7. Setelahnya terus begitu hingga jam istirahat mulai berakhir dan cucian sudah menggunung di belakang. Ku mulai membersihkan setiap meja hingga bersih lalu beralih ke belakang untuk menyelesaikan tumpukan piring gelas, sendok dan berbagai alat masak lainnya. Ini semua harus segera diselesaikan agar aku bisa mengakhiri jam kerjaku hari ini.Lelah? Pasti, mau bagaimana lagi? Ini adalah salah satu penyokong hidupku. Setelah semuanya selesai, mulai kurapikan diriku dan mengemasi perlengkapan ku sendiri.
"Tante, Yuna sudah selesaikan tugas hari ini. Sekarang Yuna pamit ya, bentar lagi ada kelas soalnya.", Pamitku kepada pemilik tempat makan dimana aku bekerja. Beliau sebenarnya adik dari ayahku, namun dia tidak ingin menghidupiku dengan cuma-cuma sehingga aku harus menggantinya dengan bekerja dengannya.
"Sekalian besok pagi ikut belanja kebutuhan dapur, jadi jangan sampai telat. Nanti pulangnya juga jangan terlalu malam, Runa perlu bantuan mu mengerjakan tugas sekolah.", tegas tantenya Yuna.
"Baik Tante.", ucap Yuna dan segera berangkat kuliah dengan sepeda motor milik tantenya.Sampai di tempat perkuliahan Yuna segera memarkirkan sepeda motornya dan berlari ke kelasnya, karena kurang 5 menit lagi kelas dimulai dan ruang kelasnya berada di lantai 5. Dia harus menaiki tangga darurat dengan terengah-engah, jikapun naik lift saat antri dan dipastikan dia akan terlambat sampai di kelasnya. Lari hari ini tidak sia-sia karena saat Yuna membuka pintu kelas belum ada dosennya, dia pun segera mencari tempat duduk kosong dan menormalkankan detak jantungnya.
Yuna sudah terbiasa dengan keadaan dan suasana kelas yang seperti ini, dimana dia bukan mahasiswa yang populer namun juga bukan yang paling diabaikan. Setidaknya teman-teman kelasnya tahu keberadaannya namun tidak terlalu memperhatikannya. Hanya mahasiswa aktif dan yang ikut organisasi atau kepanitian yang menjadi sorotan dan famous di kelas atau bahkan sejurusannya. Jurusan fotografi memang dibagi menjadi beberapa kelas di kampus ini, cukup menjadi jurusan favorit dan diidamkan banyak orang. Yuna sungguh beruntung masuk ke jurusan ini dan masuk kampus ini pun dengan beasiswa, sehingga dia tidak harus terlalu banyak membalas budi ke tantenya karena Yuna hanya menumpang tidur dan makan, untuk kebutuhan kampus dia bisa membiayainya dengan bekerja. Sebenarnya selain bekerja membantu tantenya di tempat makan, dia juga bekerja dengan membuka jasa fotografi dan editing. Semua peralatan yang dia butuhkan untuk bidang fotografi seperti kamera, lighting, laptop, dan lainnya dia dapatkan dari menyisihkan uang dari kerja part-time tahun-tahun sebelumnya di tempat lain. Sebelum memilikinya dia lebih banyak meminjam ke teman sekelasnya yang kebetulan baik dan mau meminjamkan kepadanya, dia namanya Febi. Febi baik, anaknya humoris bahkan sangat periang. Dia memiliki kelompok tongkrongan sendiri, bahkan dia juga anak organisasi. Namun aku bukan termasuk dalam golongannya, terlalu susah untuk menyesuaikan diri dengan pertemanannya. Cukup dia mau berbaik hati meminjamkan saja cukup untukku, mungkin untuk beberapa hal aku akan membantunya mengerjakan tugas kuliah sebagai gantinya karena dia sendiri tidak mau diganti dengan uang. Itu dulu, untuk sekarang syukurnya aku bisa memiliki sendiri dan bisa kujadikan penghasilan sampingan.
10 menit setelah Yuna duduk maka masuklah dosennya dan mulai mengajar semestinya.
Pukul 18.00 kelas pun usai dan dosen sudah meninggalkan ruang kelas, beberapa siswa juga sudah keluar. Yuna pun keluar diakhir karena berniat lewat lift untuk menghemat tenaganya, dia lupa siang ini belum makan, terakhir makan itu pagi sehingga sekarang cukup lemas dan diperlukan penghematan energi hingga sampai rumah, semoga selamat diperjalanan.Skip
Sampai di rumah Yuna segera membersihkan diri dan makan malam. Saat sampai rumah tadi keadaan cukup ramai di ruang makan, namun sekarang dia hanya makan seorang diri. Sebenarnya keluarga tantenya peduli ke Yuna, namun mereka cuek. Ya seperti alakadarnya lah. Yuna cukup mawas diri karena hanya menumpang, apalagi diberi makanan gratis ya untung untuk dia. Selesai makan Yuna menghampiri Runa sepupunya yang masih di kelas 10 SMA membantunya mengerjakan tugas sekolah seperti biasa. Tepat pukul 22.00 akhirnya sesi mengerjakan tugas dan belajarnya Runa selasai dan dia beranjak untuk tidur. Namun hal itu tidak untuk Yuna, dia belum mengerjakan tugas-tugasnya. Ya seperti itulah, dilanjutkan Yuna mengerjakan tugas dan beberapa kerjaan editing hingga pukul 02.00 dan kantuk pun benar-benar melahapnya. Yuna tidur dengan posisi tengkurap di depan laptopnya.
....
See you.
@el_claire
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Suku Kata
Novela JuvenilSemua berawal dari perasaan kagum, lalu rasa itu semakin membesar hingga membuatku memiliki keberanian untuk melangkah lebih. Namun aku tak ingin keberanian ku membuatmu jauh dari ku. Setidaknya biarkan bagian darimu ada padaku. I Love You Mother's...