Alunan suara lembut berkali-kali terdengar di sebuah kamar mungil hingga membangunkan pemiliknya.
"Bangunlah kekasihnya MIN MIN!!!", itu sound yang digunakan perempuan muda itu sebagai alarm. Dia merekam suaranya sendiri untuk membuat sound itu, sungguh niat sekali karena kalian tahu MIN MIN adalah salah satu orang yang dia idolakan di dunia maya.
"Hmm,, hmm hhh aku bangun ini.", ucap perempuan itu mulai mencari telepon genggamnya untuk mematikan alarm.
Setelah alarm mati lalu dia mulai beranjak dari ranjangnya dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan buang air kecil. Kesadaran penuh sudah didapatnya dan bergegas ke arah dapur menemui tantenya untuk membantu bersiap, tidak lupa mengambil jaket karena setelah ini dia harus ke pasar meskipun jam dinding masih menunjukkan pukul 4 dini hari.
"Tante apa saja yang harus aku beli ke pasar?", tanyanya saat sudah di dapur dan menemukan tantenya yang sedang memasak untuk orang rumah.
"Ini sudah tante catat semuanya! jangan lupa ingatkan pedagang daging ayamnya kalau ayamnya hanya bagian dada dan paha saja, selain itu tidak mau. Kamu awasi saat sedang dipotong agar kita tidak dicurangi seperti kemarin-kemarin!", tegas tante serta menyerahkan selembar catatan bahan-bahan yang perlu dibeli ke pasar sekaligus uangnya juga. Dia pun berlalu ke arah garasi untuk mengambil sepeda motor dan bergegas ke pasar.
skip.
Restoran sama ramainya seperti hari-hari biasanya dan tetap melelahkan. Jam menunjukkan pukul 3 sore dan Yuna berpamitan untuk segera ke kampus karena setengah jam lagi kelasnya akan dimulai.
Kelas berakhir pukul 7 malam dan sekarang Yuna sedang duduk di salah satu kafe kopi di dekat kampusnya. Bau semerbak kopi sangat menenangkan bagi seorang Yuna. Di depannya terdapat satu gelas kopi dan sepiring cheesecake serta tidak dilupakan laptop. Malam ini Aruna memilih mengerjakan tugas dan beberapa pekerjaannya yang belum selesai di sini karena jadwal live musik di kafe ini. Setiap hari rabu ada live musik band di restoran ini dan Aruna ingin selalu menonton pemain pianonya.
Seorang pianis muda yang sangat ambisius dengan muda datar dan terlihat misterius. Namun itu semua adalah alasan Yuna semakin menyukainya. Jika dilihat secara sekilas umurnya tidak berbeda jauh, kira-kira berbeda 3-4 tahunan. Musik mengalun indah mewarnai lagu yang dibawakan sang vokalis, ini adalah lagu terakhir.
Yuna sangat fokus memperhatikan laki-laki itu hingga tak sadar bahwa pekerjaan yang seharusnya selesai malam ini namun belum rampung. Hingga ucapan salam penutup dari sang vokalis dari band tersebut yang menyadarkan Yuna jika dia terlalu terlena.
"Demikian teman-teman semuanya untuk malam ini, mari bertemu kembali minggu depan yang pastinya tetap di Kafe Clairy's bersama Shadow band.", begitulah salam penutup diucapkan dan dibarengi setiap anggota band tersebut berdiri dan membungkukkan badan sebagai salam terima kasih dan meniruni panggung menuju salah satu meja yang khusus ditempati mereka ketika tampil.
"Hah!! bisa-bisanya aku hilang fokus, alamat tidak tidur aku malam ini. Mana besok siang klien mintanya.", gumam Yuna pelan dan mulai fokus ke laptopnya untuk membuat desain sesuai permintaan kliennya.
Sedangkan di meja lain, tepatnya meja yang ditempati oleh Shadow band ada salah seorang yang memperhatikan Yuna karena sejak awal mengetahui bahwa Yuna selalu memperhatikannya. Dia tidak tahu nama perempuan yang memperhatikannya itu, namun hafal dengan wajahnya. Dia pun tidak ada niatan untuk mencari tahu dan hanya sekedar memperhatikan dengan diam. Selang beberapa menit semua anggota Shadow band beranjak pergi dari kafe itu untuk pulang ke rumah masing-masing.
Waktu terus berjalan hingga seorang pelayan kafe mendatangi Yuna.
"Permisi kak"
"Eh iya?", jawab Yuna kaget karena terlalu fokus ke laptopnya.
"Maaf kak, kafenya sebentar lagi mau tutup. Sekarang sudah pukul 00.00."
Aruna pun mengarahkan pandangannya ke jam yang ada di laptop dan baru menyadarinya.
"Oh iya, maaf ya saya baru sadar. terima kasih sudah diingatkan.", jawab Aruna dengan sungkan dan segera merapikan barang bawaannya ke dalam tas dan keluar dari kafe tersebut.
Sang pelayan kafe yang mengingatkan tadi membalasnya dengan senyuman dan kembali mengerjakan pekerjaannya.
Setelah keluar dari kafe tadi Yuna segera pulang jalan kaki dengan ditemani alunan lagu favoritnya dari headset yang dia pakai. Jalanan utama masih banyak kendaraan dan beberapa orang yang ada di sekitaran jalur jalanan kaki, karena itu Yuna tidak merasa takut meskipun pulang sangat larut seperti ini. Kehidupan perkotaan sangat dominan dengan hal ini, seperti tidak ada jam tidurnya. Sayangnya kafe yang disinggahi Aruna tadi tidak buka 24 jam.
Sembari musik yang masih terus mengalun dan langkah kaki yang berjalan menuju arah pulang, disisi lain otak Yuna masih berputar-putar memikirkan ide-ide projek desainnya dan apa saja yang perlu diselesaikannya malam ini. Sampai di depan rumah Yuna tiba-tiba menoleh ke arah belakang, entah ada perasaan apa namun tiba-tiba dia merasa harus menoleh saja. Dilihatnya tidak ada hal yang menarik, dia pun mulai membuka gerbang dan segera memasuki rumah.
"Menarik!", ucap pelan seseorang dengan senyum tipis dan membalikkan tubuhnya beralih melangkah ke awal dia datang dan menghilang ditelan gelap malam.
bersambung .....

KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Suku Kata
Fiksi RemajaSemua berawal dari perasaan kagum, lalu rasa itu semakin membesar hingga membuatku memiliki keberanian untuk melangkah lebih. Namun aku tak ingin keberanian ku membuatmu jauh dari ku. Setidaknya biarkan bagian darimu ada padaku. I Love You Mother's...