satu

224 36 3
                                    

Menopangkan satu kaki diatas kakinya yang lain sambil menggoyang-goyangkan telapak kaki, Naruto menunggu dengan sabar keberadaan sang ayah yang beberapa menit lalu menyuruhnya untuk pulang. Penampilannya sedikit berantakan, bau alkohol tercium begitu kuat apalagi ada bekas lipstik di lehernya yang jenjang. Naruto mengabaikan para bodyguard yang berjaga ditiap ujung mansion. Ia sudah terbiasa berperilaku tak sopan lagi pula mereka bukan bodyguard dari aparat negara, namun hanyalah orang-orang terpilih yang dipercaya untuk menjaga mansion pribadi ayahnya.

Bunyi pantofel lebih dari sepasang kaki membuat Naruto mendongak, lalu melihat ayahnya yang menampilkan raut tak terbaca.
Disusul dengan seseorang berbadan tegap yang membuntuti beliau lalu berdiri tepat dibelakang tubuh ayahnya.

"Ayah tak akan basa-basi, sebentar lagi akan ada pemilihan presiden. Ayah akan mengajukan diri menjadi kandidat untuk yang kedua kali. Pasti ada banyak musuh yang mengincar kelemahan ayah. Kau tahu Naruto, kau salah satunya. Maka dari itu ayah akan memberikanmu satu bodyguard dan kau wajib bersamanya selama pemilihan itu selesai."

Perasaan Naruto sudah tak enak, ia tahu hal seperti ini pasti akan terjadi untuk yang kesekian kalinya, jika sebelumnya Naruto bisa menolak maka sekarang sepertinya tak ada pilihan untuknya.

"Bagaimana jika ayah mengundurkan diri saja, aku muak selalu menjaga image diluar. Aku ingin kebebasan"

Sasuke yang berdiri merasa telinganya sedikit gatal mendengar keluhan anak presiden didepannya.

"Tidak bisa nak, ayah tidak bisa membiarkan negara jatuh pada pimpinan korup. Tak ada kandidat yang bisa terpercaya, selama penduduk Konoha mendukung ayah maka ayah akan tetap maju"

"Apa ibu setuju?"

"Ibu mendukung ayah sepenuhnya"

"Well, tentu saja. Kalian memikirkan orang lain tapi tak memikirkanku. Terserah ayah saja"

"Jangan begitu Naruto, kau harus belajar bersikap dewasa"

"Kurang dewasa apa aku ini ayah? Aku selalu menerima kesibukan ayah dan ibu bahkan ayah juga tak tahu kehidupan remajaku seperti apa. Aku terkekang. Aku tidak menyukai kehidupan seperti ini!"

Minato menghela nafas, lalu berpindah posisi duduk disamping putra tunggal kesayangannya.
"Ayah mengerti, ini terakhir kalinya ayah mengabdikan diri pada negara. Ayah harap kau bisa menerimanya. Suatu saat kau akan mengerti bagaimana ayah memperjuangkan Konoha untuk rakyat. Banyak yang perlu diperbaiki didalam pemerintahan yang semula rusak. Ayah sudah berusaha memperbaikinya tapi belum sepenuhnya. Ayah membutuhkan dukunganmu nak"

Sasuke yang daritadi hanya diam mendengarkan tak ayal begitu bangga pada presidennya itu. Sosok berwibawa yang dilihat jutaan warga ternyata bukan hanya topeng semata. Minato sukses membuat Sasuke merasa bangga telah mengabdi pada pemerintahannya.

Naruto menghela nafas, jika ayahnya sudah memberi pengertian seperti ini maka tak ada alasan untuk menolak.
"Baiklah ayah" ujarnya lemas.

Minato tersenyum bangga, lalu mengusap rambut putranya dengan sayang.
"Mulai sekarang, Uchiha Sasuke akan menjadi bodyguard baru mu"

Sasuke membungkuk 90 derajat lalu mengenalkan namanya dengan tegas.
Sedangkan Naruto tak minat sama sekali dengan sosok itu, ia hanya menganggap Sasuke sama seperti bodyguard ayahnya.

"Sasuke akan mengawal mu kemanapun kau pergi, kau tidak boleh lagi berkeliaran tengah malam apalagi bermain wanita. Kau akan dijaga 24 jam. Ini demi kebaikanmu"

"Hm.." Naruto mengangguk, hanya untuk membuat ayahnya sedikit lega. Ia tak berniat untuk menuruti ucapan sang ayah.




Naruto memutuskan untuk pulang, ia memang tidak tinggal dimansion utama. Naruto memilih tinggal di apartemen pribadinya. Begitupun Sasuke yang kini duduk di belakang kemudi. Ia mengendarai mobil Naruto menuju apartemen bocah itu. Untuk beberapa bulan kedepan, ia akan tinggal bersama dengan Naruto.

Bodyguard (Sasunaru)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang