2. wild

190 44 5
                                    

Aku tidak pernah tahu apa yang telah usai dalam hidupku. Aku tidak punya pencapaian yang bisa dibanggakan, aku hanya perempuan tanpa tujuan. Lalu, telah lama kusadari bahwa ini bukan lagi diriku.

"Wang Ochun ... Bagaimana jika dia berlaku lebih buruk lagi?"

Aku menghembuskan asap nikotin hingga menimbulkan gumpalan layaknya harapan yang mulai pudar. "Kak Naeyon, bukankah itu sudah biasa? Kau terlalu paranoid."

"Dia bisa merusak dirimu lebih dari itu," aku tau, bukankah itu sebuah resiko?

"Aku sudah lama rusak."

Naeyon hanya bisa diam. Rautnya melunak. "Baiklah."

Hidup di jalanan selama bertahun-tahun membuatku terlatih menjadi gadis yang melakukan apapun demi uang.

Hampa merenggut bentala. Gemerlap lintang temaram di langit angkasa. Puan bersurai hitam membelah jalanan kota. Tatapannya tak terlepas dari seorang pria yang tengah berjalan mendekat.

"Mencuri bukan perbuatan yang baik, Nona."

Tanganku dicekal oleh seseorang, tentu saja orang yang kuambil dompetnya.

"Aku tidak mencuri," dompet itu ku sembunyikan dibalik tubuhku. Berpura-pura tentunya.

Tapi pria itu samasekali tidak mengeluarkan raut wajah kesalnya. Apa mungkin wajahku kurang menyakinkan?

"Kau--"

Sebelum pria itu menyelesaikan kalimatnya, aku duluan melayangkan pukulan padanya. Ia kehilangan keseimbangan. Aku lalu membuka dompet miliknya.

"Kau Park Hyungseok?" Aku membaca sekilas kartu pelajar miliknya. "Aku dengar kabar tentangmu."

Aku melirik kearah Naeyon yang berjalan bersama dua orang petugas keamanan diseberang. Lalu mendorong pria itu, dia pasrah.

"Nih," aku melempar dompet itu padanya, "uang mu receh, aku gak butuh."

Tepat setelahnya, para petugas keamanan datang. Dan juga Naeyon dengan raut yang gelisah.

"Hei berhenti!" Pria itu lalu menahan kedua tanganku. "Bukankah masa depanmu masih panjang? Dimana orang tuamu? Kenapa kau mencuri?" Aku mengangkat kedua tanganku.

"Gadis itu yang kemarin mencuri roti di toko milik saya pak," Naeyon mengikuti arahan dariku. Aktingnya keren, dia cocok jadi pemain film.

"Pak. Nona itu tidak-"

"Diam sialan," aku lalu menyela pembicaraan. Pria ini sok baik sekali.

"Anak jaman sekarang enggak punya sopan santun!"

"Bukankah norma kesopanan, sudah lama hilang?" Mereka berdua membisu. Lalu menggiringku dengan kasar, menjauhi Naeyon dan Hyungseok.

"Kau tidak baik-baik saja?" Tanya Naeyon padanya.

Hyungseok menyeka darah diujung bibirnya. "Kalian komplotan?"

Naeyon diam membisu.

"Kenapa kau membiarkan temenmu digiring polisi begitu saja?"

"Jangan ikut campur," ia mendongakkan kepala, "lagipula, itu bukan urusanmu.

Hyungseok menatap gadis itu tak suka. Lalu mereka berpisah tanpa sepatah kata.

•••

Binar surya merangkak naik diatas kepala. [Name] mengumpat pelan, kedua tangannya diborgol. Ia kesulitan membenarkan kacamata miliknya.

Ia lalu digiring keluar mobil tahanan. Bersama 6 orang narapidana lainnya. Sejujurnya ia takut masuk penjara, ini baru pertama kali dalam hidupnya.

Gadis pendiam yang mempunyai rentetan catatan kriminal. Ia bahkan bergidik ngeri membayangkan.

Banyak khayalak melakukan pekerjaan di siang bolong. Keringatnya bercucuran, ia lalu menatap sekitar.

Mencari Luna tepatnya.

Bisik-bisik para tahanan terdengar. Kini kami menjadi pusat perhatian.

"Yang paling belakang, bodynya oke juga tuh!"

"Cowok yang paling depan itu katanya pemerkosaan anak dibawah umur, ngeri banget!"

"Cewe yang pake kacamata, manis juga."

[Name] terhenyak mendengar ia menjadi perbincangan seseorang. Ia melirik kearah segerombolan pria yang jaraknya cukup dekat.

"Sayang banget rambutnya kaya pengemis."

Ia melotot tak terima, pengemis katanya? Ini wig dasar mulut sampah. Ia kemudian menoleh kearah mereka. Menatap salah seorang pria yang punya kharisma tinggi disana. Mungkin dia bosnya?

Lalu tersenyum lebar sambil mengacungkan jari tengah.

"Cewek gila! Berani banget gitu didepan bos!"

Lalu aku tertawa terbahak-bahak.

"Kau gila? Jangan menakut-nakuti tahanan lain." Aku mendelik mengacuhkan ucapan sipir penjara. Kan cuman bercanda.

Lalu setelahnya, kami digiring untuk mendapatkan menempati kamar tahanan masing-masing.

"Mencuri dan melakukan penganiayaan terhadap korban adalah kejahatan cukup besar." Pria itu tampak tenang sambil membolak-balik sebuah catatan, "tapi korban tidak mendapatkan luka yang serius. Jadi, kau punya waktu 3 Minggu untuk merenungkan kesalahan mu."

Lalu sipir itu beranjak dari tempat.

"Aku [Name], 16 tahun. Salam kenal, semoga kita bisa berteman baik," aku membungkukkan badanku rendah. Menyapa sekaligus memberi hormat kepada para penghuni lama.

Gadis yang berbadan besar menatapku tajam. Aku agak takut sebelumnya. Tapi gadis itu malah menyambut ku paling ramah.

"Halo. Aku Hwang Ryumi, 15 tahun." Ujarnya kemudian. Aku pikir dia seumuran Kak Naeyon- 19 tahun.

"Aku Lee Min-Ra. 18 tahun," Gadis itu berujar singkat. Dia suram.

"Uhm ... Cuman sekamar bertiga?" Tanyaku pada mereka.

"Hei aku ketinggalan," seorang gadis dengan gaya rambut bondol yang keluar dari ruang tinja, "aku Romie. 19 tahun, salam kenal. Aku ketua di sini."

Jadi gadis didepan ku ini ketua? Tingkahnya saja masih seperti bocah TK. Aku lalu memperhatikan ketiganya, menganalisis secara singkat karakter melalui cerita mereka.

Hwang Ryumi si gendut ini ternyata seorang pelaku percobaan pembunuhan dan penganiayaan. Latar yang membelakanginya adalah pembullyan. Korban rata-rata adalah remaja yang memiliki standar kecantikan.

Lalu, Lee Min-Ra si gadis suram. Ia tidak banyak bercerita tentang dirinya. "Aku seorang pecandu narkoba. Tapi aku juga bisa mengontrol diriku kapan saja." Oke, gadis ini mirip dengan Luna.

Dan yang terakhir Romie si ketua. Mendapatkan label nama berwarna kuning [kejahatan berat], sama seperti Ryumi. Sayangnya kasus yang ia dapat bukan sekedar kasus pembunuhan ataupun penganiyaan.

"Kau tahu kasus maraknya para anak laki-laki kehilangan celana dalam?"

Aku mengangguk kemudian, kejadian ini berlangsung sekitar 7 bulan yang lalu. Perkejaan akan terhambat dengan bertemu orang-orang gila dalam sel.

"Menurutmu, alasan apa yang cocok hingga orang sepertiku masuk kemari?" Ia berbisik tepat ditelinga, gadis itu membuatku merinding seketika.

Alasan yang tepat adalah Romie seorang psikopat.

•••


27 April 2022.

𝐏𝐎𝐈𝐒𝐎𝐍𝐎𝐔𝐒.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang