"[Name] ...."
Suara itu bergema selayaknya panggilan dari neraka. Sentuhannya turun hingga menjamah bagian yang rasanya luar biasa.
"Ochun, aku Naeyon," suaranya terdengar bergetar.
"Ssttt ... Shut up!" Ia tenggelam dalam fantasi liar. Tubuhnya jatuh dalam pelukan. Gadis sembilan belas tahun itu sudah jatuh terlalu dalam.
Naeyon hanya bisa diam. Eksistensinya tidak pernah ada dalam pria itu, Wang Ochun.
"Bisakah kau melihatku, sekali?" Ia lalu memalingkan wajahnya. Tangannya terulur meraih selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya.
"Aku bosan melihatmu sepanjang waktu," Ochun mengeratkan pelukannya pada gadis itu.
"Lalu kenapa aku?" Tanya Naeyon padanya, "kenapa harus aku yang jadi wanita jalang mu?"
"Bukankah kau yang menyerahkan dirimu sendiri?"
"Karena, aku mencintaimu."
Matanya terpejam. Ia bangkit lalu menyesap asap nikotin dalam-dalam. Teruna menatap sang puan penuh linangan air mata.
"Love is a joke, bitch."
•••
"Aku pikir banyak orang yang menyelundupkan ganja dalam penjara."
Tidak perlu menoleh untuk mengetahui obrolan apa yang mereka bicarakan. Sesaat sebelum aku mendudukkan diri pada meja makan, sontak suara keributan mengalihkan perhatian.
"Jalang pirang, beraninya kau menggoda Jiho!"
Aku menyandarkan tubuhku pada dinding dibelakang. Menyaksikan keributan dari para gadis-gadis didepan. Aku tidak boleh terlihat mencolok. Kecuali kalau itu berurusan dengan rekanku, Luna.
"Hei kak, cari mati?"
Aku menjambak rambutnya kasar, sebelum gadis yang bernama Julia itu memaksa Luna untuk menelan susu basi dalam mulutnya.
"Lepaskan tanganmu, bangsat!" Aku menatap Luna sesaat, jadi sekarang si gila itu ditindas?
"Ludahkan," tapi ia menggeleng. "Atau aku yang seharusnya meludahi kakakmu?" Aku tahu cara bicaraku sok sekali.
"Itu tidak sopan."
Aku lalu mengalihkan pandangan. Tidak suka. Menatap seorang laki-laki berbadan pendek sepertiku.
"Kau Park Jiho?" Kaki lalu melangkah mendekati, "dasar pembunuh sialan."
Aku bisa melihat wajah kasarnya dalam lidahku, juga jiwanya yang rusak.
"Masa lalu seseorang, tidak boleh digali seenaknya begitu."
Matanya menatapku nyalang penuh dendam. Dia mencekik ku dengan tenaga yang luar biasa. Rasanya seperti aku mau mati, sesaat sebelum seseorang datang membuat cekikikan itu memudar.
"Jiho. Siapa yang mengajarimu melakukan kekerasan pada perempuan?"
Suara itu terdengar samar-samar, sebelum akhirnya aku kehilangan kesadaran.
•••
Gelap. Namun aku masih bisa menangkap seseorang yang berdiri ditengah-tengah lorong panjang. Wajahnya familiar. Dengan pistol ditangan. Entah kenapa tubuhku bergerak dengan sendirinya. Melaju kencang seperti kesetanan hendak meraih siluet tubuh yang selama ini sudah lama tidak bertemu.
"Mama itu kau ...?" Suaraku terdengar tercekat. Ini buruk, sejak kapan aku merasa ketakutan seperti ini?
"Anakku ...."
"Ayah bilang, kau sudah mati."
Wanita itu tertawa. Suaranya terdengar bergema di seluruh ruangan. Sekujur tubuhku merinding.
"Benar." Ujarnya kemudian, "maka dari itu ...."
Ia lalu menodongkan pistol tepat pada pertengahan keningku.
"Para gadis baik, harus segera dikirim ke neraka."
Aku terbangun dengan peluh yang membasahi seluruh tubuhku. Kedua tanganku bergetar.
Durja ku tutupi dengan kedua tangan. Air mata jatuh tanpa ada penenang. Diri merasa sesak tak kunjung disudahi.
Mimpi buruk sialan.
Ruangan kosong dengan minim penerangan hanya didominasi oleh suara tangisanku. Ini buruk. Sejak kapan aku jadi sensitif begini?
Lalu tubuhku jatuh pada pelukan seseorang.
"Kau menangis, kecang sekali."
Rasanya terlalu nyaman.
"Romantisme seharusnya sudah tidak ada, tapi saat melihatmu. Rasanya jadi iba."
"Kau, Kim Gimyung?" netra kami sesaat bertemu. Aku cukup terkejut, namun segera menetralkan ekspresi.
"Kau membutuhkan banyak uang untuk membeli kak Sinwoo 'kan?"
Aku bisa melihat perubahan ekspresi wajahnya. Aku sempat menguping pembicaraan ini dari seorang gadis pemilik toko di daerah yang agak kumuh.
"Kau siapa?"
"Aku dengar anggota big deal menjunjung tinggi Romantisme," sahutku sambil meraih kacamata itu, "jadi ... Mau berkerjasama denganku?"
"Aku dapat keuntungan apa memangnya?"
"Aku bisa melakukan apapun untukmu," aku meraih tangannya kemudian, mencoba menyakinkan.
"Eh. Tapi sepertinya tidak bisa," sahutnya. Gimyung menarik tangannya kasar. Rasanya seperti perempuan hina.
"Kenapa? Kau butuh uang? Aku akan memberikan semua untukmu?"
"Ada seorang gadis yang memberiku penawaran lebih baik darimu." Gimyung lalu menggeleng sambil menatapku.
"Aku bisa memberikan yang lebih baik dari itu." Dia mengangkat sebelah alisnya. Tertarik.
"Bagaimana jika aku menjual diriku secara sukarela untukmu?"
Aku ternyata lebih gila dari yang diperkirakan.
"Deal."
•••
Note: Halo selamat malam! Saya berniat mengganti cast yang sebelumnya OC[Aster], jadi [Name]. Jadi ff xreaders ini, MC nya adalah [Name/kamu].
Sekian terimakasih. Jangan lupa tinggalin jejak.
15 Mei 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐎𝐈𝐒𝐎𝐍𝐎𝐔𝐒.
Action[𝙤𝙣𝙜𝙤𝙞𝙣𝙜] 𝘔𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘯𝘨𝘶𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘮𝘢𝘳-𝘴𝘢𝘮𝘢𝘳, 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘵𝘶𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘯𝘨𝘶𝘵 𝘬𝘶 𝘥𝘪𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯. 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘶𝘮𝘣𝘶𝘩 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯�...