Kenzie Joe Aamora punya alasan mengapa ia tidak suka dengan kata 'keluarga'. Ia selalu bertanya-tanya diotaknya sebenarnya apa arti keluarga itu? Bagaimana penerapan keluarga sehari-hari, bagaimana keluarga bisa terbentuk, atas dasar apa orang-orang berkeluarga.
Kata orang keluarga adalah tempat kita berbagi keluh kesah, tempat berpulang, tempat ternyaman dan teraman. Namun, Kenzie selalu menyanggah. Keluarga bukanlah rumah, jika pada akhirnya ia lebih memilih hidup seorang diri seumur hidup daripada menikah dan memiliki keluarga sendiri.
Kenzie terlahir di keluarga yang berkecukupan. Dia anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya bernama Lily Noe Tamara. Sudah 10 tahun Kenzie tidak bertemu sang kakak karena tragedi yang tak terduga beberapa tahun silam yang membuat dirinya lebih baik hidup bersama sang kakek.
Ting!
Dahi Kenzie mengerut tatkala melihat notifikasi pada layar handphone-nya. Saat membuka pesan singkat yang dikirimkan oleh seseorang, ia kemudian mengambil tasnya dan bergegas berlari ke arah motor di parkiran sekolah. Salah satu temannya yang melihatnya berlari kesetanan seperti itu tidak sempat menghentikan langkahnya.
Kenzie memakai helm miliknya dan menaiki motornya kemudian melaju kencang di jalanan. Ia tak mempedulikan jika ada satpam yang mengejarnya sampai gerbang. Jantungnya berdegup kencang hingga ia hampir kesulitan bernafas.
Satu tempat yang akan ia tuju. Rumah sakit.
Langkah kakinya terdengar sangat terburu-buru hingga menimbulkan bising di lorong rumah sakit. Atensinya menemukan seseorang yang ia kenal. Segera ia menghampiri orang tersebut dengan keringat bercucuran di dahinya dan nafas yang belum beraturan.
"Gimana kakek?"
Seseorang yang sedang duduk di kursi tunggu menoleh ke arahnya dengan wajah yang sulit diartikan. Orang itu menyuruhnya duduk, dan Kenzie menurutinya. Orang itu memberikan air mineral kepada Kenzie.
"Minum dulu. Atur nafas."
Kenzie menerima botol air mineral itu, ia kemudian membuka botolnya dan meminumnya. Kenzie berusaha menetralkan nafasnya.
"Kamu kesini udah izin guru piket kamu?" Kenzie menggeleng sebagai jawaban.
"Langsung cabut. Kakek kenapa, Kak?"
Orang itu menghela nafasnya. Seorang yang dipercaya kakeknya untuk mengurus hotel yang dibangun kakeknya. Johan namanya.
"Kakek kamu tadi waktu rapat tiba-tiba bilang dadanya sakit dan hampir ga bisa ngomong. Saya yang khawatir langsung berhentiin rapat dan bawa kakek ke rumah sakit. Kakek kamu sempat pingsan tadi."
Mendengar penjelasan Johan membuat hati Kenzie sedikit sakit. Wajahnya kini pucat pasi. Kakeknya sudah tua. Tak seharusnya kakek masih bekerja. Namun kakeknya masih memaksa untuk mengurus hotel yang dibangunnya beberapa tahun silam.
Hening menyelimuti mereka berdua. Hingga dokter keluar dari ruang ICU dengan raut muka yang serius.
"Keluarga pasien bernama Kakek Dino?"
Kenzie dan Johan berdiri.
"Saya cucunya!" ucap Kenzie.
Dokter menatap Johan dengan bingung, "Saya bawahannya." balas Johan menjelaskan.
Dokter mengangguk, sempat ragu memberi tahu. "Pasien atas nama Kakek Dino telah berpulang pada pukul 11.25 karena penyakit serangan jantung. Saya turut berduka cita."
Bagai di sambar petir dan leher yang dicekik, itulah yang dirasakan Kenzie saat itu. Ia sempat mematung beberapa detik. Johan yang juga sama kagetnya, menatap Kenzie dengan hati-hati. Johan memberanikan diri untuk mengelus pundak gadis itu.
"Kenzie? Ikhlasin kakek ya? Saya yang urus semuanya. Gih, temuin kakek."
Kenzie langsung memasuki ruangan ICU. Disana ada tubuh sang kakek yang sudah tak bernyawa berbaring diatas ranjang rumah sakit. Jika dilihat biasa, memang terlihat seperti lansia yang sedang tertidur dengan wajah damai. Namun, kenyataannya di depannya adalah sang kakek yang telah berpulang beberapa saat lalu.
Kenzie mendekat ke arah sang kakek dengan wajah datar. Ia memberanikan diri untuk menyentuh tangan kakeknya. Masih terasa hangat. Ia menatap lekat wajah kakeknya yang terlihat sangat damai saat tidur.
"Kakek ayo bangun..." Ia mengusap tangan kakeknya lembut. "Minggu depan ada acara perpisahan sekolah. Kalau bukan kakek siapa lagi yang mau dateng?" ucapnya sambil berusaha tersenyum.
"Masa Kak Jo yang dateng, Kek?" kekehan kecil keluar dari bibirnya.
"Kenzie, ayo bawa kakek pulang. Sudah ada ambulan. Kita ngobrol di rumah." Ucap Johan yang telah selesai mengobrol bersama Dokter.
Kenzie mengangguk dan tersenyum. Kemudian berjalan mengikuti Johan di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kejora || NCT 00L
RandomCerita tentang seorang gadis yang kembali pulang ke rumah keluarganya setelah 7 tahun tinggal bersama kakeknya.