O2.

6 1 0
                                    

Kursi-kursi telah dikeluarkan. Kerabat-kerabat dan tetangga mulai berdatangan, begitu pun awan gelap yang menghiasi langit sore itu. Kenzie hanya mencoba berpikir keras dan meyakinkan dirinya bahwa itu hanyalah mimpi yang menakutkan.

Namun, nyatanya semua yang terjadi saat itu benar-benar adanya. Kenyataan menuntunnya untuk tetap sadar bahwa kakeknya telah pergi meninggalkan dunia yang sangat kejam ini. Ia kini bersandar pada dinding ruang tamu.

"Lo makan dulu dah anjir. Lo belum makan dari siang tadi kan." ucap salah satu sahabatnya, Hazel.

Kenzie menoleh dan menghela nafasnya, "pengen bubur ayam dah gue."

Ctak!

"Aduh, sakit bego!" Ucap Kenzie mengomel. Baru saja Hazel menyentil dahi Kenzie lumayan keras. 

"Yang bener aja lo minta bubur ayam sekarang? Mama gue bikin soto sama pesen bakso buat tamu-tamu tuh."

Mendengar kata 'bakso' membuat Kenzie tersenyum. Ia hendak berdiri namun seorang wanita paruh baya yaitu mamanya Hazel datang dengan nampan berisi tiga mangkok bakso dan di letakkan di karpet depan mereka.

"Ayo makan anak-anak. Bangunin juga Aca tuh kasihan sampe ketiduran gitu." Ucap Mama Hazel.

Kenzie dan Hazel tertawa kecil. Sahabat mereka, Aca namanya. tertidur pulas setelah menangis pilu setelah datang rumah itu.

"Gatau tuh, Tan. Padahal yang kakeknya meninggal aku, bukan Aca. Tapi yang nangis sesegukan dia." ucap Kenzie sambil terkekeh.

Mama Hazel tersenyum lalu mengelus pucuk kepala Kenzie. Mengelusnya dengan lembut, membuat hati Kenzie tersentuh dan merasa nyaman dibuatnya. 

"Kamu yang tabah ya, Nak. Kakek pasti bahagia disana."

Kenzie mengangguk dan menggenggam tangan Mama Hazel, "Terimakasih ya Tante cantik. Maaf ngerepotin Tante terus."

Mama Hazel tersenyum tulus, "Siapa yang direpotin? Tante cuma bantu sebisa Tante. Kamu sama Aca udah Tante anggap sebagai anak sendiri. Tante jadi punya 3 anak, haha."

"Mama ih mungut anak yang beneran dikit. Jangan Kenzie sama Aca. Mereka ngga ada adab." perkataan Hazel membuat Mama Hazel dan Kenzie tertawa lepas.

Mendengar orang tertawa membuat Aca terbangun dari tidurnya. Dengan wajah bantal dan mata sembab dia bertanya, "Kenapa kenapa?"

Mama Hazel berdiri, "Kalian ajak Aca makan dulu. Mama mau ngobrol sama Papa." kemudian Mama Hazel meninggalkan mereka bertiga.


--o0o--


"Kakek mau dikuburin jam berapa ya, El?" tanya Kenzie setelah ia mengunyah bakso di dalam mulutnya.

"Kata Kak Jo sama Papa sih nunggu orang tua lo dateng. Ditunggu sampe jam setengah 5. Kalau belum dateng ya di kuburin langsung kakek. Kasihan kalau kakek ngga segera di kubur." Balas Hazel.

Wajah Aca kembali suram, "Sedih banget... Masih ngga nyangka kakek pergi cepet banget ya. Padahal kakek juga ikut serta ngurus kita. Tapi kita belum sempet ngasih apa-apa ke kakek, eh kakek pergi duluan."

Ucapan Aca ada benarnya. Selama 7 tahun lebih hidup dirasa Kenzie belum bisa memberi apa-apa kepada kakeknya. Ia kini menatap tubuh kakek yang terbujur kaku tak jauh dari tempatnya. Berbaring begitu tenang seperti tak mendengar betapa berisiknya tangisan Aca tadi.

"Hazel, Aca, Kenzie." panggil seorang pria paruh baya, Papa Hazel.

Ketiganya menoleh, "Kenapa, Pa?" tanya Hazel.

"Kakek mau di kebumikan sebentar lagi. Kelamaan kalau nunggu orang tua Kenzie. Langitnya mulai mendung, takutnya nanti hujan waktu kakek belum di kebumikan. Kalian mau ikut ke makam?"

Aca dan Hazel menatap Kenzie.

"Aku ngga ikut ke makam ya, Om? Disini aja sama Tante cantik ngurus tamu." ucap Kenzie. 

Karena Kenzie mengatakan demikian, berarti Aca dan Hazel juga di rumah untuk menemani Kenzie.

Papa Hazel mengangguk, "Yasudah. Kalau gitu kalian pamit dulu sama kakek, ya? Cium tangan kakek untuk yang terakhir kalinya."

Ketiganya mengangguk dan berjalan ke arah tempat kakek berbaring. Mulai dari Hazel, Aca, kemudian Kenzie. Isak tangis Aca mulai terdengar lagi di telinga ketiganya.

"Kek, maaf kalau selama ini Kenzie ngerepotin kakek. Dan maaf Kenzie belum bisa kasih Kakek apa-apa, hehe." satu bulir air mata menetes di pipi Kenzie. "Kek, terimakasih ya sudah mau merawat dan membesarkan Kenzie selama ini? Kakek bahagia disana sama nenek ya? Doain Kenzie jadi orang sukses. Kenzie sayang kakek." ucapnya dengan nada yang bergetar.

Kenzie kini menggenggam erat tangan kakeknya yang dingin itu. Mencium punggung tangan itu untuk yang terakhir kalinya sebelum di kebumikan. Lehernya terasa tercekik, ia menangis dalam diam. Ketiganya kini menangis bersama dan saling memeluk satu sama lain. Menguatkan satu sama lain.

Kejora || NCT 00L Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang