"Jiyeon!"
Ketika Jiyeon menoleh, wajah Jieun yang sumringah langsung menyambutnya.
"Mau ke mana?"
"Nganterin ini ke Kak Taeyong." Jiyeon memperlihatkan sebuah tas karton yang setelah Jieun intip ternyata berisi sebuah hoodie.
"Mau gue anter?"
"Gak usah. Dia mau dateng ke sini kok." Sambil melirik jam di ponsel, Jiyeon tersenyum kaku ke arah Jieun.
"Lo balikan sama Kak Taeyong?" serbu Jieun.
"Enggak." Buru-buru Jiyeon menggeleng. Ia mencoba meyakinkan Jieun melalui tatapan mata. Maklum, Jieun sangat tidak setuju jika sahabatnya kembali bersama dengan Taeyong yang kelewat posesif.
"Terus kenapa hoodienya bisa ada di elo?"
"Kemaren waktu festival dia pinjemin."
Gelengan kepala Jieun menimbulkan ringisan dari mulut Jiyeon.
"Gue gak balikan kok, sumpah."
"Kalau dia ngajak balikan juga jangan mau!" sewot Jieun. "Mending lo sama Aheng aja deh."
"Heh! Apaan sih bawa-bawa Aheng."
"Dia suka tuh sama lo."
"Kata siapa lo?"
"Please, cuma orang buta yang gatau kalau Aheng suka lo. Udah jelas banget dia suka gangguin lo, ngekorin lo."
Bayangan Hendery yang selalu berada di dekatnya pun melintas dalam kepala Jiyeon. Beberapa pesan yang rutin Hendery kirimkan setiap hari juga menyambangi ingatan Jiyeon.
Tiba-tiba pipi Jiyeon memerah mengingat semua perlakuan manis dan ajaib Hendery selama ini.
Jieun yang menangkap wajah merona Jiyeon pun tersenyum geli.
"Dah mending lo sama Aheng. Agak ajaib sih emang, tapi dia cakep kok."
"Tar deh gue pikir-pikir dulu. Dah gue mau balikin ini dulu ke Kak Taeyong. Bye, Beb!"
Setelah menepuk pundak Jieun, Jiyeon berlari kecil menuju gerbang sekolah. Sedangkan Jieun memilih kembali ke kantin. Waktu istirahat mereka tersisa sedikit.
Tanpa mereka sadari, sejak tadi ada seseorang yang mendengarkan semua perkataan mereka dari balik semak-semak tempat mereka duduk.
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
•••
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤㅤ
ㅤ
"Heng! Heng!"Yangyang menoyor kepala Haechan yang hampir saja menubruk tempurung kepalanya. Beruntung kantin sedang sepi, jadi mulut toa Haechan tidak terlalu menarik perhatian.
"Biasa aja suara lo, Bego. Gue tumbuk juga mulut lo lama-lama."
"Ini demi hidup dan mati lo, Heng!"
Awalnya Hendery tak tertarik. Kalau Haechan datang, itu pasti menyangkut Jiyeon, dan Hendery sudah berusaha melupakan gadis itu sejak kepulangannya dari festival tempat Taeyong.
Sudah hampir tiga hari sejak Hendery memilih mengubur dalam perasaannya dan Yangyang sangat benci itu karena Hendery menjadi lelaki patah hati paling menjijikkan yang pernah ada. Setiap hari yang ia lakukan hanya melamun, lalu mewek, kemudian memeluk Yangyang erat hingga pria itu berteriak kegelian.
"Apaan? Gue udah gak nafsu."
"Tuh dengerin. Mending lo minggat dah," balas Dejun yang juga risih dengan kedatangan Haechan. Bukan begitu, hanya saja Haechan itu tidak tahu diri karena sekarang tangannya ikut menyerang jatah snack Dejun yang menipis.
"Ini tentang Jiyeon."
"Aheng udah ikhlas, ridho kalau Jiyeon balik sama Taeyong," potong Yangyang tak sabar.
Sebuah tatapan super tajam dilayangkan Haechan. Mulut Yangyang dan Dejun benar-benar butuh dijahit dobel.
"Lo berdua diem ya, Monyet. Ini penting banget."
"Apaan sih buruan!"
Semakin lama Haechan mengulur, semakin besar peluang terjadi perang lokal di antara mereka.
"Jiyeon gak balikan sama Taeyong. Sekian wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
Ketika Haechan hendak pergi, kerah kemejanya ditarik paksa oleh Hendery.
"Ngelantur ya lo? Kemaren lo sendiri yang yakin 100% dia balikan!"
"Gue denger sendiri tadi. Kali ini valid, lo kudu percaya gue. Urusan yang kemaren, gue minta maaf dah bikin lo galau berhari-hari."
Ketiga remaja Tionghoa itu menatap Haechan penuh selidik. Semakin meragukan keakuratan info yang dibawa teman beda kelasnya tersebut.
"Astaga, ini gue serius ya, Babi!" kesal Haechan sembari memutar bola matanya. "Kali ini lo gak bisa meragukan keabsahan info gue," lanjut Haechan dengan senyum bangga.
"Jadi gue masih ada harapan nih?"
Dengan keyakinan penuh, Haechan mengangguk cepat. Ia memegang lengan Hendery, meremasnya kuat memberikan semangat.
"Gue bisa ngejar Jiyeon lagi?"
Kembali anggukan kepala Haechan semakin memperlebar senyum di bibir tipis Hendery.
"Aduh Ayang Jiyeon ... aduh, Abang dateng Yangg!"
Tangan kanan Hendery naik, memegang dada sebelah kirinya yang kini berdetak luar biasa cepat. Wajah bodohnya membuat Yangyang ingin memukul, tapi Dejun dengan sigap menghentikan.
"Diem aja udah. Cinta emang bikin sinting," bisik Dejun di samping Yangyang.
Berbeda kondisi dengan Haechan. Sebagai teman yang suportif, Haechan tersenyum bangga pada Hendery. "Buru ajak jalan gih."
"Kira-kira dia mau gak ya?"
"Gak mau kalau lo ajak maraton nonton anime."
"Ajak ke tempat yang normal."
"Gercep gih lo. Soalnya gue denger kalau Kak Taeyong emang ngajak balikan."
Seketika mata Hendery mendelik.
Gak bisa! Jiyeon itu hak miliknya!
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✓ ] Boyfriend; ー NCT (EDISI HENDERY)
Fanfiction"Kayanya rugi gak sih kalau kita gak pacaran?" Unpopular pairing. Slice of life with no make-you-feel-headache-conflicts. List of The Boys: 1. Doyoung✔ 2. Hendery✔