Masih sangat pagi, tapi Doyoung sudah bertengger manis di ruang tamu Jiyeon. Dandanannya rapi. Sepertinya akan ada tugas negara.
"Ini minumnya Doy."
"Oh iya Tante, makasih banyak."
Tante Taehee senyum terus duduk depan Doyoung sambil nyalain televisi, menonton acara gosip kesukaannya. Rutinitas tanpa batas.
"Bentar ya, Jiyeon emang lama kalau dandan."
"Iya Tante. Sudah biasa kok."
Taehee tertawa kecil menanggapi.
Doyoung meminum jus jeruknya, baru saja mau meneguk cairan tersebut, matanya langsung membola tatkala sebuah presensi muncul di hadapannya.
"Eh Jeno, abis dari mana?"
Untung Doyoung tidak menyemburkan jus dalam mulutnya.
"Abis jogging nih Tan mumpung masih seger."
"Cepet mandi gih, terus ikut Kak Jiyeon belanja bulanan sana."
Mata Doyoung otomatis mendelik. Mulutnya terbuka lebar terlalu kaget.
"Loh Tanー"
"Gapapa kan Doy? Kasian ini Jeno kerjaannya di rumah, belajar terus."
Doyoung tersenyum kikuk, Jeno sendiri melongo kaget. Tapi setelah itu memasang wajah datar tanpa ekspresi.
"Gausah deh Tan aku di rumah aja."
"Gapapa kok, gak bakal ganggu mereka juga, iya kan Jiy?"
Kebetulan banget Jiyeon baru turun dari tangga. Ia menoleh ke arah Taehee dengan wajah bingung.
"Hah apa Ma?"
"Ini loh, Mama nyuruh Jeno buat ikut kamu sama Doyoung belanja," kata Taehee masih dengan fokus ke televisi.
Jiyeon kaget, dia langsung melirik Doyoung. Mukanya pacarnya sudah kusut dan matanya mendelik, bibirnya komat-kamit tidak jelas, meminta Jiyeon menolak permintaan mamanya.
"Terserah Jeno sih ma."
Doyoung langsung meninju udara, gemes banget. Harusnya Jiyeon langsung menolak. Tapi kenapa gadis itu menyerahkan keputusan pada Taehee?
Alarm bahaya dalam tubuh Doyoung menyala. Ini bukan pertanda baik.
Jeno sempat melirik Doyoung yang kalut.
"Yaudah deh aku ikut," kata Jeno tiba-tiba.
Hampir saja sebuah umpatan meluncur dari bibir Doyoung. Pasti bocah bau kencur itu sengaja dan ingin membuat Doyoung mati kepanasan api cemburu.
"Mandinya jangan lama lama," pesan Taehee yang langsung diangguki Jeno.
Sebelum meninggalkan ruang tengah, Jeno sempat bertatapan dengan Doyoung. Remaja itu menyeringai lebar dan buru-buru kabur sebelum Doyoung sempat menendangnya.
***
"Kenapa sih lo ngikut aja udah kaya anaknya Jiyeon."
Doyoung mendorong troli belanja dengan perasaan dongkol. Wajahnya bersungut-sungut. Sedangkan Jiyeon yang berada di antara mereka hanya bisa menghela napas lelah.
"Gue ditawarin Mama Mertua gimana bisa nolak?"
"Apa lo bilang?!" Suara Doyoung melengking tinggi. Membuat Jiyeon refleks mencubit pinggang pacarnya.
"Udah dong kalian! Capek nih dengernya."
Jiyeon menutup kupingnya. Serius ia capek. Ide membawa Jeno belanja bersama mereka benar-benar bukan ide yang bagus.
Sudah hampir setengah jam dan perdebatan mereka masih sama; Doyoung yang tidak terima Jeno ikut serta.
"Aku kaya lagi jalan sama pacar sama selingkuhan! Ribut mulu!" sahut Jiyeon tepat sebelum Doyoung membuka mulut lagi.
"Sayang kok gitu ngomongnya?!"
"Lebay," bisik Jeno pelan, namun sayangnya Doyoung masih bisa mendengar.
"Apa lo bilang barusan?"
"Apaan?" tanya Jeno dengan wajah polos.
"Lo ngatain gue apa?!"
Jengkel dengan kedua pria tersebut, Jiyeon pun memilih mempercepat langkah. Meninggalkan Jeno dan Doyoung yang sepertinya akan kembali beradu mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✓ ] Boyfriend; ー NCT (EDISI HENDERY)
Fanfiction"Kayanya rugi gak sih kalau kita gak pacaran?" Unpopular pairing. Slice of life with no make-you-feel-headache-conflicts. List of The Boys: 1. Doyoung✔ 2. Hendery✔