6. mantan

110 22 7
                                    

"Nunggu Aheng?"

Tubuh Jiyeon berjingkat kaget kala sebuah presensi menyandinginya yang tengah duduk di kursi tribun stadion. Bukan cuma itu, suara yang kelewat Jiyeon hafal ternyata masih bisa membuat tubuhnya meremang.

"Iya. Lo gak ikut latihan, Jen?"

Lee Jeno menggeleng. Memilih menghabiskan sisa minuman berenergi tanpa menatap wajah Jiyeon di samping.

"Gue mau langsung balik."

"Oh."

"Lo inget Jaemin?"

Tentu saja Jiyeon ingat Jaemin. Lelaki sahabat dekat Jeno yang hampir selalu ada tiap kali mereka pergi kencan sepulang sekolah. Sampai dulu Jiyeon sempat cemburu dengan Jaemin dan menganggap Jeno tidak normal.

Ternyata kabar yang pernah Hendery dengar memang benar. Jiyeon dan Jeno pernah menjalin hubungan di tahun pertama sekolah.

"Jaemin mau kuliah di Jepang. Malam ini dia berangkat."

Kedua mata Jiyeon membola. "Serius? Wow! Salam buat Jaemin, ya."

Ada senyum bangga di wajah Jeno. Ia sama antusiasnya dengan Jiyeon. Tidak menyangka kalau laki-laki slengekan dan tidak jelas seperti Jaemin akan merantau sejauh itu demi melanjutkan pendidikan.

"Gak mau dateng sendiri ke sana?"

Alis Jiyeon terangkat naik. Ada senyum tak yakin di bibirnya. "Nyamperin langsung gitu?"

Jeno mengangguk. "Kapan lagi ketemu Jaemin, 'kan?"

Sayangnya Jiyeon menggeleng. Ia tersenyum tak enak. "Gue udah ada janji sama Aheng sore ini."

"Lo bisa ngajak Aheng sekalian."

Namun sekali lagi Jiyeon menggeleng. "Dia 'kan gak kenal Jaemin, Jen. Gue gak enak."

"Yaudah kalau gitu. Gue duluan ya." Jeno bangkit berdiri. Setelah menepuk pelan puncak kepala Jiyeon, remaja tampan itu berlalu pergi. Menyisakan Jiyeon yang terus memandangi punggung tegap itu hingga sosok Jeno menghilang di balik pintu stadion.

"Seriusan?"

Mark mengangguk. Masih dengan mengusap keringat menggunakan handuk di tangan, ia menjelaskan, "Hooh. Mereka pacaran dari SMP terus putus gak lama sebelum lo pindah."

"Katanya sih gara-gara Kak Taeyong," celetuk Haechan yang masih menatap ke tempat Jiyeon duduk.

"Kompor ya lo."

"Gue seriusan. Itu kata Bang Doyoung."

Hendery mengangguk singkat. Setelah menyaksikan sendiri Jiyeon dan Jeno yang berbincang akrab, Hendery semakin yakin jika mereka memang sempat memiliki hubungan di masa lalu. Sebab sejauh yang ia tahu, Jeno termasuk tipe yang sangat jarang bisa seakrab itu dengan seorang gadis. Bahkan momen ketika Jeno menepuk kepala Jiyeon pun tak luput dari mata Hendery.

"Kira-kira Jeno udah move on belom ya?"

"Harusnya udah sih. Udah dua tahun juga, yakali Jeno masih pengen balik sama Jiyeon."

"Anyway, Jiyeon itu pacar pertama Jeno."

Semua mata langsung tertuju pada Haechan. Sedangkan yang dituju malah sibuk mengetik pesan di ponsel. Tidak menyadari raut penasaran semua temannya.

"Heh, kata siapa lo?" Yangyang menepuk lengan Haechan. Mengembalikan fokusnya.

"Bang Doyoung lah."

"Kok Bang Doy bisa tau banyak."

"Dia temen deket Taeyong. Sebelum nikung jelas harus banyak cari tahu dong." Haechan mengetuk pelipis dengan telunjuknya. Mengisyaratkan otak cerdasnya dalam menganalisa. "Mereka pacaran tiga tahun kalau lo semua belom tahu."

"Hah?! Tiga tahun?!"



ㅤㅤ
ㅤㅤ



•••
ㅤㅤ
ㅤㅤ




ㅤㅤ

"Ngobrol apa aja sama Jeno?"

"Lo liat?"

"Kita semua liat."

"Oh, basa basi doang. Temennya mau kuliah di Jepang."

Jawaban cuek Jiyeon membuat Hendery terdiam. Langkahnya sedikit memelan tanpa ia sadari hingga Jiyeon memanggil namanya.

"Heng? Lambat banget sih."

Tanpa sungkan Jiyeon menggandeng lengan Hendery. Mereka kembali berjalan santai menuju bakery kesukaan Jiyeon yang berada tak jauh dari sekolah. Hendery memang berjanji menemani Jiyeon membeli roti.

"Gue tiba-tiba galau Jiy."

"Kesambet apa deh lo."

"Gue serius."

Tapi Jiyeon cuma terkekeh tanpa menganggap serius perkataan Hendery. Gadis itu menepuk lengan Hendery yang tengah ia gandeng.

"Gue beliin roti deh biar gak galau lagi," bujuk Jiyeon.

"Gimana sih pacaran lama terus tiba-tiba putus."

Sontak saja Jiyeon menoleh. Memasang wajah bertanya karena pertanyaan random Hendery. Di bibir Jiyeon ada senyum ambigu dan tegang bercampur satu.

"Maksud gue, lo sama Jeno," lanjut Hendery lagi.

"Ohㅡkita bisa aja sih. Lagian kata siapa kalau gue dulu lama sama Jeno?"

"Haechan."

"Tukang gosip tuh."

"Tapi beneran, kan?"

Jiyeon cuma mengangguk singkat tanpa mau memperjelas. Ia melempar senyum tipis ke arah Hendery yang malah mengerjapkan mata bingung.

"Terus lo bisa langsung sama Taeyong gitu?" Wajah Jiyeon tampak tak nyaman. Buru-buru Hendery menambahkan, "gue gak pernah pacaran, Jiy. Jadi gue gak tau fase orang abis putus."

Raut Jiyeon kembali bersahabat. Gadis itu malah tertawa. "Serius gak pernah Heng? Lo cakep masa gapernah pacaran sekali pun?"

Gelengan kepala Hendery kembali mendulang tawa Jiyeon. "Ya kebetulan aja waktu itu ada Taeyong. Sebenernya gue galau banget putus sama Jeno, tapi yaudahlah. Udah lama banget, gue gak terlalu inget rasanya."

Jiyeon menutup cerita dengan senyum lemah. Mendadak memorinya terlempar ke masa lalu.

"Terus lo gak pengen balikan gitu?"

"Dulu sih iya, tapi sekarang ya buat apaan?" Jiyeon mengeratkan pegangannya pada lengan Hendery. "Emangnya lo tau balikan?" tanya Jiyeon dengan wajah jahil.

"Ya taulah anjir. Biarpun gue gapernah pacaran, gue gak sedongo itu ya."

"Dih sewot." Jiyeon mencolek lengan Hendery dan remaja tampan itu menoyor kepala Jiyeon pelan.

Lalu mereka kembali terdiam. Berulang kali Jiyeon melihat jam di tangan. Takut bakery kesukaannya tutup.

"Sori kalau malah bikin lo sedih," celetuk Hendery seraya menepuk pundak Jiyeon kaku.

"Gak sih gue biasa aja."

Jiyeon menggigit bibir bawahnya gemas. Perlakuan Hendery benar-benar menunjukkan kalau pria itu jarang dekat dengan gadis. "Harusnya tuh gini, Heng," kata Jiyeon seraya meletakkan telapak tangan Hendery ke atas kepalanya.

Tanpa bisa dicegah wajah Hendery memerah. Mata sipitnya melebar dengan mulut sedikit terbuka; salah tingga.

Jiyeon pun terbahak melihatnya.

[ ✓ ] Boyfriend; ー NCT (EDISI HENDERY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang