Ch. 4 Ayook...

35 6 5
                                    

Aku ga tau yah cerita ini bagus apa ngak, soalnya aku buat juga karena gabut² makanya gaya penulisannya susah di mengerti 🙏🏻.

Tapi karena ada yang nuntut lanjutannya yaudah lanjut aja dan aku bakal perbaiki tata penulisannya.

So enjoy this chapter...^^

Eh bentar gw lupa udah sampe manaヘ(。□°)ヘ.

.

.

.

.

.

Kembali ke cerita, Arsaka menarik Anggasta secepat mungkin menjauh dari resto Cleopatra.

"Duh bunda malu maluin༎ຶ‿༎ຶ." Tangis Arsaka berjongkok menutup mukanya.

Anggasta hanya diam melihat sang empunya, yh... Secara dianya ga tau mau berbuat apa. Jadinya dia pergi membeli sesuatu yang disukai Arsaka.

"Eh... Bau ini, woah... Martabak telur edisi khusus."

"Eh.. bentar² emang di NWO ada martabak? Ah bodo Amat yang penting kenyang."

.

.

.

.

Begitulah kemudian Arsaka duduk di pangkuan Anggasta dengan santai makan martabak, alasannya sih ga mau duduk di bangku, nanti pant*tnya lecet.

"Omong² kamu beli ini dimana Angga?."

"..."

Begitulah, sungguh bodoh untuk bertanya kepada Anggasta yang diamnya kebangetan tapi cocok sih dengannya.

"Aku suka banget martabak ini, ayolah bilang ke aku yah yah...🥺✨"

Kali ini Anggasta tidak bisa menghindar dari pertanyaan Arsaka yang sangat bling² sampe telinganya memanas.

"Oya, lihat telinganya itu. Ehehe😏."

"Ne ne.. ayo cepat katakan.. fuh.." bujuknya sambil meniup ke telinganya si Anggasta.

"Kesalahan besar bagimu menggodaku." Ini Anggasta yang ngomong.

"Eh.. eh.. lu mau ngapain bngsd, umh."

"Anjrit lidahnya masuk." ( ◜‿◝ )♡

Skip...
Note: adegan selanjutnya silahkan bayangkan sendiri.

Setelah sekian waktu berciuman meski diliat oleh orang² sih. Tapi mereka berhenti melihat setelah di pelototi si Anggasta.

"Hah... Hah..., Gabisa gini, bahaya, ci.. ciumannya enak banget." Gumamnya sambil menyentuh bibirnya yang terasa hangat dan sedikit bergetar.

.

.

.

.

"Gilak, diliatin banyak orang huaa malu banget." Baru ngeh pas udah dijalan ke wilayah Anggasta.

"Disaat seperti ini enaknya belanja²."

"Aha!"

Sentak Arsaka kemudian berhenti di depan Anggasta sambil menjulurkan tangan dengan senyum² pertanda sesuatu.

"...?!"

"Uang, minta uang... Mau belanjaan."

Jadilah Arsaka diberi sebuah black card, membuatnya tersenyum kesenangan sambil ngerangkul tangan ayangnya ke toko pakaian.

Anggasta untuk ArsakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang