Ch. 5 Keutuhan yang sempurna

32 4 0
                                    

Di suatu tempat di luar NWO....

"SIALAN KALIAN!!"

"AKU MENYURUH KALIAN UNTUK MEMBAWANYA UNTUKKU HARI INI."

"T..tuan muda, mohon maafkan kami, tapi orang yang anda maksud telah pergi dengan Anggasta Sirasta, saingan anda."

"BRENGSEK!!"

"KELUAR KALIAN."

Tuan muda ini sungguh sesuatu deh. Akhirnya orang-orang suruhannya tadi pergi meninggalkan ruangan tuan mudanya yang masih math dan terdengar melemparkan barang yang dilihatnya.

"Diakah yang kau pilih?"

Sfc: suara pecahan kaca

"Aku tidak terima."

"Hiks.. hiks.., kau tidak boleh membuangku."

Dirinya tampak sayu dan penuh rasa sakit, yah.. secara tangannya luka akibat menggenggam serpihan kaca.

Kembali ke dalam NWO tepatnya ke tempat MC kita berada, yakni di taman penuh bunga kesukaannya.

Arsa sedari tadi terus memandangi bunga bunga Krisan dengan warna cyan. Walaupun agak berbeda dengan Krisan yang ada di bumi.

Tapi bunga² itu tetaplah cantik, selain itu Krisan melambangkan sebuah kehormatan seorang bangsawan. Dan lagi dalam cerita Jepang kuno Krisan merupakan lambang panjang umur.

"Aku penasaran, bisakah aku membuat bunga ini menjadi potion seperti legenda itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku penasaran, bisakah aku membuat bunga ini menjadi potion seperti legenda itu." Kata Arsa memandangi bunga-bunga Krisan didepannya dengan memangku dagu.

Tiba-tiba Angga datang "gunakan saja bunga itu semaumu, mereka semua adalah milikmu." Ia berjalan dan memetik salah satu bunga Krisan itu dan meletakkannya di sela-sela rambut Arsa.

"Benarkah!!" Seakan tak percaya Angga pun hanya menjawab dengan diam, tentu saja Arsa tau bahwa diam itu pertanda iya.

"Terimakasih!" Arsa kegirangan lalu berdiri dan melompat sedikit untuk mencium bibir sang dominan. "sejak dulu aku selalu ingin bereksperimen dengan bunga-bunga Krisan," Arsa berbalik dan mulai memandangi bunga-bunga Krisan  itu lagi dan tak peduli dengan reaksi yang diterima oleh dominannya itu.

"K..kau." Angga ingin bereaksi tapi ia segera sadar ketika melihat wajah senyum manis sang empu dibantu dengan cahaya suci dari matahari.

Ketika ia baru akan menghampiri sang empu, Arsa sudah berbalik dan berjalan kearahnya. "Berlutut lah!" Tanpa basa-basi ia langsung berlutut. Tentu saja Arsa tersenyum kemenangan.

"Hehehe, aku tidak tau kalau kau sepenurut ini." Arsa mulai menaruh satu persatu helai bunga pada rambut Angga. "Tanganmu," Arsa mengulurkan tangan lalu tangan Angga pun menggapainya.

"Baiklah pangeran, saya akan menerimamu sepenuh hatiku, dan aku harap hanya ada aku dalam hatimu." Arsa mengikrarkan perasaannya walaupun tanpa Angga memulai, karena tidak perlu baginya untuk menunggu karena hal itu percuma.

Anggasta untuk ArsakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang