11-"Ucin ila"

2.7K 401 8
                                    


ʕ•̫͡ʕ•̫͡ʔ•̫͡ʔ•̫͡ʕ•̫͡ʔ•̫͡ʕ•̫͡ʕ•̫͡ʔ•̫͡ʔ•̫͡ʕ•̫͡ʔ•̫͡ʔ

DISINI (Nama) sama Kiki lagi jalan bareng ke kantin kerna (Nama) memberi tahu Kiki bahwa dia laper. Saat di perjalanan, mereka nggak sengaja meliat Sho bareng Toro.

Anehnya, Toro kayaknya mau minum air tapi lupa lepas maskernya lalu membuat bajunya basah. Toro memasang wajah bingung dibalik masker. Sho pula hanya bisa ngertawain temennya.

"Ki." Panggil (Nama) ke kakaknya. Kiki menoleh untuk menatap sang adik.

"Bodohnya pekat ya?" Tanya (Nama) sambil nunjuk-nunjukkin Toro. Lalu mulutnya langsung ditempel oleh tangan Kiki.

"Temen gue itu, jir." Bisik Kiki ke telinga (Nama).

"Lho. U da emen? [Lho. Lu ada temen?]" ucap (Nama) yang ditutupi mulut. Niat mau nyakitin hati Kiki.

"Dasar adik burik." Kata Kiki sama perempatan di dahinya.

"Ucin ila [Bucin gila]."

"Maskerku hilang."



TORO'S POV

AKU suka memasak. Dan ada 3 alasan kenapa aku menyukai dunia masak memasak.

 Dan ada 3 alasan kenapa aku menyukai dunia masak memasak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Alasan pertama adalah kalau masak, stress-ku hilang. Jadi saat stress aku akan memasak.

Ucapan batinku terganggu saat anak jagaanku, Amu bersuara.

"Tapi.."

"Tapi kan kamu masak hampir tiap hari." Ucap Amu yang seharusnya berada di klub menggambarnya, Upi di klubnya dan (Nama) dengan kegiatan olahraganya. Bisa dibilang mereka mampir ke klub ini hanya untuk makan.

Aku memasang wajah datar sambil mengaduk bahan masakanku.

KROCOK!

KROCOK!

"Iya berteman dengan kalian membuatku stress setiap hari." Ucapku.

"Setiap bertemu kalian, stress-ku selalu bertambah 1 kilo." Sambungku lagi. Hanya mereka cok tapi bukan (Nama). Klo Dia, bikin hatiku berbunga.

Aku mendengar Amu dan Upi mohon maaf kepadaku sembari menggaru punggung kepala mereka. Ketika (Nama) pula hanya nikmati makanan yang kubuat.

"Bukan masalah, aku stress, tapi aku senang." Iya aku jujur ni. Senang 1% saja, yang lainnya stress.

"Tolong jangan berisik ya." Permohonanku mendapat tiga tanggapan berbeda daripada tiga gadis berbeda itu.

"Yes Papa!"

"KO"

"Ah! Aku! Aku"

Nah, bener bukan? Berbeda. Aku menatap Amu yang mengangkat tangannya lalu mengucapkan...

"Aku mau coba bantu!!!" Ucapnya semangat.

Otakku tiba-tiba Flashback ke saat rumah Sho meledak gara-gara Amu. Untung aku punya uang buat perbaiki rumahnya Sho dan semestinya uang itu adalah uang bapakku.

Wajahku otomatis mendatar.

"Gaboleh"

"Eeh?! Kenapa?!"

"Ingat terakhir kali kamu nyoba bantu masak? Setengah rumah Sho meledak karena ulahmu." Aku memperingati Amu. Lalu dia membalas dengan alasan.

"Namanya juga belajar." Belajar kepala kambingmu!

Seketika aku bisa mendengar kekehan pelan (Nama). Dia pasti kejadian itu lucu. Nyaman deh mendengar suaranya.

"Kalau memang mau belajar, besok bawa hasil masakanmu."

"Ugh ok"

Aku melihat Upi dan (Nama) menyelinap secara diam-diam hanya untuk memakan masakanku tanpa pengetahuanku. Aku tidak melarang kerna...





























Aku bisa melihat senyumannya lagi.










    ʕ•̫͡ʕ•̫͡ʔ•̫͡ʔ•̫͡ʕ•̫͡ʔ•̫͡ʕ•̫͡ʕ•̫͡ʔ•̫͡ʔ•̫͡ʕ•̫͡ʔ•̫͡ʔ
Author mengunpublish buku ini hanya kerna alasan mau memperbaiki kesalahan bahasa dan ejaan ku. Maaf ya.
❤︎︎❤︎︎

❤︎︎❤︎︎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kembarannya Kiki [Wee! x reader]★彡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang