4. Paling prioritas

1 1 0
                                    

Senja menaruh secangkir teh hangat dihadapan Luna. Gadis itu tersenyum pada Senja. "Makasih Senja," tutur Luna tersanjung.

Lima orang yang duduk di sofa sebelah Luna mendumel, terutama Langit.

"Luna aja nih yang dikasi minum, kita?" protes Mars, menyilangkan tangannya di depan dada.

"Ambil sendiri!" jawab Senja ketus.

Senja duduk di tengah-tengah antara Langit dan Galaksi. Bersiap mengambil ancang-ancang sebagai moderator.

Langit sengaja menyandarkan kepalanya di bahu Senja dan berhasil membuat Luna cemburu. Luna mengalihkan pandangannya agar hatinya semakin tak teriris.

Langit tidak peduli sama sekali, toh dia ada disini karena dipaksa oleh Senja.

Galaksi menyingkirkan kepala Langit yang lagi asik bersandar. "Gantian Lang, lo mulu yang nyandar di bahu adek gue," ujar Galaksi dingin kemudian meletakkan kepalanya di bahu Senja.

Langit tak terima perlakuan abangnya itu. Langit hendak memprotes tapi ditunda karena Senja langsung memotong.

"Hargai yang di depan Langit!" gemas Senja mencubit pinggang langit hingga menuai rintihan dari Langit.

"Langit, lo maukan nerima gue," mohon Luna memelas.

Langit masih kukuh bahkan tidak menganggap Luna sekalipun.

"Gue tetep gak mau!" tolaknya.

Luna meneteskan air matanya, usahanya datang ke tongkrongan Langit sia-sia.

Jawaban yang diinginkan Luna tak kunjung keluar dari mulut cowok idamannya itu. Malahan kalimat pedih yang diterima Luna.

Luna merasa kehadiran disini sudah tak diinginkan. Luna meranjak pergi meninggalkan tempat itu.

"Kasihan juga ya dia," ujar Bima yang iba melihat Luna.

Senja bangkit hendak mengejar Luna, namun tangannya ditarik lebih dulu oleh Langit untuk kembali duduk.

"Lo mau ngapain?" tanya Langit tajam, sorot matanya nampak tak suka.

"Ngejar Luna," jawab Senja santai, sedikitpun tak ada rasa takut pada tatapan horor langit.

Galaksi menarik bahu Senja agar menghadapnya. Menurut Galaksi Senja sudah terlalu berlebihan dalam menentukan pacar Langit.

"Udahlah Dek, Langit gak suka, jangan dipaksa," tutur Galaksi lembut memberi pengertian kepada Senja yang terlalu optimis.

Senja menghembuskan nafasnya," gue cuma mau bantu Luna Bang. Luna sampai berlutut minta bantuan sama gue Bang, ya gue gak tega sekaligus kasihan lah sama Luna," jelas Senja sedih tak bisa membantu.

Galaksi menggeleng, mengelus puncak kepala Senja. "Lo udah banyak bantu Luna, jadi gak usah sedih. Cinta itu gak bisa dipaksa Senja."

Langit ngangguk-ngangguk setuju dengan ucapan Galaksi. Wajah Langit sudah berubah tidak lagi memancarkan aura tajam dan dingin.

"Tau nih si bontot, nanti Langit sibuk sama pacarnya terus lupa sama lo nangesss," sahut Bima.

Senja mencibir. "Itu gak mungkin! Walaupun nanti Langit punya pacar, Langit tetap memprioritaskan gue sebagai nomor satu. Iya, kan?"

Langit gemas mencubit pipi Senja lalu menggoyangkannya. "Pasti sayang."

Bintang meludah ke samping. "Katanya sahabat, kok manggil sayang?" ketus Bintang merasa ilfil  dengan dua insan ini.

Mars mendorong Bintang sampai terpental tidak estetik. "Njir jorok lo Tang, bersihin ludah lo!"

Bintang yang tak terima di dorong Mars menolak membersihkan ludahnya. Sesi saling tonjok pun terjadi diantara keduanya.

SelatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang