Chapter 34 | Rindu

4K 703 42
                                    

Hai, janlup tapi tap⭐
Happy Reading!

***

"Bener Nay, masuk ke jalan ini?"

"Bener Mas. Sekarang Bapak sama Ibu ada di rumah Pak Kadus. Kita kesana dulu." Naya menjawab lirih.

"Oke." Jawab Elang.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, mobil Elang sudah tiba di Wonosari. Dan sekarang mereka sedang menuju ke kediaman Kepala Dusun setempat. Tempat tinggal orangtua Naya untuk sementara setelah diusir.

Lima menit kemudian, mobil Elang memasuki halaman rumah bercat coklat dan terdapat tanaman hias di sekitarnya. Naya bergegas turun dan yang lain pun menyusul.

Sang tuan rumah sudah menyambut mereka terlebih dahulu sebelum mereka mengetuk pintu.

"Koe Naya toh bener?" Tanya seorang lelaki dewasa yang Naya tahu adalah seorang Kepala Dusun di daerah rumahnya. (Kamu Naya kan bener?)

"Leres Pak. Bapak kalih Ibu teng pundi?" (Betul Pak. Bapak sama Ibu dimana?)

"Naya? Ya Allah Gusti Nayaaaaa" Sebelum Pak Kadus menjawab, sebuah panggilan disusul teriakan terdengar.

"Ibuuuu"

Anak dan Ibu tersebut saling berpelukan dengan haru. Keduanya terisak hebat. Diam-diam Gema menitikkan airmatanya. Netra Juna bahkan sudah berkaca-kaca.

"Ibuk kangen banget karo koe Ndukk" Ibu Naya menciumi kening putrinya dengan penuh kerinduan.

"Naya juga Buk,"

Selagi kedua anak-ibu itu melepas rindu mereka, Pak Kadus mempersilahkan Elang dan yang lainnya untuk duduk di ruang tamu.

"Iki mas-mas'e, sopo'e Naya yo?"

Elang terdiam sebelum menjawab, "Rencange Pak." Pak Kadus hanya mengangguk. (Temannya Pak).

"Bapak rak tego delok Pak Naryo kon lungo sekang umahe dewe." (Bapak nggak tega melihat Pak Naryo disuruh pergi dari rumahnya sendiri.)

Elang mengangguk. Ia pun merasakan hal yang sama. Ketika mendengarnya pertama kali, ia turut sedih dengan apa yang menimpa keluarga Naya.

"Jun, gue nggak paham sumpah." Bisik Gema.

"Ya apalagi gue?"

"Diem." Nalen menegur keduanya yang sibuk kasak-kusuk.

Tak lama, sang istri dari pak Kadus membawa nampan yang berisi teh dan beberapa cemilan. Naya dan ibunya mengekor di belakang dan bergabung di ruang tamu.

"Monggo unjukane, Mas." Ucap Bu Kadus. (Silakan minumannya, Mas.)

"Nggih Bu, maturnuwun."

"Wes podo maem, durung?" (Sudah pada makan, belum?)

"Sampun, Bu." (Sudah, Bu.)

Pasangan suami-istri itu saling melirik dalam diam. Mengapa hanya satu orang saja yang menjawab? Untuk ukuran orang Jawa, sikap mereka kurang sopan kepada yang lebih tua. Dan Elang peka akan hal tersebut.

"Mohon maaf sebelumnya Pak Kadus, tiga teman saya ini orang Jakarta jadi mereka kurang paham dengan Bahasa Jawa." Jelas Elang.

"Owalah pantesannn" Keduanya tertawa. Sedangkan trio rantau Jakarta hanya terkekeh canggung.

"Maaf ya Pak, Bu."

"Ya sudah itu diminum dulu, nanti kalo kalian laper bilang yo?" Setelahnya Bu Kadus berlalu ke belakang.

Arcadia✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang