Chapter 32 | Perasaan

4.1K 705 67
                                    

Hai, janlup tap tap⭐
Happy Reading!

***

Juna termenung sambil menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya berkelana. Ia tak ingin berbohong jika dalam tiga hari terakhir, pikirannya hanya tertuju pada gadis remaja bernama Anindya. Ucapan sang gadis tiga hari lalu masih terngiang-ngiang di kepalanya.

"Cemburu?" Juna bertanya lirih setelah sadar dari keterkejutannya.

Tak ada balasan.

"Kenapa.. cemburu?" Juna menatap nanar Anindya.

"Apa aku harus jelasin? Mas Juna udah paham kan?"

Balasan Anindya membuatnya bungkam seketika. Juna jelas lebih dari tau alasan Anindya cemburu. Tapi, kenapa? Kenapa Anindya menyukainya?

"Anin–"

"Anggap Mas Juna nggak pernah denger!"

Kali ini Anindya benar-benar pergi. Ia berlari kencang meninggalkan Juna di belakang dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Ah nggak tau lah pusing!!" Desah Juna frustasi. Ia menutup kedua matanya dengan sebelah lengannya. Berniat untuk tidur. Akhir-akhir ini tidurnya sangat tidak teratur.

***

Alunan nada terdengar di kedua telinganya saat tungkainya semakin deket dengan ruang musik. Cakra hampir tidak pernah berharap dalam hidupnya. Tapi kali ini, ia berharap jika Cantika ada disana.

Harapannya terkabul. Gadis yang ia cari—lebih tepatnya yang ia rindukan ada disana. Sedang memainkan nada-nada yang indah namun penuh dengan kesedihan. Cakra hanya menatapnya dalam diam. Melihat punggung gadis itu sudah cukup untuknya.

Tiba-tiba alunan nada yang indah itu berhenti. Cakra tersentak kaget ketika Cantika sudah berbalik menghadapnya. Gadis itu tak bersuara, hanya menatapnya dalam diam.

"G Minor Bach?" Cakra yang pertama kali memecah keheningan diantara mereka berdua.

Cantika tak mengacuhkan itu, ia beranjak pergi dari sana. Saat melewati Cakra, lengannya dicekal lelaki itu.

"Kamu kenapa Tik?"

"Nggak papa."

"Kamu ngehindarin aku. Kenapa?" Tanya Cakra lagi.

"Aku nggak hindarin kamu."

"Bohong."

"Ck! Udahlah." Cantika melepas cekalan Cakra.

"Cantika, aku ada salah sama kamu?" Cakra bertanya lirih.

"Kamu nggak salah apa-apa." Jawabnya pelan. "Tapi kayaknya emang seharusnya kita gak sedeket ini, Cak." Lanjut Cantika sembari menatap Cakra datar.

Cakra tercekat. Tubuhnya lemas seketika. Bahkan ia tak sempat menghalangi langkah Cantika yang sekarang sudah menghilang dari pandangannya.

***

"Lemes banget Jun, kek ikan teri."

Juna tak menjawab ledekan Gema. Ia sibuk mengoles selai pada roti tawarnya.

"Eh lo pada udah tau belom Janari lagi deket sama cewek?!" Tanya Gema dengan berapi-api. Akhirnya ia punya kesempatan untuk membahas ini bersama dua sahabatnya yang lain.

"Cewek? Udah biasa kan?" Nalen menyahut santai.

"Iya sih, tapi nggak tau rasanya beda aja."

"Bagus deh kalo dia bisa serius sama cewek." Balas Nalen.

Arcadia✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang