Chapter 47 | Kebohongan

3.8K 657 53
                                    

Hai, jangan lupa tap tap⭐
Happy Reading!

***

"Nggak mau!" Tolak Cantika.

Wajah ibunya sudah memerah padam. Beliau marah luar biasa apalagi ketika mendapati Cakra berada di samping putrinya. Untung saja, ia melihat eksistensi mereka berdua sejak keluar dari gerbang sekolah.

"Mau jadi anak bandel kamu?!" Hardik sang ibu.

Cantika tidak peduli dengan atensi orang-orang di sekitar mereka. Sudah habis kesabarannya selama ini. Ia sudah memilih untuk menjadi dirinya sendiri dan melakukan hal-hal yang menyenangkan di tahun terakhir nya di SMA. Walaupun ya, cukup terlambat sebenarnya.

"Emang apa salahnya sih kalo Cantika mau main sebentar? Cantika juga bisa capek karena belajar terus."

"Kamu! Pasti karena kamu main sama anak ini kan? Sadar Cantika, dia tanpa belajar bisa ada di posisi satu. Tapi kamu? Nggak bisa sayang, kamu harus belajar. Cepet masuk mobil!"

Cakra tidak berani menyela perdebatan anak dan ibu itu. Ia masih sadar diri untuk tidak melewati batas. Ia tak ingin hubungannya dengan Cantika kembali buruk. Walaupun sebetulnya, ia sedikit tersulut dengan ucapan ibu Cantika.

"Ma, Cantika tau apa yang terbaik buat Cantika. Maaf ya Ma kalo Cantika nggak bisa wujudin semua kemauan Mama. Tapi jujur, Cantika capek jadi boneka. Jadi tolong, tolong ya Ma, biarin Cantika ngerasain gimana enaknya jadi remaja. Mama bisa lanjut marahin Cantika di rumah nanti."

Wanita paruh baya itu tercekat. Ia seperti ditampar dengan tangan tak kasat mata.

Cantika segera menyeret Cakra setelah netranya menangkap Trans Jogja yang akan mendekat. Sedangkan ibu Cantika masih terpaku dan tubuhnya seperti tak bisa digerakkan. Beliau tersadar ketika putrinya sudah menghilang dari pandangannya. Ia menghela napas panjang dan memutar tubuhnya kembali ke mobil yang terparkir tak jauh dari sana.

***

"Serius El? Buaya kayak Ari bisa galau?" Elvira terperangah tak percaya.

Walaupun ia tidak terlalu dekat dengan Janari namun dalam beberapa kesempatan, Elang bercerita mengenai Janari padanya. Pamornya di kampus juga tak main-main. Teman satu rombelnya bahkan menyukai lelaki itu.

Elang terkekeh. "Beneran. Dia tuh sebenarnya juga nggak buaya deh. Tapi emang anaknya friendly sama cewek-cewek. Satu-satunya cewek yang disukai Ari ya cuma anak kost sebelah Arcadia."

Elvira manggut-manggut. "Pasti cewek itu cantik ya El?"

Elang mengangguk. "Iya, cantik."

Elvira langsung meletakkan peralatan makannya. Ia menopang wajahnya sembari memandang Elang. Omong-omong, mereka sedang berada di kedai bakso.

"Oh, jadi cantik ya??"

Mencium ada sesuatu yang tidak beres, Elang mengangkat kepalanya. Senyuman manis namun menyeramkan yang tersungging di bibir Elvira menyapanya. Elang terkesiap, sepertinya dirinya baru saja kecolongan.

"Ya, sebentar–"

"Secantik apa ya, duh jadi pengen liat deh."

"Yasa–"

"Sampe Elang yang jarang muji orang aja bilang cantik wahhh" Giginya bergemeletuk.

Mampus, Elang mampus!

Elvira dalam mode cemburu itu cukup berbahaya menurutnya. Elang harus pintar-pintar merayu.

"Eum Ya, abis UAS staycation lagi yuk?"

Arcadia✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang