Sepasang kelopak mata berbulu lentik itu terbuka menatap langit-langit kamar yang bercahaya temaram. Terdengar hembusan nafas teratur disebelahnya yang menandakan ada sosok lain yang saat ini berada didalam ruangan berukuran 8x10 meter tersebut. Matanya melirik kearah sepasang lengan kokoh yang membelit perutnya dengan erat, seakan jika tidak demikian tubuh didalam dekapannya itu bisa saja menghilang.
Juwita namanya, wanita bertubuh mungil yang siapa saja pasti mengira bahwa ia adalah seorang mahasiswa atau bahkan seorang siswa sekolah menengah akhir. Namun siapa sangka, wanita berwajah imut itu baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke tiga puluh.
Mengusap pelan wajahnya, Juwi menyingkirkan pelan lengan yang sedari tadi membuatnya sesak hingga sulit bernafas. Setelah terlepas, ia segera memunguti pakaiannya yang berceceran dilantai akibat ulah lelaki yang terbaring diatas ranjang dan masih tenggelam dialam mimpi.
Seperti sudah tersetting, Juwi selalu terbangun pukul tiga dini hari, lalu tak bisa tertidur hingga sang fajar menyingsing. Juwi berjalan keluar kamar setelah lebih dulu memakai kembali pakaiannya, menuju kearah dapur untuk membuat segelas kopi dan membuka laptop untuk menonton drama favoritnya. Ini adalah salah satu cara healing terbaik menurut Juwi.
Setelah menyelesaikan satu atau dua episode, Juwi memulai kegiatan rutinnya. Membersihkan rumah dan membuat sarapan untuknya juga suaminya. Ya, Juwita sudah menikah tepatnya dua tahun yang lalu. Ia menikah dengan seorang pria yang lebih muda tiga tahun darinya. Namun bukan berarti suaminya itu mempunyai sifat kekanakan, tentu saja sifatnya sangat dewasa bahkan melampui sifat Juwita sendiri yang notabene nya lebih tua.
Juwita membuka jendela dapur, menikmati pemandangan panorama langit yang mulai dihiasi semburat jingga. Aroma segar dari tanaman dan rerumputan yang terbalut embun seketika memanjakan indera penciumannya. Suara seruan dari rumah ibadah umat muslim pun sudah mulai dikumandangkan.
Juwita membuka kulkas, mengeluarkan bahan makanan yang telah ia beli di super market, berencana membuat garlic butter saikoro untuk menu sarapan pagi ini.
Harum dari aroma perpaduan bawang putih dan butter seketika menguar memenuhi ruangan hingga sampai kehidung bangir pria yang kini matanya mulai berkedip tanda terbangun dari tidurnya. Ia bangkit dan berjalan gontai mencari keberadaan sang istri yang ia yakini sedang berkutat dengan alat perangnya didapur.
Juwita tersentak saat sepasang lengan melingkari perutnya yang rata, hampir saja pisau yang ia gunakan untuk mengupas buah mengiris jarinya.
"Pagi" sapa sang lelaki dengan suara serak khas bangun tidur lalu menumpukan dagunya pada bahu Juwi. Matanya bahkan masih terpejam, rambutnya mencuat kesana kemari dengan lucu. Juwi hanya melirik sekilas lalu kembali melanjutkan kegiatan memasaknya. Meski sedikit kesusahan karena sang suami terus saja bergelayut pada tubuhnya yang mungil.
Percuma meminta suaminya itu untuk duduk diam dimeja makan selagi ia memasak, karena permintaan darinya itu tak pernah digubris selama mereka menjadi sepasang suami istri. Lelaki itu bisa jadi beratus kali keras kepala jika menyangkut tentang Juwita.
Jake Adhitama Sanders adalah sosok yang menjadi suami Juwita. Diusianya yang menginjak 27 tahun, Jake dianugerahi segala kelebihan yang bisa membuat kaum adam memandang iri dan kaum hawa yang memuja dirinya. Memiliki wajah rupawan yang tidak lazim seperti orang Indonesia kebanyakan, Jake lebih cocok disebut bule karena wajahnya yang memang lebih condong ke genetik keluarga kakek buyutnya yang merupakan seorang yang berasal dari belahan benua Eropa.
Semasa penjajahan kolonial Belanda, kakek Jake terpikat oleh seorang wanita pribumi anak dari seorang saudagar kaya, mereka saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah. Kakek Jake memilih menetap dan membesarkan anak serta cucunya hingga akhirnya wafat di Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET AFFAIR | HEESEUNG
Fanfiction"Apa yang bisa diharapkan dari sebuah hubungan tanpa cinta?" ⚠️ EXPLICIT SEXUAL CONTENT, HARSH WORD, MINOR DO NOT INTERACTION.