Selamat Datang di aplikasi Teman-Curhat, aplikasi yang memudahkan anda yang tidak punya teman dekat untuk bercerita. aplikasi Teman-Curhat menyediakan berbagai keuntungan untuk anda, salah satunya silahkan klik mendaftar, isi data diri anda dan sila...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Maaf gengs, aku kalo ship suka random wkwkwk
Komennya jangan lupa
***
"Eh ada mantan...."
Utahime memutar bola mata malas, "Ngapain pake aplikasi Teman-Curhat segala?"
Suguru tertawa renyah, ia berjalan mendekat dan berdiri tepat di samping Utahime, awalnya dia kaget karena yang match dengan kriteria dia di teman curhat ya Utahime, walau agak gengsi Suguru memang sedang membutuhkan teman untuk cerita.
"Lama gak ketemu..." Suguru melirik Utahime, Utahime yang awalnya sensian jadi ikut menghela nafas.
'Tenang...cuman masa lalu, itu udah lama Hime...'
"Gimana kabarnya? Mama Kamu gimana?"
Wanita itu mengulum bibir pelan, sepertinya ini tidak akan menjadi tempat curhat tapi mengenang kenangan.
"Baik, kamu gimana?"
"Baik juga, lama kita gak ketemu, dua tahun gak sih? Padahal satu kota."
"Yakan kota kita gak kecil."
Suguru menyengir, ia berpacaran dengan Utahime dari SMP sampai ia lulus kuliah beberapa tahun silam, dan putus karena pertengkaran kecil, sesimpel itu, dan waktu itu keduanya kuliah di luar kota, dan memilih saling menjauh dengan kehilangan kontak satu sama lain.
"Hehe."
Kekehan kecil itu menjadi pembuka keheningan selanjutnya. Sebelum Utahime membuka kembali pembicaraan.
"Kamu pesen Temen-Curhat, emang mau curhat apa?"
Utahime hafal betul, Suguru yang tenang memiliki sifat yang cenderung tertutup, apalagi jika masalah pribadi. Ia hanya akan bercerita pada orang-orang tertentu, saat mereka masih bersama dulu, tempat Suguru untuk bercerita, ya, Utahime.
"Suguru..."
Terdengar helaan nafas dari mulut lelaki berambut hitam itu, ia melirik Utahime dan memaksa untuk tersenyum. Membuat Utahime mendadak tidak enak.
"Boleh minta peluk gak sih, Hime?"
Tertegun mendengar suara bergetar dari Suguru, untuk sesaat Utahime nampak berpikir sebelum merentangkan tangannya, yang langsung disambut baik oleh Suguru. Ia menarik tubuh wanita itu mendekat, memeluknya erat, Utahime sampai terangkat karena perbedaan tinggi keduanya.
"Ayo cerita, kamu kenapa."
"Mama aku dua Minggu yang lalu meninggal, Hime. Tadi niatnya pesan temen curhat buat nyurhatin perasaan yang masih gak rela tapi malah ketemu kamu."
"Suguru..." Utahime mengeratkan pelukannya mendengar itu, "Ini serius? Tante meninggal?"
Ia memgangguk, matanya nampak berkaca. Elusan punggung oleh tangan Utahime terasa menenangkan, terasa nyaman. Untuk ia yang sedang tidak baik-baik saja.
"Nangis aja, kehilangan orang yang kita sayang tuh emang sulit, apalagi anggota keluarga yang paling kita cinta."
Pelukan Suguru mengerat, ia membungkuk, menenggelamkan wajahnya di ceruk Utahime.
"Mama juga sempet kirim salam buat kamu sebelum meninggal, cuman karena kita udah gak kontakan dan jarang ketemu, jadinya baru bisa kasih tahu sekarang."
Utahime mengigit bibir bawahnya, masih terus mengelus punggung Suguru. Nafas lelaki itu terasa hangat di leher, membuatnya menghela nafas pelan.
"Hime kerja apa sekarang?"
Suguru melepaskan pelukan, lelaki itu tersenyum lembut membuat Utahime menatapnya iba.
"Aku freelance nulis, sama sekarang, jadi bagian dari Temen-Curhat."
Ia mengangguk mengerti, "Cocok sih buat kamu, kamu kan dulu suka dengerin orang cerita ya."
"Ingat aja."
"Inget Dong..."
Mantan terlama..
"Kamu kesibukannya apa sekarang?"
"Aku?"
"Iya."
"Sekarang aku kerja di DI SER."
Mata Utahime membulat.
"DI SER? Yang produksinya parfum itu, kan?"
Suguru mengangguk membuat Utahime berdecak kagum.
"Nanti deh, aku bawain kamu parfum juga."
"Ihh emang bisa?"
"Bisa dong, ntar aku beliin."
Utahime memincitkan mata "Emang beda ya, yang gajinya banyak."
"Iyalah..."
Keduanya tertawa setelahnya.
"Okedeh."
"Hime udah punya pacar sekarang?"
"Enggak, lagi mau nyenengin diri sendiri dulu, males, makin dewasa tuh ya, makin males jalanin hubungan kalau kepastiannya gak nentu, mendingan ngumpulin uang sambil belajar gitu."
"Bener sih, aku juga ngerasain hal yang sama, yaudah nanti kamu tunggu aku aja, kita tinggal nikah."
Utahime menoleh dengan wajah bersemu, "Idiih yakin banget..."
"Harus dong, siapa tahu emang jodoh."
"Terserah kamu ajalah, aku sih gak bisa jamin, kalau Nemu yang lain dan lebih baik, kenapa enggak?"
Terdiam, Suguru mengangguk mengerti
"Semua pilihan juga ada di tangan kamu sih, yaudah, aku kasih berhenti aja ya timernya."
"Loh kok gitu? Masih ada satu jam setengah. Aku mesti profesional, kamu gak nyaman yaa ngomong sama aku?"
Suguru senyum pelan, buat telinga Utahime memerah.
"Enggak kok," ia menunjukkan layar smartphone, di sana ada pesan dari beberapa rekan kantornya yang menyuruh Suguru untuk ke kantor sebentar.
"Aku tetap kasih bintang 5."
"Haruslah..."
Terkekeh pelan, telinga lelaki itu mendadak memerah.
"Boleh minta kontaknya? Biar nanti parfumnya bisa aku kasih."
Utahime menatap lelaki itu curiga, "Mulus banget." Tapi tetap mengetikkan nomornya di smartphone Suguru.
"Thanks Hime, kapan-kapan keluar makan bareng yaa..."
"Kalau ditraktir aku mah oke aja."
"Tenang, all you can eat."
Utahime terkikih geli.
"Okay, semangat kerja ya kamu, aku pergi dulu."
"Kamu juga semangat kerja..."
Padahal tadi pas lihat profil Suguru, Utahime mau menjadi wanita jutek sehari saja, tapi ternyata tidak sesuai rencana.
'Selesai'
@GetoSuguru 🌟 🌟 🌟 🌟 🌟 Sayang tadi saya harus ke kantor, selamat bekerja Mantan sampai ketemu di pelaminan🥰