Song: Sweater Weather - by The Neighbourhood
———
"Kau dimana?"
Aku berjalan menyusuri taman sambil mataku fokus memindai tempat itu, mencari seseorang.
Tangan kananku terus memegang ponsel yang kutempel di telingaku."Taeri-ya sebelah sini. Aku melihatmu." Sebuah suara di seberang ponsel membuatku dengan cepat membalikkan tubuhku dan berhasil menemukan Zico.
Zico mengangkat tangannya, melambai padaku.
Aku balas melambai padanya, mematikan ponselku dan berlari kecil ke arah Zico.
Kami berpelukan, tidak peduli dengan banyaknya pasang mata yang mungkin akan melihat kami. Aku hanya ingin melepas rinduku padanya.
Aku sudah tidak bertemu dengannya selama 4 bulan, karena ia terpaksa harus menjalani dinas di sebuah daerah pedalaman. Dan aku yang sibuk dengan pekerjaanku tidak bisa datang sesekali hanya untuk sekedar berkunjung menjenguknya.
Dan itu membuatku merindukannya setengah mati. Pacar satu-satunya yang kumiliki seumur hidupku.
Selama 2 tahun menjalani hubungan kami sama sekali tidak pernah diterpa masalah serius dan bisa dibilang hubungan kami lancar-lancar saja. Kecuali terkadang Zico yang memarahiku yang katanya terlalu dekat dengan Park Sehun, sahabatku selama 15 tahun. Ia bahkan pernah melarangku bertemu dengan Sehun selama beberapa bulan dan aku berhasil meyakinkan Zico jika aku sama sekali tidak memiliki hubungan spesial apapun dengan Sehun selain bersahabat.Zico mengambil tanganku dan menggenggamnya dengan lembut. Aku selalu suka bagaimana lembutnya ia memperlakukanku.
Ia selalu berusaha membuatku nyaman saat berada di sekitarmya. Dan ia juga menjadi pacar yang selalu mendukung apapun yang kulakukan."Kapan kau kembali ke seoul?" tanyaku sedikit antusias dengan kepulangannya.
Sejak ia pergi untuk melakukan pekerjaannya kami sama sekali tidak berhubungan. Aku memakluminya karena aku tahu sulit untuk mengakses internet di daerah tempatnya bekerja.
"1 minggu yang lalu." jawabnya.
Aku manggut-manggut, "Kenapa tidak memberitahuku?"
"Maaf, aku harus mengurus sesuatu dulu jadi aku sangat sibuk." jawabnya yang jujur saja sedikit mengecewakanku.
Aku sedikit kecewa ternyata ia tidak serindu itu padaku, padahal aku tidak pernah absen merindukannya setiap hari. Namun aku tetap berusaha untuk berpikir positif mungkin saja ia memang tidak sempat. Lagipula ia pasti lebih sibuk dariku yang hanya bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe.
Aku kembali memasang senyum lebar."Kalau begitu, kita akan kencan kemana hari ini?" tanyaku memaksakan nada ceria, berusaha menutupi kekecewaan sedikit yang kurasa. Aku tidak ingin merusak kencan pertama kami lagi setelah 4 bulan menjalani LDR.
Kami bahkan tidak pernah saling kontak sekalipun selama 4 bulan. Lupa menghubungiku bukanlah masalah besar untuk hari ini."Taeri-ya," panggilnya tiba-tiba.
Aku segera membalikkan wajahku menatapnya.
Dan entah mengapa aku menangkap kejanggalan pada ekspresi wajahnya kali ini.
Ia seperti resah akan sesuatu dan ragu.
Tidak seperti biasanya yang mana ia selalu menunjukkan ekspresi lembutnya padaku.
Namun ekspresinya kali ini membuatku sedikit tidak nyaman dan juga takut."Ada apa?" aku berusaha tersenyum, pikiranku terus berusaha berpikir positif.
Walaupun yang kudapati berikutnya adalah Zico yang hanya terdiam selama 5 menit tanpa menjawab pertanyaanku. Ia bahkan tidak berani menatap mataku, tidak seperti biasanya.
Ia benar-benar terlihat beda kali ini."Taeri-ya," ia hanya mengulangi memanggil namaku.
"Ada apa? jangan membuatku takut."
Ia menarik nafas panjang. Dan tangannya perlahan melepaskan genggamannya pada tanganku.
Aku memperhatikan gerak-geriknya dengan ekspresi bingung. Tidak ada petunjuk apapun dalam pikiranku saat ini akan apa yang sedang ia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends should be stay at them zone
Krótkie OpowiadaniaDia temanku, tapi aku bercinta dengannya. || 5 parts only<3 ||