Gue kira gak akan se-berantakan ini hati gue, kalo lo tiba-tiba nyapa, ternyata ketika lo ngomong sama gue pun gue mau kejang saking senengnya.
Tapi ya gitu, gue pinter banget nutupin semua itu.
Semoga ketika gue ketemu lo lagi dan lo nyapa gue, hati gue gak sebrantakan ini lagi ya.
**
Setelah hunting foto, gibran memasang hasilnya di mading sekolah.
Kala melihat itu dan dia menuliskan sesuatu di sticky note yang nantinya akan ia tempel persis di bawah hasil foto Gibran. Hasil jepretan foto Gibran selalu saja luar biasa dan menjadi yang paling banyak dicari di mading sekolah termasuk Kala sendiri.
Aku ngga tahu apa yang terjadi pada kamu sehingga seluruh nyanyian mu kali ini selalu tentang melepaskan. Semoga bukan melepaskan sesuatu yang berat ya. Dan apapun itu, kamu harus coba untuk menerimanya.
I feel you, Gib.
Kala tersenyum menatap sticky notes yang ia tempelkan. Dengan sticky note yang Kala tempelkan tepat di bawah hasil foto Gibran, ia berharap kalau Gibran akan membaca itu dan segera menerima segala sesuatu yang menimpanya.
Melepaskan memang tak mudah, namun tetap bertahan juga merupakan hal yang sulit.
Apapun itu, jangan sampai kamu bertahan untuk orang yang salah, karena mencintai tak harus selalu tentang mempertahankan.
Kala segera bersembunyi saat mendengar suara ribut-ribut dari arah kanan. Ia bersembunyi karena ingin tahu siapa orang-orang yang ribut tadi. Siapa tahu itu Gibran dan teman-temannya. Kan lumayan pagi buta gini udah liat yang seger-seger.
"Ya gak gitu juga, bencong!"
"Gue bukan pocong!"
"Gue bilang bencong, budeg lo!"
"Setan!"
"Jadi nemenin Gibran live musik nggak?" Zico mengalikan topik. Sepanjang jalan dari kantin menuju kelas, Bintang dan Jordy selalu membicarakan tentang bencong. Yang lain hanya bisa menyimak pembicaraan mereka, kakak adik yang satu ini bedanya memang bukan main.
"Harus dong, sekalian nongki," kata Jordy bersemangat.
"Yoi bro!" Satria menyahut.
"Cafe mana? Gue lupa btw," tanya Jordy untuk kesekian kalinya.
"Tempat Peraduan," jawab Gibran malas. Padahal sudah berulangkali Gibran menegaskan bahwa ia akan manggung di Cafe Tempat Peraduan. Namun tetap saja, teman-temannya itu selalu bertanya lagi dan lagi.
Apa tidak kesal? Ya jelas Gibran kesal, tapi mau gimana lagi.
"Lo langsung ke tempat atau pulang dulu Gib?" tanya Jordy.
"Gue langsung, tapi ini mau latihan sebentar di ruang musik."
"Oke!"
Kala mendengar percakapan mereka. Rupanya Gibran ada jadwal manggung di Tempat Peraduan.
Kala bimbang apa ia harus ke sana atau tidak, sebab ia takut ketahuan. Apalagi ada Zico dan Bintang yang mengenalnya. Pasti kalau bertemu mereka akan menyapa Kala.
Bukannya bagus ya, kalau Bintang atau Zico menyapa Kala saat ada Gibran yang artinya Gibran tahu kalau Kala hidup.
Ya memang bagus, tapi nggak bagus buat hati Kala.
"Kayaknya gak usah deh, gue dengerin di depan ruang musik aja," ujarnya pada diri sendiri. Tadi Kala dengar kalau Gibran akan latihan sebelum ke Cafe jadi dia tidak usah repot-repot datang ke Cafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin By S
Teen FictionMusik dan fotografi adalah hal yang paling melekat dalam dirinya. Tak ada yang lebih berarti selain kedua hal tersebut. Aku pun ragu, apa aku bisa masuk ke dalam hidupnya dan menambah diriku sebagai hal yang berarti dalam hidupnya? Senjakala Derai S...