Kau tahu lagu berjudul Akulah Dia yang dibawakan Drive? Sialan! Lagu itu membodohiku. Namun, mungkin saja aku yang bodoh karena mudah percaya dengan lirik yang mereka bawakan. Aku pikir nantinya aku akan dapat menikahi Juminten dan hidup bersama selamanya, tapi nyatanya tidak begitu. Saat ini lirik lagu Langit Favorit juga mencoba membodohiku. Bukankah jelas bahwa merangkai kembali kisah-kisah yang telah berlalu dan terbukur kecewa hanya omong kosong. Nanti aku ceritakan detilnya. Ingatkan saja, jika aku melewatkannya hingga akhir cerita.
Belasan tahun yang lalu, seperti yang kuceritakan sebelumnya, aku dan Juminten berpisah untuk kebutuhan pendidikan. Aku pikir situasinya sedikit mirip dengan apa yang dilalui pasangan Irwansyah dan Acha saat-saat itu. Kami terpisah kira-kira sejauh setengah juta kilo meter jaraknya. Aku begitu sombong, merendahkan kuasa jarak dan waktu. Aku terlampau percaya diri, jika Juminten akan selalu mengingatku.
Dulu, aku memang sempat berpikir bahwa Juminten menaruh rasa suka padaku, dan aku pun demikian. Nyatanya, hingga saat ini, aku tidak tahu prasangka itu benar atau tidak. Aku pikir, pada era di mana banyak perempuan yang mengkampanyekan ide-ide anti-patriarki membuat mereka akan lebih terbuka menyatakan cinta lebih dulu. Nyatanya tidak.
Selama belasan tahun itu Juminten tidak menjalin hubungan asmara sama sekali. Itu jelas. Aku sangat tahu siapa dirinya. Juminten merupakan pribadi yang agamis, walaupun dia mengambil jurusan semisal sains dan biologi. Dia juga sering ikut andil dalam kegiatan amal keagamaan di berbagai tempat. Bahkan dia juga sering diminta mengisi kajian-kajian keagamaan untuk muda-mudi di kampusnya.
Kecolongan. Betapa bodohnya. Aku tidak berpikir ada berapa banyak laki-laki yang menaruh rasa suka kepada Juminten, perempuan yang cantik lahir batin. Namun, saat itu aku masih percaya diri. Aku yakin dengan pribadi Juminten yang sedemikian rupa, dia tidak akan mudah berinteraksi dengan lawan jenisnya kecuali untuk hal-hal yang penting saja.
Aku juga sempat berpikir. Adakah Juminten lain di Bumi ini? Yang cantik akal, hati, dan raganya. Sederhana angan dan inginnya. Aku pun diam-diam mencari, melakukan sedikit observasi. Ternyata banyak, tapi (dari yang aku temukan) tidak ada yang seseimbang Juminten. Maksudku, seimbang kecantikan lahir dan batinnya.
Aku ingat, dulu di sekolah dasar Juminten selalu dimirip-miripkan dengan kontestan paling cantik dalam ajang pencarian bakat penyanyi cilik oleh teman-teman sekolah. Aku pikir tidak. Jelas, Juminten yang lebih cantik. Juminten kecil juga selalu meraih peringkat lima besar di angkatan. Pernah suatu semester nama Juminten ada di deretan peringkat akhir. Ada apa dengan Juminten? Tentu saja seisi sekolah mempertanyakan hal itu.
Aku berani bertaruh, bahwa semua murid laki-laki di angkatanku dulu menyukai Juminten. Bahkan Darto yang pendiam dan culun itu sekali pun. Begitu juga dengan beberapa kakak kelas, yang menjengkelkan. Namun, saat itu tidak begitu menaruh rasa suka kepada Juminten seperti anak laki-laki lain. Saat itu aku lebih disibukkan dengan kelas tambahan dan bimbingan belajar di luar sekolah. Aku lebih suka pergi menyusuri tempat-tempat baru di kotaku, bersama teman-temanku. Kita selalu bersama, bahkan bersama-berjajar di deretan rangking terbelakang di kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Gak Pernah Pacaran
Teen FictionJudul sudah mewakili keseluruhan isi cerita. Soal sampulnya, sebenernya itu ada, tapi hanya orang-orang terpilih aja yang bisa melihat gambarnya. Kalian bisa melihatnya? Tidak? Jelas-jelas di situ ada gambar pemuda tampan dan berani yang berbaring d...