Awal Berjumpa

16 4 1
                                    

Asal kalian tahu, aku menulis cerita ini karena ceritaku yang sebelumnya tampak tidak laku, kurang diminati. Mungkin masalahnya ada pada gaya bercerita yang tidak cocok di dunia pink menye-menye ini, atau bisa jadi memang diprogram untuk membungkam cerita yang modelnya klasik.

Lupakan saja. Itu hanya teori ngawurku.

Jadi, sebelas tahun yang lalu, aku mendapatkan pacar ketika menonton konser SO7 secara langsung, dan lagu yang dibawakan adalah Kini Kau Ada. Sekarang, alhamdulillah dia sudah resmi jadi milik orang lain.

Tidak, bukan. Ini bukan ceritaku! Kenapa bisa nyasar kemari? Sialan!

Jadi, kisahku dimulai ...

Sebentar, ... (membuka aplikasi kalkulator) aku belum menghitungnya.

Jadi kisahku dimulai tujuh belas atau delapan belas tahun yang lalu. Saat itu aku hanya bocah kecil berumur enam tahun. Aku masuk ke taman kanak-kanak yang tidak perlu aku sebutkan namanya, yang jelas bukan Tadika Mesra. Di sana aku bertemu ... sebut saja cinta pertamaku, tapi saat itu aku belum merasa jatuh cinta. Sebut saja namanya Kasih. Oke? Ah aku tidak butuh persetujuan kalian.

Memang tidak ada banyak kenangan yang bisa aku ingat selama di taman kanak-kanak, kecuali beberapa hal, seperti aku sering memakai topi polisi dengan terbalik, seluncuran yang terbuat dari semen, ayahku yang sering telat menjemputku, dll. Itu mungkin tidak begitu penting. Namun, ada beberapa hal yang begitu berkesan bagiku. Seperti saat acara tukar kado, aku mendapat seperangkat alat makan. Sampai sekarang aku tidak tahu siapa yang pemilik kado itu. Satu hal lagi, aku dan Kasih, seseorang yang nanti aku suka di tahun-tahun setelahnya, diutus untuk mewakili sekolah dalam perlombaan menggambar. Kami berdua tidak menjuarai lomba itu. Seingatku, aku berada di posisi belasan dari kira-kira seratus peserta. Itu juga tidak begitu penting.

Bagaimana dengan guru-guru dan teman-temanku semasa kanak-kanak? Aku menjalin hubungan yang baik dengan mereka semua. Namun, aku tidak pernah melihat mereka lagi setelah lulus dari sana, kecuali satu atau dua orang saja. Kita jadikan satu saja, karena aku tidak pernah melihat lagi yang satunya.

Satu-satunya orang dari taman kanak-kanak yang masih kukenal adalah Kasih.

Tunggu Sebentar. Sepertinya nama Kasih terkesan begitu akrab bahkan intim. Sudah jelas nama itu tidak cocok dengan jalan ceritanya. Baiklah, sebelum aku melangkah terlalu jauh sebaiknya aku ganti saja nama Kasih. Mungkin, nama Cinta akan cocok. Ah tidak. Mungkin Juminten saja. Namaku? Sebut saja Katmijo.

Singkat cerita aku dan Juminten masuk ke sekolah dasar yang sama, yang jaraknya cukup jauh dari rumah kita berdua jika ditempuh dengan berjalan kaki.

Gue Gak Pernah Pacaran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang