0.0 : Let's Break up

22 2 0
                                    

Happy reading and sorry for typo
_______________

Keduanya menatap langit malam dalam diam, tak berniat buka suara untuk memecah hening ini. Mungkin keduanya sedang bergulat dengan pikiran masing-masing. Hingga lima menit kemudian sang pemuda menarik napas panjang, mengambil alih atensi gadis berkerudung abu-abu disampingnya itu.

"Maaf."

Hanya kata itu yang keluar dari mulut pemuda itu. Ya, setelah keheningan bermenit-menit lamanya. Hanya kata itu yang keluar dari mulutnya.

"Kamu enggak perlu meminta maaf, kak. Ini bukan kesalahan kamu. Kita enggak bisa memilih pada siapa kita jatuh hati. Sama kayak perkataan Fiersa Besari, 'jatuh cinta bukan pilihan, kita adalah korban. Kecewa itu resiko dan bahagia adalah bonus'. Enggak ada yang perlu disalahin."

Gadis itu tersenyum simpul sambil menatap kedua netra cokelat terang milik Dearga.

"Kadang aku suka bertanya sama diri sendiri, apa ini salah? Saat sadar ini salah, ada rasa tak terima. Ya, hampir saja aku menyalahkan Tuhan dan semesta atas pertemuan kita kala itu. Tapi sekarang aku paham, semesta kadang memberi kita seseorang hanya untuk sekedar dicintai, bukan untuk dimiliki. Harusnya aku berterimakasih sama tuhan karena telah mempertahankan kita. Makasih udah ngajarin aku cara mensyukuri hidup, juga cara merelakan. Bener kata orang, guru terbaik belajar mensyukuri sebuah keberadaan adalah dengan kehilangannya.

"Deamanta dan Deargantara, lucu kan? Nyatanya kisah kita enggak semanis dan selucu itu. Maaf karena udah deketin kamu, membuat kamu melanggar aturan, membuat kamu jatuh hati sama orang sepertiku yang bahkan enggak berhak mencintai dan dicintai kamu. Makasih atas waktu sebulannya, Deamanta."

Gadis itu menarik napas pelan, tersenyum simpul.

"Tentu kak, aku juga minta maaf karena membuat kamu jatuh hati pada orang yang tak sepantasnya kamu cintai. Makasih atas waktu dan kenangannya. Aku pulang duluan, sampai ketemu lagi."

Gadis itu tersenyum sebelum berbalik, meninggalkan Dearga dan kesendiriannya.

"Hati-hati dijalan, Deamanta." Lirihnya






________

Anggap saja ini hanya bonus sebagai pembuka kisah ini. Jangan terlalu serius membacanya, karena penulisnya bahkan tak memikirkan kisah ini.

Ini kali pertama, main cast di ceritaku bukan taesoo. Tapi tenang aja, mereka bakal nyelip dan mungkin kisahnya akan sedikit berpengaruh.

Ini sebenarnya revisi dari cerita lamaku yang ku unpub, judulnya diatas amin yang sama dengan iman yang berbeda. Mungkin ada yang tahu? Cerita ini revisi besar-besaran, dari cerita lamanya. Genre masih tetap sama, tapi mungkin alurnya akan terasa berbeda. Enggak sepenuhnya ku ubah. Paling 60%-65% aja yang ku ubah.

Ini bukan prolog. Ini hanya kilas balik yang nyambung dengan epilog. Selamat bertemu di prolog yang selanjutnya.

Dearga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang