Kilas balik

6 1 0
                                    

Happy reading and sorry for typo.

____________

Sore ini Dea pulang diantar oleh mas-mas gojek. Jay sibuk mengurus skripsinya, sedangkan Jemin sibuk dengan latihan basketnya.

Dalam perjalanan, Dea hanya memandangi sisi kanan dan kiri jalanan. Enggan mengajak driver ojek onlinenya untuk sekadar berbincang basa-basi.

Saat melewati restoran favoritnya, Dea memicing. Netra hitam pekatnya memandang sosok wanita yang baru saja masuk kedalam restoran.

Dea menepuk pundak driver ojek onlinenya pelan. Tentu saja ia bisa melakukannya, yang diharamkan adalah sentuhan antara kulit dengan kulit.

Setelah motor itu merapat, driver itu menoleh pada Dea.
"Kenapa mbak?"

"Turunin aku disini aja mas. Aku ada keperluan mendadak."

"Tapi kan, mbak.."

"Enggak apa-apa, mas. Saya turun disini aja."

Dea pun turun di depan restoran tadi. Setelah menyerahkan uang pada driver tadi, Dea melenggang masuk kedalam restoran. Matanya memicing, mencari sosok wanita tadi.

Saking fokusnya mencari, Dea tak sadar ada orang di belakangnya. Hinga pundaknya tak sengaja menyenggol orang itu.

"Maaf kak, aku enggak sengaja."

Orang yang ditabraknya adalah seorang gadis cantik. Dengan hidung mancung dan tubuh mungil, sepertinya seumuran dengan Jay.

"Enggak apa-apa, eh– Dea?"

"Kak Jeje?!" Dea sedikit memekik

Jesslyn adalah orang yang Dea cari sejak tadi. Sebenarnya, bukan tanpa alasan Dea masuk ke restoran ini hanya untuk bertemu Jesslyn. Ada suatu hal penting yang perlu ia tahu.

"Gimana kabarnya, De?" Jesslyn bertanya sesaat setelah mereka duduk di kursi

"Enggak gimana-gimana kak, cuma lagi pertukaran pelajar aja ke sekolahnya Jemin." Dea menjawab sopan

"Jay gimana, De? Dari waktu kejadian itu, kakak jadi canggung kalau ketemu Jeffery. Paling cuma Tama yang masih deket."

Dea mengulas senyum manis.
"Mas Jay baik-baik aja, kok. Dua bulan lagi bakal nikah."

Jesslyn cukup terkejut, tapi ia tetap mempertahankan senyumnya.
"Bagus kalau begitu. Kakak ikut seneng liat Jay bisa ngelupain kakak."

Dea mengangguk setuju.
"Aku juga kak. Walau awalnya aku pikir mas Jay bakal terpuruk lama, eh ternyata malah ketemu mbak Roséa. Dan akhirnya mau nikah setelah selesai skripsi."

Makanan datang, menginterupsi pembicaraan keduanya.

"Eh, Kak Jeje mau makan ya? Ih, aku ganggu dong kalau gitu...." Dea berujar, merasa tak enak atas kehadirannya yang menggangu acara makan Jesslyn.

"Enggak apa kok, De. Kak Jeje malah seneng ada yang nemenin, Theo soalnya lagi sibuk akhir-akhir ini." Balas Jesslyn sembari terkekeh kecil

Dea balas tertawa kecil mendengar ucapan Jesslyn, "iya, kak Theo sibuk ngelatih timnya Jemin. Aku sampe capek denger Omelan Jemin yang kena marah kak Theo terus."

"Theo emang anaknya tegas sih, wajar." Balas Jesslyn yang diangguki oleh Dea.

Hening beberapa saat, hingga si gadis berhijab itu buka suara kembali.

"Kak Jeje, sebenarnya Dea mau nanya."

"Tinggal nanya, De. Kayak sama siapa aja."

Dea menautkan kesepuluh jarinya, ragu akan pertanyaannya.

Dearga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang