01. Dia datang saat namanya disebut

424 58 0
                                    

Shasta adalah mahluk mitos yang berasal dari sebuah dongeng yang turun temurun dan diceritakan setiap malam untuk pengantar tidur, ia adalah penjaga, kegelepan, dan rasa penasaran.

Konon katanya, ditengah hutan, saat kau mencoba untuk berkeliling, Shasta akan membuatmu penasaran sehingga masuk ke hutan lebih dalam, ia akan membuatmu menemukan kegelapan namun dalam jangkauan nya ragamu akan tetap terjaga. Tidak ada yang tau pasti mengenai apa yang terjadi saat kau menemukan kegelapan, tapi Shasta membawa mereka kembali saat fajar tiba.

Bahkan sudah banyak kabar burung yang menguatkan bukti keberadaan Shasta, mereka menyebut Shasta adalah seorang anak Adam dengan paras yang menakjubkan, beberapa lagi menyebut Shasta adalah penyihir yang bisa mewujudkan keinginan, ia adalah mimpi bagi mereka yang terkurung dalam kegelapan.

Namun nyatanya, Shasta adalah semuanya. Ia tidak melebihi pencipta nya ia hanyalah penjaga, yang bisa membuatmu tertarik masuk pada kegelapan namun berujung memberikan mu mimpi yang indah, beberapa mendapat keinginan yang ia inginkan dalam mimpi beberapa lagi terbangun tanpa mengingat.

Hingga sekarang, desa itu diberi nama desa 'Shasta' karena keberadaan nya yang menonjol dan hasil dari warga setempat yang percaya.

🐦🐦🐦

Jaechan termenung didepan tugu besar, jalanan begitu sepi sebab jauh dari perkotaan. Dan sekarang ia tidak tahu akan berjalan kemana lagi.

Kenapa ia bisa sampai kesini?

Ibunya mengatakan bahwa ia harus menikah lagi dan Jaechan tidak suka dengan kabar tersebut, sudah yang kelima kalinya bersama suami baru dan rumah baru, selama itu pula Jaechan harus berpindah-pindah sekolah dan merasa bahwa ini sudah lebih dari cukup untuk ia jalani, ia ingin bebas dan tidak bersama ibunya. Jadi ia memilih untuk kabur di usia tujuh belas tahun.

Dengan bermodalkan uang tabungan, nekat dan alamat kampung halaman nenek dari ibunya. Ia memulai perjalanan dengan menaiki pesawat, hampir tiga jam sebelum kemudian pesawat tersebut mendarat di tengah kota kecil.

Jaechan turun dengan beberapa penumpang, ia menarik koper ukuran sedang dengan stiker anak ayam dimana-mana.

Ia berhenti untuk bertanya dan menunjukkan alamat neneknya, beruntung banyak yang peduli, mereka bukan hanya mengarahkan tapi juga mengantarkan Jaechan.

Dan sampailah ia disini, didepan tugu besar bernamakan desa Shasta. Pak tua yang mengantar dirinya mengatakan bahwa ia tidak bisa masuk ke desa tersebut karena harus mengantar sayuran pada pelanggannya, jika takdir merestui keduanya mungkin akan bertemu lagi, karena pak tua tersebut juga tinggal didesa tersebut.

"Jadi, aku hanya harus berjalan 10 kilometer dari sini?" Jaechan mengerutkan dahi mengulang perkataan pak tua yang mengantar nya, ia menghela nafas, duduk pada beton pendek didekat tugu.

"Kakak dari mana?"

"Astaga tuhan!" Jaechan kaget, sungguh kaget saat mendengar dan melihat bocah kecil dengan lumpur melumuri tubuhnya. Tidak terlihat lagi warna kulit aslinya.

Bocah tersebut tertawa "Ahahahaha, penyamaranku sempurna" Anak kecil itu tampak bangga.

Jaechan mengedipkan kelopak matanya, ia sekali lagi menghela nafas, teringat adik temannya di kota. "Apa orang tuamu tidak akan marah kau bermandikan lumpur seperti itu?"

"Eh aku?" Anak kecil itu melihat tangannya yang sudah penuh dengan lumpur, ia tersenyum dan tampak giginya saja yang putih "Tidak apa-apa, mungkin hanya akan dipukul dengan ranting. Selagi aku bisa bermain sesuka hatiku, pukulan tidak masalah."

Jaechan menatap bocah tersebut, ia sedikit kaget dengan anak kecil yang tidak mempermasalahkan dirinya dipukul padahal sudah ada pasal mengenai orang tua yang memukul anak dibawah umur. "Apa orang tuamu tidak takut polisi?"

SHASTA (SuamChan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang