To My Comfort Zone

2 1 0
                                    


Comfort Zone? Banyak orang yang mengatakan bahwa kita harus keluar dari comfort zone kita tapi bagaimana jika comfort zone kita itu adalah seseorang yang kita percaya. Seseorang yang dapat mendengar segala keluh kesah kita tanpa menyudutkan atau mengolok keluhan kita dan seseorang mempercayai bahwa kita bisa tanpa menilai how long it will take until we get that.

Taukah kalian bahwa "comfort zone" ku telah meninggalkan ku, Tuhan lebih sayang padanya dan mungkin Tuhan mengambilnya dariku karna di surga para malaikat lebih membutuhkan nya untuk menjadi comfort zone mereka.

Tapi, bagaimana dengan ku? I don't have any "comfort zone" anymore. Aku tidak punya "comfort zone" dimana aku bisa kembali dan menceritakan segala keluh kesah ku lagi. Aku berada dititik dimana aku tidak punya "growth zone" dan "comfort zone" yang aku sebut "none".

Mungkin kalian berpikir kenapa aku tidak menceritakan pada orangtua, teman atau orang lain yang dekat dengan ku. Karna ini beda, "comfort zone" ku selalu mendengarkan semua ceritaku lebih dahulu tanpa menyudutkan dan memaksa ku untuk mencari solusi secepat mungkin. Sedangkan, orang lain dibandingkan mereka mendengarkan mereka lebih memaksa untuk mencari solusi atau memberi solusi dari sudut pandang mereka tanpa mendengarkan ceritaku sampai selesai dan tanpa memikirkan sudut pandangku.

Ketika aku bercerita pada "comfort zone" ku aku merasa nyaman untuk menceritakan semua hal padanya bahkan sampai hal-hal yang tidak penting sekalipun dan aku tidak pernah merasakan nyaman itu ketika aku bercerita dengan orangtuaku.

Tapi, disaat terakhir "comfort zone" ku pergi aku tidak ada di sampingnya meskipun aku bisa berada di sampingnya dan karna itu pula banyak orang yang mengira I don't feel grief. Faktanya sampai sekarang aku masih merasa kehilangan dan bersalah. Aku punya banyak janji yang belum ku tepati, plan yang belum sempat terlaksana, cerita yang belum tersampaikan, banyak kasih sayang yang belum tercurahkan dan kata perpisahan yang belum tersampaikan.

Bahkan ia muncul dalam mimpi ku hanya untuk berpamitan dengan ku yang dimana harusnya aku yang menyampaikan hal itu dan yang paling ku ingat dari mimpi itu adalah ia berdiri dengan tegaknya meskipun dalam keadaan sakitnya dan tersenyum padaku untuk terakhir kalinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Comfort ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang