Bagi Pita masa SMP adalah masa paling buruk di hidupnya. Sedangkan masa MI masa kelam di hidupnya. Dan sekarang masa dia menginjak SMA semoga saja Tuhan berhasil menjaganya.
Jika kalian berharap masa SMP bisa memiliki banyak teman, itu salah besar bagi Pita, buktinya mereka hanya mengenal namanya tanpa tau bagaimana dirinya. Ya bersyukur setidaknya ia tidak seasing itu dilingkungan sekolahnya. Masa SMP sama hal nya masa kekecewaan, baginya SMP itu hanya tempat kita untuk menyelam ke sebuah mimpi. Mimpi yang ia kira akan dalam ternyata hanya sedangkal dalamnya. Tidak ada cerita istimewa didalamnya, hanya beberapa kekecewaan yang mendalam dalam lembaran kisah. Pita seorang gadis pendiam namun ceria, mengeluarkan aura positif untuk orang disekitarnya, itu hal yang biasa baginya. Pita pikir mereka yang mau mengenalnya lebih dalam akan menerima dirinya bagaimana pun keadaannya. Dan Pita pikir akan banyak orang yang penasaran pada hidupnya, ternyata memang banyak. Namun kembali pada kata sebelumnya, mereka hanya penasaran.
Kelam itu bagaikan kabut dalam kegelapan, sudah gelap ditimpa kabut pula. Tidak melihat jalan pintas, namun setelah terus menyusuri kegelapan itu ia menemukan jalan pulang, yang ternyata harus melewati jurang. Sama hal nya masa Mi Pita, semuanya kelam namun berkesan. Semuanya indah namun menakutkan, menyemburkan tawa setiap detiknya namun otak tak berhenti memikirkan hal yang tak wajar. Hal yang membuat jiwa dan hatinya seakan tidak ada gunanya. Semua seakan berhenti disitu, tidak ada pergerakan atau pergantian takdir-Nya. Yang Pita lakukan hanya mencoba bersyukur dan sabar oleh keadaan.
Gadis yang hidup dengan apa adanya tidak melebih-lebihkan. Berpakaian selayaknya gadis baik-baik, awalnya ia berpikir jika seperti ini terus, bagaimana ia bisa mendapat teman?
Namun sama saja, bagaimana kehendak Sang Kuasa. Semua seperti angin berlalu, tidak berkesan bagi orang lain namun berkesan bagi diri sendiri. Cara mengistimewakan Pita pada dunianya adalah seperti itu. Bersyukur dengan apa yang ia dapat, walaupun hati memberontak, namun ia tetap kokoh dalam pendirian.
Masa MI juga masanya kelam, ia sempat mendapatkan pelecehan dari guru olahraga nya. Juga mendapat bullying dari teman-temannya juga kaka kelasnya. Rasa trauma yang menggerogoti relungnya, mencoba sabar dari tekanan takdir, mencoba sadar bahwa dunia memang penjara penuh siksaan. Semua berputar seperti film pada otak Pita.
Dulu Pita merasa bahwa masa MI adalah masa paling berat, namun ia salah, yang paling berat adalah masa SMP nya. Entah SMA nanti bagaimana, ia bahkan trauma dengan kata sekolah. Sempat berfikir, ia tak mau lagi sekolah. Karena baginya sekolah sudah bukan lagi penjara, namun jurang kematian menuju neraka yang lebih dalam.
Hingga saat kelas sembilan ada beberapa tangan terulur untuknya, memberi kebahagiaan dan arti sekolah sebenarnya, membuat jiwa manusia yang rapuh menjadi bangkit. Namun itu hanya sebentar, semuanya sama. Akan menghilang pada waktunya, akan berpisah pada waktunya.
Dua tahun bukan waktu yang sebentar, itu cukup lama. Sedangkan Pita dua tahun daring, lalu bertemu temannya kembali dimana saat-saat berpisah itu datang. Semuanya terjadi. Tangisan perpisahan menggerayangi seluruh lapangan, sebuah tangisan haru juga pilu terdengar dari sana. Hingga ujungnya yaitu, perpisahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Sheet
Short StoryCOVER AKAN DIGANTI NANTINYA! "Sepenggal cerita penuh duka. Beribu luka, bermakna dalam. Aku anak semesta, saatnya mulai bercerita pada dunia." *** Hidup penuh tekanan, bahagia selalu yang ia minta. Siapa saja orang baru yang datang di kehidupannya m...