2. Kembali dan Kembali

3 2 0
                                    

vote dari kalian itu penting.

***

Pita seperti nyawa yang hanya menumpang pada dunia. Hidupnya penuh teman namun ia merasa terus sendiri, tak ada yang menemani. Hanya Tuhan yang menjadi teman ceritanya.

Kadang ia merasa sangat sedih, melihat mereka yang bisa saling berbagi cerita bahagia, tawa, senang, sedih, duka, luka, dan sebagainya. Terkadang rasa itu menggerogoti hati, ingin menjadi seperti mereka yang mempunyai banyak orang disekitar. Mempunyai semangat untuk hidup, dan juga mempunyai tujuan hidup.

Pita berjalan dengan santai menuju kelasnya. Saatnya ia duduk di bangku SMA, minggu lalu ia sudah tetap menjadi siswa SMA. Dan seharusnya satu minggu ini ia sudah memiliki teman, namun lagi dan lagi dirinya harus menunggu mereka mau berjabat tangan dengannya.

Memasuki ruang kelasnya, berjalan menuju tempat duduknya dengan pelan lalu mendudukinya. Mengambil satu buku pelajaran hari ini, ia kembali membaca-baca nya. Walaupun dirinya sudah muak dengan ini semua.

"Selamat pagi dunia!" Teriak seorang gadis dengan tas biru muda nya. Dia Lauren Anggriani, orang kelas biasa memanggilnya Lauren. Ia cukup terkenal, karena dia juga senang bersosialisasi, senang mengumbar senyum, senang berinteraksi dengan siapa saja.

Pita kembali menunduk setelah mendongak melihat siapa yang teriak tadi. Kembali membaca satu persatu kata yang ada dalam buku, meresapi apa yang mereka tulis dalam buku itu. Pita memang gemar membaca bahkan menulis, cita-citanya ingin menjadi penulis seperti Tere Liye. Berangan-angan menjadinya, mungkin jika menjadi nyata dirinya akan sangat-sangat bahagia, tak terbendung.

Menghembuskan nafasnya, lalu menelungkup kan kepalanya kedalam lipatan tangannya diatas meja. Kembali memejamkan mata, rasanya sangat sesak. Dan entah mengapa rasa ini muncul setiap harinya, ingin menangis namun ini semua sudah takdirnya.

Huh!

Nafas yang terdengar berat kembali muncul. Hidup Pita memang tak seberat mereka-mereka, namun tekanan itu yang memberatkan hidup Pita. Orang-orang mengaggap bahwa hidupnya penuh tawa, bahagia, dan bebas. Namun sebaliknya Pita tertekan, tidak bebas, ia seperti dipenjara oleh dunia.

"Diem, wae mbak!"

Pita yang sedang melamun terkaget, tiba-tiba saja gadis bertas biru muda itu duduk disampingnya dan menyapanya. Iya Lauren.

Pita membalasnya dengan senyuman, dan mengangguk sebagai tanda sopan nya. Ia masih terlalu kaku dan canggung untuk membalasnya dengan mulut. Ia butuh beradaptasi dengan situasi ini.

Lauren tersenyum, mungkin ia tau dengan karakter nya. "Santai aja sama aku. Kita bisa lohh jadi temen deket." Lauren menaik turunkan alisnya, tersirat menggoda dalam kata nya. Mungkin niatnya untuk mendekatkan diri kepada Pita.

"Haha, semoga bisa ya." Jawab Pita.

"Ohh ya, kamu lagi ngambis ya. Jangan-jangan kamu tipikal orang yang pinter ya?" Tuduhnya.

Pita tertawa kecil, bahkan banyak orang yang mengiranya pintar dan cerdas. Padahal ia netral tidak lebih juga tidak kurang, kecuali dalam hitung menghitung.

Pita menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tersenyum, "enggak, cuma gabut aja."

Lauren mengangguk paham, "nanti ke kantin bareng ya?" Pintanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Story SheetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang