Rea Si Penyihir

35 7 31
                                    

"Permisi, tahukah anda dimana kediaman Rea si penyihir?"

Sudah berbulan-bulan Archelio berkelana ke sana-kemari menelusuri setiap sudut kerajaan Noxide, namun tak satupun orang yang tak lari setelah mendengar namanya. Berpindah dari satu perkampungan ke perkampungan lain, menelusuri hutan, menyeberang sungai, semuanya sudah ia lakukan demi menemukan sang penyihir.

Menurut kabar yang beredar, si penyihir selalu mengenakan jubah berwarna hitam atau ungu tua menurut sebagian yang lain. Ada yang bilang ia tampak seperti nenek-nenek dengan hidung panjang yang melengkung dan runcing, ada juga yang mengatakan sebaliknya. Mata merah, hitam atau ungu entahlah, pria itu terus mencatat semua yang ia dengar mengenai sang penyihir. Kabar buruknya, banyak yang bilang ia awet muda dan berumur panjang berkat memakan daging anak-anak atau menghisap darahnya.

Alasan utama mengapa ia begitu ingin menemui penyihir itu adalah ibunya. Satu-satunya wanitayang ia sayangi sepenuh hati selama enambelas tahun hidupnya di dunia ini mengatakan bahwa ia dan ibunya sangat berhutang budi pada penyihir itu karena menyelamatkan mereka dari segerombolan pembunuh yang juga merupakan penganut sihir hitam. Ibunya tidak bisa bercerita lebih banyak karena kala itu para pembunuh itu telah kembali sedangkan mereka tidak punya persiapan apapun. Demi menyelamatkan Archelio, ibunya dan dua orang lain yang merupakan sanak saudara mereka harus rela meregang nyawa dengan berlumur darah dan teriakan menyakitkan. Dan sampai sekarang hal itu masih mengganggu malamnya.

"Bagaimanapun caranya kau harus bisa menemukan nya Rea si penyihir, hanya dia yang bisa membantumu, anakku. Sekarang pergilah, selamatkan dirimu dan balasan kematianku nanti. Ingatlah, sesulit apapun perjalananmu nanti, kau harus selamat, dan jangan pernah jual benda itu. Kau harus memberikannya pada si penyihir. Mintalah dia mengajarimu" ucap ibunya kala itu sambil menyerahkan kantung kulit berisi lingkaran bintang yang terbuat dari emas. Membuatnya mau tak mau membulatkan takad demi mencari si penyihir, demi membalaskan dendam ibunya, dan demi hari-hari menyakitkan yang ia alami selama hampir setahun belakangan.

Saat matahari mulai tenggelam untuk kesekian kalinya di tengah perjalanan panjang ini, ia pun memutuskan untuk rehat sejenak. Dipandangnya lingkaran bintang peninggalan ibunya dengan seksama. Benda ini terbuat dari emas dengan batu mulia yang terdapat ditengahnya. Dalam kelaparan yang menyiksa ini terkadang terbersit keinginan untuk menjual benda ini. Membeli seekor kuda dan beberapa makanan untuk bekal perjalanan pasti sangat menyenangkan. Itu jauh lebih mudah dibanding dengan berjalan kaki dengan perut kosong dan udara yang kadang panas atau dingin, membuatnya harus mencari pekerjaan untuk sekedar mengisi perut dengan uang yang tak seberapa, ataupun memanjat pohon untuk mendapat buah-buahan segar. Tapi sekali lagi ia teringat ucapan ibunya.

Di bawah pohon yang rindang dengan ditemani cahaya bulan, ia membiarkan dirinya lelap sejenak sebelum kembali melanjutkan perjalanan nya esok pagi. Sambil memasukkan kembali benda itu, netra biru nya mulai terpejam. Begitu tertidur, mimpi itu kembali datang. Dalam mimpinya, tampak nyata bagaimana orang-orang kejam itu menghabisi keluarganya, membakar rumah tempatnya tumbuh selama lebih dari enam belas tahun itu menjadi abu. Rasa marah, sedih, kecewa dan ketidakberdayaan menyiksa nya setiap malam. Ia meraung, berlari kembali untuk menyelamatkan keluarganya. Tapi tubuhnya tidak bisa bergerak, mendadak membeku dan berakhir menyaksikan pemandangan menyiksa itu berulang kali.

"Hentikan. Hentikan!! Ku mohon berhenti! Ibu.... IBU!!"

Archelio terbangun dari tidurnya dengan keringat yang bercucuran. Matanya memerah, menahan dendam yang menggerogoti hatinya. Ia menghembuskan napas berat, tidak ada gunanya marah sekarang. Hari sudah mulai fajar dan ia harus mencari buah-buahan agar perutnya terisi untuk beberapa jam kedepan. Setelah berjalan tanpa arah, ia menemukan sumber air. Ia kemudian segera menelisik pepohonan untuk mencari benda yang bisa dimakan. Setelah berjalan beberapa meter, ia menemukan beri liar yang tumbuh diantara semak belukar berduri.

The Red Haired OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang