#3. Embun.

145 12 2
                                    

Dania.....

**
Lembut sekali tutur katamu. Senang hati mendengar suara mu. Yang senantiasa membawaku terbang hingga langit ke tujuh; setiap mendengar suaramu dan melihat senyum indahmu.

"Hei, Jo. Kau kenapa?"

"Jo? Are you okay?"

Dania. Stop menatapku. Kau telah melelehkan material di hatiku.

"Aku gapapa, Dan."

Oh my God. Please. Kenapa kau bodoh sekali, Joandre. Gugup. Bergetar. Saat berada di dekat Dania.

"Aku kira kau punya masalah hari ini, Jo? Muka mu terlihat pucat."

"Tidak apa-apa, Dan."

"Jo, kamu jangan bohong. Sejak kapan ada rahasia diantara kita, Jo? Aku tahu saat kau berbohong dan saat kau jujur."

"Sungguh. Lihatlah. Aku baik-baik saja."

"Aku ga maksa kamu buat jujur sekarang kok, Jo."

Dania. Please. Believe me. Aku tak apa, Dania.

***

Hujan di pagi hari? Apa ini? Mungkin langit sedang bergurau. Menghibur dirinya yang sedang direndum masalah. Dan suara apa itu? Guntur? Oh, mungkin langit sedang bernyanyi. Lagi-lagi untuk menghibur dirinya.

*

"Joandre. Jelaskan apa yang saya jelaskan barusan!"

"Ya kamu. Joandre. Cepat jelaskan."

Semua ini karena kau, langit. Aku disuruh menjelaskan apa yang sudah jelas-jelas tidak aku mengerti. Aku tidak mendengarnya, pula. Karena aku sibuk mendengar rintihan mu.

"Joandre. Apa kau tidak bisa menjelaskan?"

"Joandre, jangan sekali-kali kau tidak memperhatikan saya saat kau berada di jam saya. Mengerti?"

Aku hanya mengangguk gugup.

"Dan kalian semua mengerti?"

"Mengerti, bu."

**

Senyum mu seperti embun, Dania.

Lentera 13Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang