Di Balairung Kerajaan Gelgel berkumpul sang Dalem dan para senapatinya.
"Majapahit adalah kerajaan yang besar, gemah ripah loh jinawi, rakyatnya tentram, rajanya berkuasa dan berwibawa, wilayahnya luas subur dan makmur. Menurut batik, usulan Ki Bima Sakti terlalu beresiko Paduka Dalem. Batik mohon Paduka mempertimbangkannya lagi." Senapati Kuturan memohon.
*Batik = hamba/saya di hadapan orang yang lebih berkuasa
*Dalem = sebutan pada seorang raja di Bali
"Hmmm..." Sang Raja yang bergelar Sri Astasura Ratna Bhumi Banten tampak berpikir serius. Aura kewibawaan sebagai raja membuat seluruh balairung terdiam. "Bagaimana menurutmu Grigis?"
"Batik rasa, pendapat Senapati Danda ada benarnya. Majapahit memang berkekuatan besar, rakyat dan prajuritnya banyak juga hidup dalam kemakmuran namun prajurit dan panglima yang cakap bertempur hanya terkumpul di Wilwatikta. Adipati penguasa di timur Wilwatikta tidak begitu cakap. Batik bisa mengerahkan pasukan menggempur terlebih dahulu."
*Senapati Danda = Menhankam di zaman sekarang
"Tapi mereka memiliki Mangkubumi yang sangat kuat," potong Sang Raja.
"Benar Paduka. Maha Mentri Mada memang sangat kuat dan cakap dalam bertempur. Namun satu orang tidak akan mampu melawan pasukan kita yang kekuatannya merata. Kita memiliki Ki Gudug Basur yang sakti dan teguh (kebal), juga Ki Tambiak yang dulu pernah membunuh banyak pasukan kita, Ki Tunjung Tutur dan saudaranya Ki Tunjung Biru, Ki Kopang yang pernah menjabat panglima Selaparang dan masih banyak lagi. Kekuatan kita begitu merata, begitu reket. Batik yakin, pasukan Paduka Dalem akan menang jika bertempur dengan Majapahit.
*Reket : kompak/bersatu
"Bagaimana pendapat senapati yang lain?" Sang Raja memandang satu per satu bawahan yang mengelilinginya. Hampir semua senapati setuju, kecuali Ki Mabasa Sinom yang menjabat Senapati Kuturan dan Ki Balung Sinkal yang menguasai wilayah Taro yang tidak setuju.
*Senapati Kuturan = Mendagri
"Memberontak pada Majapahit sama dengan melawan tradisi leluhur. Penguasa kita diangkat oleh Raja Daha. Ratu Tribuwana merupakan Bhre Daha, Junjungan langsung kerajaan kita." Senapati Kuturan berusaha mengingatkan Sang Raja.
"Daha? Singasari? Bukankah Kerajaan Gelgel ini sudah berdikari sejak Paduka mangkat Bathara Çri Maha Guru? Lagi pula, raja pertama Majapahit, Nararya Sangramawijaya, bukanlah keturunan raja Daha, bukan begitu Paduka Dalem?" Ki Bima Sakti mempertahankan pendapatnya.
Sang Raja mengangguk dan tersenyum. Dengan suara lantang, Paduka Dalem Gelgel bertitah, "Sejak zaman ayah dari ayahku, kita sudah berdiri sendiri. Penunjukan raja tidak dilakukan oleh Raja Daha, apalagi Majapahit yang baru ada kemarin sore.mulai saat ini, kita akan menentang Majapahit. Kita adalah kerajaan yang kuat. Kita tidak akan kalah. Biarlah Majapahit bilang kita pemberontak tapi kita akan rebut kembali kekuasaan kita dari Majapahit." Sri Astasura Ratna Bhumi Banten menghunus keris pusakanya dan menunjuk pada Ki Bima Sakti dan Ki PasungGrigis, "Senapati Danda dan Mangkubumi, siapkan pasukan sebanyak mungkin dibantu tumenggung, bendesa dan mentri lainnya."
Kedua Senapati yang ditunjuk menyembah dan menganggukan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prahara Tanah Dewata
Historical FictionJayanegara baru saja mangkat, kepergian Sang Raja menuju alam keabadian membuat Majapahit mengendur kewibawaannya. Walaupun adiknya, Diah Gitarja telah ditunjuk sebagai pengganti, namun banyak kerajaan yang berniat untuk melepaskan diri. Salah satun...