You and me - Cari Perhatian
Rintikan air turun dengan derasnya, tepat saat Atsumu dan Osamu hendak berangkat menuju sekolah. Keduanya mematung di teras sembari memandangi langit-langit yang kelabu, tanpa celah putih sedikitpun.
"mampus deh, bakal telat." Gerutu Atsumu, menepuk dahi-nya.
"Tsumu bukannya bisa bawa mobil?" Tanya Osamu, menaikkan sedikit ranselnya yang terasa turun.
Bola mata Atsumu berputar, kemudian ia mendecak... "Lo pikir anak SMA diizinin bawa mobil ke sekolah? Gila, ya?" Atsumu menunjuk bagian pelipis Osamu, dengan sedikit dorongan kecil.
Kedua kelopak mata Osamu menyipit sejenak. Ia sedikit kesal dengan respon Atsumu yang terkesan berlebihan. Setidaknya, tidak perlu sampai melakukan respon fisik. Terlebih sampai menyentuh bagian kepala.
"Terobos aja deh!" Ketika Atsumu hendak melangkah, tangan Osamu menahannya. Ia tidak ingin Atsumu terserang demam akibat menerobos hujan yang begitu lebat.
"... yaudah, mending libur aja. Daripada repot." Usul Atsumu, dan lagi-lagi tangannya ditarik oleh Osamu.
"Sam! Mau lo apa sih?!" Atsumu menepis tangan Osamu. Kemudian, Osamu mengangkat payung yang ia pegang dengan tangan satunya- tepat ke hadapan wajah Atsumu.
"Bunda bayar sekolah mahal-mahal, dan gaada alesan bagi lo buat nyari kesempatan bolos." Tubuh Osamu berbutar, menghadap keluar gerbang- lalu ia mengembangkan payungnya. "Yuk..." Ajak Osamu.
Atsumu tidak yakin, meskipun hujannya mulai mereda- payung itu tidak akan cukup melindungi tubuhnya dan Osamu. Sudah pasti kalau bagian bahu mereka akan basah terkena tetesan air hujan dari pinggir payung.
"Tsumu, cepetan." Ajak Osamu lagi.
Pasrah, akhirnya Atsumu setuju dengan ide tersebut.
*****
Goresan tinta hitam itu tak kunjung berhenti hingga beberapa halaman penuh. Osamu mengkonsentrasikan otaknya untuk merangkum materi dengan secepat yang ia mampu.
Kalau ditanya mengenai alasannya, Osamu akan menjawabnya dengan sederhana. Karena setiap orang di dunia pastinya memiliki sebuah impian, begitupula dengan Osamu.
Dirinya itu, selalu ingin menjadi seorang dokter di usia muda. Hatinya tertegun melihat ibunya yang pernah bertahan hidup berdampingan dengan sel kanker didalam tubuhnya.
Keterbatasan biaya membuat Osamu tidak dapat berbuat apapun. Ia hanya bisa memberi semangat kepada ibunya, meskipun respon yang didapat tak selalu setimpal.
Wanita itu lelah, dan akhirnya menyerah. Bukan karena penyakitnya, tapi mentalnya yang sudah lebur didasar paling bawah itu- memberikan dorongan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
Osamu menyesal karena tidak bisa berbuat apa-apa. Ia gagal membuat ibunya bertahan. Ketidakadaan hubungan diantara ayah dan ibunya itu, membuat ayah enggan mengcover pengobatan ibu. Ia hanya mengirim uang untuk biaya pendidikan Osamu.
Pada surat yang ditinggalkan, ibu berkata- bahwa ia tidak menyesal jika harus mati disaat itu juga. Ibu berkata, bahwa ia tahu- kalau anaknya sudah hidup dengan bahagia. Untuk itulah, ibu tidak ingin membebani siapapun lagi.
"Rin, mau nyontek gak?" Tanya Osamu, memberikan buku catatannya kepada Suna yang sedaritadi uring-uringan.
"Boleh?!" Suna yang sedaritadi menadah wajahnya, sekarang sudah duduk lebih tegap. Wajahnya bahagia sekali, dan langsung menerima buku catatan Osamu.
"Kalo gitu, gue mau nyamper Atsumu dulu, ya." Osamu bangkit, dengan dua kotak bekal yang ia bawa.
Suna mengangguk, kemudian memperingatkan Osamu- supaya lebih hati-hati ketika memasuki wilayah kelas IPS.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Me - Miya Twins [ END ] ✓
Fiksi PenggemarTercipta dari benih yang sama. Namun keduanya, Atsumu dan Osamu baru saling mengenal ketika beranjak dewasa. Masing-masing dari mereka tidak pernah menyangka, bahwa diri mereka bukanlah satu-satunya, melainkan salah satunya.