Satya adalah putra sulung dan murid yang sempurna. Tidak mengherankan bahwa banyak yang ingin menjadi seberuntung dirinya.
Akan tetapi, Narami menyadari ada sesuatu yang Satya sembunyikan saat dia menyaksikan lelaki itu hendak melakukan tindakan men...
Nara berlari menyusuri koridor rumah sakit dengan napas terengah-engah, bahkan sampai kena teguran dari beberapa suster yang dia lewati. Setibanya di depan pintu kamar 304, Nara terdiam sejenak untuk menenangkan dirinya. Setelah napasnya mulai teratur, dia menarik kenop pintu dan mendorongnya.
"Kak, maaf tadi teleskopnya susah dicari jadi aku nyarinya sejam," kata Nara saat memasuki kamar rawat yang cukup luas itu.
Di atas ranjang rumah sakit, seorang lelaki yang hanya berjarak 4 tahun dengannya sedang menggoreskan pulpen pada sebuah kertas gambar. Saat menyadari kedatangan sang adik, lelaki itu menengadah.
Nara berjalan mendekatinya dengan membawa teleskop yang diminta oleh sang kakak.
"Takutnya Kakak udah disuruh tidur duluan sama Dokter," cibirnya.
"Nggak kok. Masih juga jam tujuh. Minum dulu gih."
Berlari sepanjang koridor memang menguras tenaga Nara. Dia pun menuangkan air mineral melalui teko ke gelas kaca di atas meja dekat ranjang. Kemudian dia meneguknya dengan puas.
Selagi menunggu Nara menenangkan diri, Mahesa kembali melanjutkan sketsanya. Nara yang penasaran mengintip dari bahu lelaki tersebut.
"Kak Hesa gambar apa?"
Pada permukaan kertas Mahesa, terdapat sebuah potret seorang laki-laki setengah badan yang memegangi lehernya sendiri dengan kedua tangannya. Mata hingga ujung kepala sengaja tidak digambar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nara mengernyitkan dahi. "Seram..." gumamnya.
Mahesa mendongak, melihat Nara, lalu tersenyum. Dia mengacak-acak rambut pendek sang adik karena gemas sendiri melihat ekspresi wajahnya.
"Ah, maaf. Nanti Kakak nggak akan gambar kayak gini lagi."
"Eh? Nggak pa-pa kok. Kak Hesa terserah mau gambar apa aja."
Mahesa terdiam sejenak, lalu dia berkata, "Menggambar itu semacam coping mechanism untuk Kakak."
Coping Mechanism adalah cara untuk mengatasi rasa stres atau trauma.
"Jadi gambar ini manifestasi perasaan Kak Hesa?" Nara bertanya dengan polosnya.
Itu seharusnya sudah menjadi kunci bagi Nara untuk menyadari apa yang tengah dialami kakaknya selama bertahun-tahun lamanya. Tentang semua perasaan kelamnya yang dia simpan dalam-dalam. Tentang luka menganga yang terus ditorehkan tanpa henti ke hati sang kakak.
Mahesa hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Nara. Dengan perlahan, dia beranjak dari ranjang dan mulai membangun teleskopnya.
"Ayo, liat bulan. Sebelum Kakak disuruh tidur."
-◇◇◇-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.