Mati lampu : Hyunsuk

88 7 6
                                    


Bibir Hyunsuk berkomat-kamit membaca doa sambil meraba-raba sekitar mencari jalan keluar. Entah apa sebabnya, tiba-tiba saja listrik padam dan membuat semua ruangan yang ada di dalam villa gelap gulita.

Ada sekitar lima orang yang berada di villa. Beberapa dari mereka sedang keluar menikmati indahnya pantai di malam hari, berbeda dengan Hyunsuk yang memilih menyibukkan diri dengan mengecek pekerjaan yang masih belum selesai lewat laptopnya.

Hyunsuk mulai menuruni tangga sambil berpegangan pada sisi-sisi penjaga. Demi kerang biru, Hyunsuk benar-benar sangat takut sekarang.

Saat hampir sampai pada tangga terakhir, Hyunsuk mendengar suara wanita bersenandung pelan, suaranya halus tanpa celah sedikitpun. Namun, tak lama kemudian suara itu berhenti dan berganti dengan suara seperti gelas kaca yang sedang beradu dengan sendok.

Hyunsuk gemetaran. Kakinya bahkan sudah tak sanggup lagi untuk berjalan. Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah menangis dalam diam sambil menutup mata rapat-rapat.

Tiba-tiba saja ... ada tangan yang menyentuh pundaknya yang membuat ia terkejut. Hyunsuk reflek loncat dan teriak ketakutan. Ia merasa yang menyentuh pundaknya barusan adalah sosok kuntilanak atau makhluk sejenisnya.

"Pak, ini saya Anneth dari divisi pemasaran," ujar Anneth sambil menghidupkan lampu senter dari HP nya dan mengarahkan senter itu ke wajahnya. Anneth melakukannya dari samping karena jika dari bawah, ia khawatir akan membuat Hyunsuk lebih takut.

Hyunsuk yang mengetahui bahwa itu adalah salah satu bawahannya, langsung berteriak pasrah. Ia menghamburkan pelukan ke Anneth dan menangis di pundaknya.

Anneth terkejut, tentu saja. Tapi, ia memilih untuk menepuk-nepuk punggung Hyunsuk, berharap itu menenangkannya. Setelah tangisan Hyunsuk agak mereda, barulah Anneth berani membuka suara.

"Pak, mau saya anterin ke kamar?" Jujur, Anneth gugup saat mengatakan ini.

Hyunsuk mengangguk, syukurlah. Anneth berjalan beriringan dengan Hyunsuk dengan tangan Hyunsuk yang menggenggam tangan Anneth. Sampai di depan pintu kamar, Anneth berniat kembali ke dapur tapi, Hyunsuk masih setia menggenggam tangannya.

"Saya antar sampai sini aja ya, Pak?"

Tak ada balasan dari Hyunsuk.

"Pak?"

"Kamu mau gak temenin saya tidur?" Anneth terkejut. Menemani bosnya tidur? Itu ide yang buruk.

"Tapi saya--"

"Plis," potong Hyunsuk. Ia merengek memohon seperti anak kecil yang meminta dibelikan es krim.

Anneth menghela napas pasrah. Ia menggiring Hyunsuk masuk ke kamar dan mengantarkan Hyunsuk sampai ke kasur.

"Saya tidur di sofa aja ya, Pak." Anneth berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Hyunsuk namun, itu malah semakin erat.

"Di sini aja," pinta Hyunsuk. Anneth shock. Batinnya menjerit, 'Mamaaa, tolong!!!'

Anneth hanya bisa pasrah dan berbaring di sebelah Hyunsuk.

Anneth gugup setengah mati saat Hyunsuk memeluknya dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Anneth.

Anneth berpikir, apa yang ia lakukan di masa lampau hingga mendapat kejutan yang benar-benar tak terduga ini.

Jangankan melakukan skinship, berbicara dengan Hyunsuk saja tak pernah sebelumnya. Entah ia harus menyesal atau tidak karena telah menerima permintaan Mona untuk menggantikan posisinya sebagai manajer--sementara, selama melakukan penelitian di pantai Jawa ini.

Anneth terlalu lama bergelut dengan pikirannya hingga tak sadar ia terlelap.

Selamat tidur untuk Hyunsuk dan Anneth.

Selamat tidur untuk Hyunsuk dan Anneth

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tes tes oneshoot, hehe.
Selamat datang di book pertamaku 🙌
Kalau ada kesalahan dalam penulisan ataupun kata-kata harap dimaklumi, karena masih dalam tahap belajar.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya 😔👇

Treasure OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang