Beda : Junkyu

30 1 0
                                    


Happy reading ⊂(・▽・⊂)

...

Aisyah baru saja menyelesaikan mandinya, lalu menggunakan pakaian. Ia langsung berbaring di kasur sambil memainkan ponsel. Setelah dirasa bosan, Aisyah memilih menonton drakor di laptopnya. Besok hari minggu, jadi tak masalah jika ia harus menyelesaikan 10 episode sekaligus dalam satu malam.

Ponselnya berdering, Aisyah segera menerima panggilan setelah melihat siapa yang meneleponnya.

"Mau peluk gak?" Aisyah terkejut setelah mendengar penawaran seseorang dari seberang sana.

"Tiba-tiba?" tanya Aisyah.

"Aku di depan."

Panggilan itu dimatikan secara sepihak. Aisyah segera membuka gorden jendela kamarnya dan melihat seorang lelaki dengan menggunakan kaos dan jaket hitam tengah berdiri di depan rumahnya.

Aisyah keluar kamar lalu, membuka pintu utama untuk menemui lelaki yang menunggunya.

Aisyah langsung mendapat pelukan hangat dari lelaki yang kini merangkap menjadi pujaan hatinya. Mereka bertahan di posisi itu dengan waktu yang cukup lama, sekitar sepuluh menit.

Lelaki berusia tujuh belas tahun itu melepas pelukan lebih dulu.

"Apa ini? Aku 'kan gak lagi ulang tahun." Aisyah bertanya setelah lelaki di depannya ini memberi gelang dan memakaikannya untuk pertama kali.

Dapat dirasakan tangan Aisyah digenggam hangat oleh sang pacar.

"Kita cukup sampai di sini aja, ya. Dari awal kita udah beda, kita gak akan pernah bisa bersama."

Aisyah sedikit terkejut dengan pengakuan pacarnya. Memang benar mereka berbeda, tapi ... kenapa harus sekarang mengakhirinya?

"Aku ... minta maaf." Setelah mengatakan itu, lelaki tadi pergi begitu saja meninggalkan Aisyah yang masih bergelut dengan pikirannya.

Aisyah memilih kembali ke kamar, merebahkan diri di kasur dan melupakan agenda menonton drakor-nya. Aisyah memandang langit-langit dinding kamarnya, tanpa sadar ia mulai meneteskan buliran bening dari matanya.

Semua yang ia mulai memang tak selalu berakhir sesuai harapan.

***

Aisyah duduk di pojok kantin sambil membaca buku, ia juga sesekali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

Aisyah memang seperti ini, selalu seperti ini hampir setiap hari, menikmati kesendirian tanpa teman. Bukan tak ada yang mau menemaninya, hanya saja Aisyah merasa seperti tak ada satupun orang yang se-frekuensi dengan dirinya di sini.

Aisyah mendapati beberapa lelaki yang sedang membawa makanan serta minuman berada di depannya, satu dari mereka bertanya, "Kita boleh duduk di sini nggak?"

Aisyah melihat sekitar, tak ada lagi kursi kosong selain kursi di dekat mejanya. Aisyah mengangguk dan mempersilahkan mereka duduk dengannya. Dua orang duduk di seberang Aisyah, dua lagi duduk di sebelahnya.

"Udah makan, Ai?" Aisyah melirik lelaki yang duduk di sebelahnya lalu, sedikit mengangguk.

"Udah," balas Aisyah.

Aisyah membiarkan mereka makan dengan berisik, sedangkan Aisyah melanjutkan kegiatannya membaca buku.

"Eh, semalem gue liat lo nganter cewek pulang ya, Bang?" celetuk Jaehyuk.

"Iya, njir. Gue semalem liat Yoshi nganter Fathiah, anak imam masjid komplek gue itu, tau kan lo?" tanggap Jihoon.

"Nah, mantep tuh, Bang. Dibantu dua Tuhan sekaligus," canda Jaehyuk. Jihoon dan Jaehyuk tertawa kecil lalu, melanjutkan makan mereka.

Aisyah sedikit melirik Junkyu yang juga meliriknya balik, lalu Aisyah melepaskan kontak mata yang terjalin dengan lelaki di depannya.

"Gue sama dia cuma temen kerja kelompok. Lagian udah mau maghrib, gak baik cewek pulang sendirian maghrib-maghrib begitu," ujar Yoshi.

"Cinta beda agama emang sulit, Dek. Tapi, lo gak bisa mutusin hubungan secara sepihak," ucap Jihoon seraya menepuk pelan bahu Yoshi. Yoshi yang mengerti itu langsung tertawa.

Jaehyuk yang melihat itu langsung melirik lelaki di sebelahnya yang sejak tadi hanya diam.

Aisyah berdehem pelan dan pamit meninggalkan para lelaki yang sedari tadi semeja dengannya.

Jihoon yang melihat itu langsung mengode Jaehyuk, Jaehyuk yang mengerti pun dengan cepat menyenggol Junkyu yang masih diam saja.

Aisyah pergi ke perpustakaan untuk mengembalikan buku. Karena waktu istirahat masih panjang, perempuan berusia tujuh belas tahun itu duduk berdiam diri sambil menyandar di teras perpustakaan, menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.

Aisyah memejamkan mata seraya mendengar alunan musik melalui earbuds yang ia pakai. Orang yang lewat di situ mungkin akan mengira bahwa Aisyah sedang tidur.

Tak lama, sebuah tangan menepuk bahunya dan membuat Aisyah sedikit terkejut. Aisyah membuka matanya dan mengalihkan pandangan ke samping, mendapati sang mantan sedang duduk di sebelahnya. Mereka berkontak mata sebentar namun, tak lama kemudian Aisyah memutuskannya terlebih dahulu.

Aisyah menetralisir keterkejutannya lalu, memperbaiki duduknya menjadi tegap. Ia juga sempat melepas earbuds-nya.

"Kenapa?" tanya Aisyah tanpa menatap mata Junkyu.

"Aku minta maaf, ya," tutur Junkyu dengan suara halusnya.

Jantung Aisyah berdegup kencang usai mendengar suara Junkyu yang terdengar seperti melodi.

"Buat apa?"

Junkyu menjawab masih dengan suara halusnya, "Buat kemarin. Maaf karena udah mutusin kamu secara sepihak."

"Kamu nggak salah kok. Dari awal hubungan kita emang gak pernah bener. Harusnya kita gak pernah punya hubungan ini," jelas Aisyah.

Junkyu langsung saja menggenggam jari-jemari Aisyah dengan kedua tangannya.

"Aku pengen kita membuka lembaran baru, yang lalu anggep aja sebagai pelajaran supaya kita lebih hati-hati dalam memulai sebuah hubungan," pinta Junkyu.

Aisyah mulai memberanikan diri menatap Junkyu. Yang ditatap pun tersenyum lembut dan menarik Aisyah ke pelukannya. Junkyu mengusap-usap punggung Aisyah pelan dengan tangan halusnya.

Untung saja perpustakaan ini sedikit tertutup oleh rumpunan bambu yang cukup besar sehingga tidak ada yang bisa melihat mereka dari arah depan. Tak banyak juga orang yang mengunjungi perpustakaan kali ini.

***

Males ngetik wksjsksks

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Treasure OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang