Lembar 3

2.5K 314 19
                                    

Update : 01/05/2022

.
.
.

.
.
.

.
.
.

⠀⠀⠀⠀"Selamat pagi, Pak Renjun. Tujuan saya memanggil anda ke sini, karena Junho Anak anda tertangkap bertengkar dengan teman satu sekolahnya Yunseong. Jadi, saya selaku kepala sekolah di sini ingin memberitahu bahwa Junho harus diberi hukuman," ujar seorang pria yang diketahui sebagai Kepala Sekolah, membuka suara di dalam ruangan yang sudah diisi oleh beberapa orang di dalamnya.

⠀⠀⠀⠀Renjun menatap tajam ke arah Kepala Sekolah, sebelum menautkan kedua tangannya dan membalas ucapan tersebut. "Jika memang benar begitu, bukan seharusnya anda harus mendengar lebih dulu apa alasan Anak saya bertengkar dengan temannya. Kenapa langsung memberinya hukuman?"

⠀⠀⠀⠀"Mohon maaf, Pak Renjun. Tapi para saksi menjelaskan, bahwa Junho lah yang dengan tiba-tiba menyerang Yunseong dan membuat keributan di lingkungan sekolah," jelas kembali oleh Kepala Sekolah.

⠀⠀⠀⠀"Begitu kah?" Renjun kini beralih menatap salah satu Anak kembarnya, dan menepuk pundak Junho. "Apa benar yang dikatakan oleh Kepala Sekolah, Kak?" tanyanya.

⠀⠀⠀⠀Junho yang mendapat pertanyaan dari sang Ayah, spontan membalas tatapan Renjun. "Benar Ayah, tapi Kakak punya alesan."

"Anda dengar Kepala Sekolah? Anak saya tidak mungkin sembarangan memukul orang lain, jika tidak ada alasan yang jelas. Anda pikir, Anak saya gila?" cibir Renjun, kembali pada Kepala Sekolah.
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀"Pak Renjun, Yunseong adalah Anak dari pemilik sekolah ini. Jadi, sekolah tidak dapat memberi toleransi untuk Anak yang memukul Yunseong sekalipun Junho punya alasan. Apalagi, Junho memukul Yunseong lebih dulu secara tiba-tiba."

⠀⠀⠀⠀"Wow!" Renjun bertepuk tangan dengan penjelasan dari Kepala Sekolah, Ia tertawa remeh dengan apa yang baru saja didengarnya. "Sekolah memperlakukan semua siswa seperti ini? Memihak yang mungkin bersalah hanya karena dia Anak pemilik sekolah?" ujarnya, menunjuk tepat ke arah wajah Yunseong.

⠀⠀⠀⠀"Anda tidak sopan, Tuan Huang. Benarinya anda menunjuk wajah Anak saya!" Seseorang yang sedari tadi memperhatikan, kini bersuara dengan menepis tangan Renjun dari wajah Yunseong. "Pantas saja Anak anda brutal, ternyata Ayahnya seperti ini?"

⠀⠀⠀⠀Renjun kembali dibuat tertawa dengan ucapan Ayah Yunseong. Dengan seringai di wajahnya, Renjun beralih menatap pemilik Sekolah itu. "Saya yang tidak sopan, atau anda yang tidak punya malu? Menggunakan power untuk menutupi keburukan Anak anda? Coba anda sadar, anda mungkin memang pemilik sekolah ini. Tapi, SAYA YANG BAYAR ANDA AGAR SEKOLAH BODOH INI BERJALAN SAMPAI SAAT INI," ujarnya, menekan setiap akhir kalimat yang diucapkannya.

⠀⠀⠀⠀"Oh dan satu lagi, anda pikir dengan memberi hukuman pada Anak saya akan membuat saya takut? Tidak sama sekali. Saya hanya ingin mengingatkan, ajari Anak anda untuk bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya. Lelaki sejati akan menghadapi masalah yang dibuatnya, bukan bersembunyi dibalik power Orang Tuanya yang tidak akan selamanya tetap di sana."

⠀⠀⠀⠀Setelah mengucapkan hal itu, Renjun membawa Junho keluar dari ruang Kepala Sekolah. Jisung yang sedaritadi menunggu di depan ruangan, langsung menghampiri sang Ayah dan kembarannya. "Ayah, Junho, gimana hasilnya?" tanyanya.
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀"Kak Junho diskors selama seminggu," jawab Renjun sekenanya.

⠀⠀⠀⠀"Ayah, maafin Kakak," ujar Junho dengan suara pelan, namun masih terdengar oleh Renjun dan Jisung.

⠀⠀⠀⠀Renjun merangkul sang Anak, dan kembali menepuk pundaknya. "Kenapa minta maaf? Kakak gak salah, Kakak punya alasan. Daripada pusing mikirin sekolah gak jelas, mending Kakak main game aja di rumah selama diskors," ujarnya, terkekeh.

⠀⠀⠀⠀Junho refleks membulatkan matanya, tak percaya dengan ucapan sang Ayah. Renjun adalah orang yang paling disiplin dari yang orang lain kira, bahkan Jeno kalah dengan sikap disiplin Renjun. Tapi, Haechan tetap di atas segalanya. "Ayah beneran? Ayah gak marah sama Kakak?"

⠀⠀⠀⠀"Iya dong. Udah, ayo kita jalan-jalan aja. Kak Ji mau ikut?"

⠀⠀⠀⠀"Hah? Tapi, kan belum jam pulang, Yah?"

⠀⠀⠀⠀"Aduh, ngapain sekolah udah bolos ajalah. Besok aja sekolahnya."

⠀⠀⠀⠀Renjun langsung menarik kedua Anak kembarnya, pergi meninggalkan area sekolah dengan mobilnya. Untuk hari ini, biarkan Ayah dan kedua Anaknya itu menghabiskan waktu bersama. Biarkan Renjun untuk mengerti lebih jauh bagaimana harus bersikap dengan benar pada Junho dan Jisung. Hidup memang harus ngerti aturan, tapi sesekali ngelanggar akan membuat hidup menjadi berwarna.

.
.
.

.
.
.

.
.
.

⠀⠀⠀Tepat pukul 07.00 malam hari, Keluarga Jung generasi kedua sudah berkumpul di ruang makan untuk melakukan kegiatan makan malam mereka. Seperti biasanya, Orang Tua akan bertanya tentang sekolah dan keseharian Anaknya. Dan, para Anak tentu saja akan bercerita dan memberitahu apa yang mereka alami selama sehari ini.

⠀⠀⠀⠀"Ayahnya Yunseong siapa dah, Hyung?" ujar Jeno, yang mendengar cerita mengenai Junho.

⠀⠀⠀⠀"Hwang Hyunjin."

⠀⠀⠀⠀"Oh, jadi dia."

⠀⠀⠀⠀"Lo kenal dia?"

⠀⠀⠀⠀Jeno melirik Haechan yang sedaritadi hanya diam mendengarkan cerita yang ada. "Jelas kenal, mana mungkin gue gak kenal sama orang yang sedari SMA mau ngerebut Haechan dari gue. Punya nyali juga tuh orang sekarang malah nyerang Anak kita."

⠀⠀⠀⠀"Jangan bilang, kalo dia yang sering jadi lawan lo di arena balap dulu?" tebak Renjun.

⠀⠀⠀⠀"Iya, dia orangnya. Ternyata, Anaknya mewarisi sifat buruk Ayahnya." Jeno terkekeh dengan ucapannya sendiri.
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀Setelah beberapa rangkaian cerita di satu meja makan, semua anggota Keluarga Jung itu pun kini sudah memasuki kamar masing-masing. Sementara, Haechan membersihkan meja makan dan mencuci piring terlebih dahulu. "Huft, lumayan lelah juga hari ini. Karena Bibi sakit, jadi bersih-bersih sendiri deh," gumamnya, mengelap tangannya setelah mencuci.

⠀⠀⠀⠀Haechan melangkah memasuki kamarnya, dan mendapati kedua Suaminya sudah berada di ranjang dengan kegiatan mereka masing-masing. Jeno yang sibuk dengan ponselnya, dan Renjun yang sibuk dengan bukunya. "Kak, kenapa belum tidur?" tanyanya, melangkah mendekati ranjang.
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀Kedua kembar itu menoleh ke arah Haechan, dan tersenyum. "Nungguin kamulah, mana enak tidur gak ada yang kelonin," sahut Jeno, mulai mematikan ponselnya dan meletakannya di atas nakas.

⠀⠀⠀⠀Renjun ikut menutup bukunya, dan melemparnya ke lantai. "Sayang, malem ini jatah ya?"

⠀⠀⠀⠀Haechan yang mendengar ucapan kedua Suaminya hanya bisa menghela nafas, Ia menaiki ranjang tepat di tengah. "Tapi satu ronde aja ya, Kak. Bibi masih sakit, Echan gak mau susah jalan besok karena kerjaan rumah banyak!"

.
.
.

.
.
.

.
.
.

Tekan vote dan komen sebanyaknya jika kalian ingin melihat ninaninu di lembar selanjutnya😌 astagfirullah kamu berdosa banget, tapi kalo beneran banyak yang mau sih ya oke🤭

Twin Family (NOHYUCKREN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang