Prolog

97 10 5
                                    


Kota Jawa Pusat. Sebuah kota yang tidak pernah tidur.

Begitu kata orang-orang karena aktivitas di kota ini tidak pernah berhenti apapun warna yang ada di langit.

Akan tetapi ketika kamu singgah disana. Kamu akan bertanya-tanya kenapa kota ini disebut tidak pernah tidur. Aktivitas masyarakat tidak terlihat pada malam hari.

Ya. Karena yang aktif di malam hari hanya orang-orang yang tidak pantas digolongkan dalam masyarakat.

Tingkat kejahatan di kota ini terbilang tinggi.

Pencurian, begal, dan rasisme adalah hal yang lumrah terjadi.

Di sebuah jalan yang sepi, seorang pria muda terlihat berjalan ke arah minimarket. Langit memang sudah gelap tapi ini masih jam 7 malam. Pria itu berjalan santai tanpa terlihat kekhawatiran pada wajahnya.

Melewati sebuah gang. Langkah pria itu mendadak terhenti karena ada yang memanggil namanya.

"Darma! Kamu Darma Abimana kan?"

Suaranya seperti panggilan dari om-om. Untung yang dipanggil itu pria jadi kita nggak bisa sembarang menuduh dia om-om mesum hanya dari aksi barusan.

"Heh? Iya? Apa? Siapa?"

"Ikut saya. Kesini. Ke gang gelap. Kita akan bersenang-senang."

Oke. Sekarang bisa. Siapapun pasti akan melabeli om-om mesum dari kata-kata barusan.

Ketakutan. Pria itu memilih segera melangkah cepat. Tapi gagal karena tangannya langsung disergap.

"Om! Jangan, Om! Saya masih perjaka, Om!"

"Kamu jangan berpikir aneh! Saya hanya ingin bermain kembang api dengan kamu."

"K-kembang api?"

"Ya. Main kembang api itu menyenangkan bukan?"

"Om masa kecilnya kurang bahagia ya?"

"Ada banyak hal terjadi. Kembang api adalah cara terbaik untuk kita terbebas dari penderitaan hidup. Kamu setuju kan?"

Pria yang tadinya takut itu kini memasang wajah prihatin.

"Gitu ya. Kalo gitu boleh deh, Om. Main kembang api aja kan? Saya temenin sebentar."

"Terimakasih. Saya senang sekali."

"Yah. Gapapa, Om. Saya nggak lagi buru-buru juga."

"Kalo begitu, apakah kamu sudah siap?"

"Siap? Kan om yang harusnya nyiapin kembang apinya."

"Tidak."

Sebuah pisau tajam tiba-tiba menikam ke perut pria yang hendak berbuat baik itu. Menciptakan cipratan darah merah segar.

"Kembang apinya keluar dari dalam tubuhmu."

"..."

"Kamu pria yang baik. Darahmu dan mata spesialmu itu akan jadi persembahan yang indah untuk kembalinya Indonesia."

***

Writer notes:

Terimakasih sudah membaca Prolog Revolution:Eyes !

Semoga kamu suka sama ceritanya yaa~ >_<

Jangan sungkan untuk memberi komentar dan membagikan cerita ini ke teman-teman~

A big appreciate for all my beloved readers <3 

Revolution:EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang