Chapter 01: Indonesia?

75 6 6
                                    

Langit siang yang biru perlahan berubah warna ke senja yang kemerahan. Sang Raja Siang turun dari puncak singgasananya.

Berlokasi di pinggir kota Jawa Pusat, salah satu Sekolah Menengah Atas favorit di kota ini telah berada di jam pulang.

Para siswa dan siswi sudah pergi meninggalkan tempat mereka menimba ilmu.

Tersisa guru, petugas sekolah, dan murid-murid yang punya kegiatan ektrakulikuler seusai jam pelajaran.

Namun ada juga pelajar yang masih di sekolah tanpa kegiatan ekstrakulikuler.

Salah satunya adalah siswa berambut hitam yang sedang berbaring di tanah melongok ke dalam saluran air sekolah.

Di dalam genangan air, ia melihat sepatu berwarna putih berenang bersama beberapa sampah plastik dari jajanan sekolah.

"Ketemu!" ucap siswa itu.

"Heh? Dimana?"

Seorang siswi berambut pirang dengan warna rambut pirang yang terlihat alami lantas menoleh.

Dia menyudahi pencarian yang dilakukan di sekitar pepohonan lalu berlari menghampiri siswa tadi dengan hanya satu sepatu putih di kari kirinya.

Siswa itu mengevakuasi sepatu yang hampir tenggelam di saluran air lalu membersihkannya dari sampah plastik yang menempel.

"Catherine. Kenapa sepatu kamu bisa sampai masuk selokan gini?"

"Err... t-tadi aku lari-lari... iya. Lari-lari di sekitar sini. T-trus sepatu aku nggak sengaja lepas. Mental gitu. Eheheheh," jawab siswi berambut pirang namun terlihat tidak nyaman dengan jawabannya sendiri. Matanya beralih ke kanan dan ke kiri seperti ada fakta yang disembunyikan.

"Kamu itu ya. Sepatu kamu longgar kali. Lain kali jangan lari-lari ya. Kalo sepatu kamu mentalnya kena orang gimana? Kamu tau kan orang-orang disini banyak yang sensitif sama kamu."

Siswa itu menceramahi sambil memeras air dari sepatu yang diambil.

"I-iya. Maaf, Arif," Catherine tertunduk melas.

"Masih agak basah. Mau langsung dipakai atau mau dijemur dulu?"

"Aku langsung pakai aja. Nggak apa-apa kok cuma basah sedikit."

"Yasudah. Sini."

Arif menumpu badan dengan lututnya hendak memasangkan sepatu ke kaki Catherine.

"A-Arif! Aku bisa pakai sendiri kok! Nggak usah ngerepotin kamu...!!!"

"Udah. Masukin aja kaki kamu. Biar aku pakein."

"T-tapi..."

Menghiraukan penolakan Catherine. Arif dengan tangannya membantu memasukan kaki Catherine yang jenjang dan berkulit putih bagai salju ke sepatu kanannya.

Catherine hanya bisa terdiam dengan wajah memerah.

"Mungkin tadi terlepas karena ikatan talinya nggak kencang. Besok pas sampai sekolah kamu liat lagi ya ikatan di tali sepatu kamu. Takutnya jadi longgar setelah perjalanan kan. Bikin simpulnya juga yang kuat ya supaya nggak gampang lepas," ucap Arif sambil mengikatkan tali sepatu Catherine.

"Iya. Makasih, Arif."

"Coba aku liat ikatan tali sepatu kamu yang satu lagi."

"Eh? Ng-nggak usah."

Penolakan Catherine seperti tidak terdengar. Arif tetap memeriksa sepatu kiri Catherine.

"Sip. Yang ini kencang."

Arif lalu berdiri.

"Ayo kita pulang," ajak Arif.

"Kamu duluan aja. Aku, err... mau ke kamar mandi dulu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Revolution:EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang