Milikku dan Milikmu.

12 1 0
                                    

Sudah pagi.. ya? Rasanya aku baru saja tertidur di pelukan Ayah...

Pagi sudah tiba, matahari belum menampakkan dirinya, tapi langit sudah mulai menunjukkan warna oranye yang indah, burung-burung mulai bersiul, udara pagi terasa sejuk dan dingin.. tapi, rasa dingin tersebut tidak terasa karena aku sekarang berada dj pelukan Ayah, hehe.

Aku mencoba menutup mataku yang sudah 'melek' dengan sempurna, Ayah menyadari kalau aku sudah bangun, Ayah ikut membuka matanya, lalu ia menyapaku.
"Selamat pagi, Tuan Putri Lexian." Katanya sambil memberikan senyum tipis kepadaku.
Aku membalas sapaannya, lalu siapa sangka! Dia mencium keningku!! Sontak aku kaget, tapi aku berusaha untuk tetap tenang.

Sebenarnya, Lennox itu tipe 'Ayah' yang perhatian dengan anaknya, dan adegan menghukum gantung Lexian, ia terpaksa melakukannya karena ia amat sangat menyayangi keponakannya, ia pernah berjanji akan melakukan apapun untuk keponakannya itu! Dan, keponakannya atau sepupuku itu bernama...

Rosalinda.

Seingatku, Ayah pertama bertemu dengan Rosalinda pada perayaan ulang tahunnya yang ke-31, saat itu Rosalinda berumur 8 tahun, aku seumuran dengannya. Saat itu ia datang bersama Paman, alias Ayah angkatnya. Saat itu Paman menyuruh Rosa untuk pergi menghadap Lennox dan berlutut kepadanya, Lennox tertarik dengan Rosa. Lalu suatu Lennox mengundang Rosa untuk minum teh dengannya. Setiap hari Rosa datang ke kediaman Lennox, Rosa menemani Lennox bekerja, lalu mereka minum teh bersama, tak lupa juga Lennox mengajak Rosa berjalan-jalan. Hingga Lennox menyuruh Rosa untuk ikut tinggal di Kediamannya, awalnya terasa berat bagi Rosa untuk meninggalkan keluarga angkatnya, hingga akhirnya Rosa menyetujui ajakan Lennox.

Sebenarnya aku juga bingung, KENAPA ROSA TIDAK MENYUKAI LEXIAN? APA KARENA MENURUTNYA LEXIAN BERLAGAK SOK IMUT DIDEPAN LENNOX?!

Eh?- Lennox memelukku seperti boneka, lalu ia mengusap rambutku dengan lembut.
"Lexian, terimakasih untuk malam ini." Lalu ia menepuk punggungku.

"Lexian, ayo segera bangun, aku akan mengantarmu kembali ke Gedung Istana B setelah ini, siang nanti kita berjalan-jalan, ya?" Lennox duduk dipinggir ranjang sambil menatapku.
"Papa." Kataku sambil mengangkat kedua tanganku, ia mengerti aku ingin apa, ia langsung menggendongku dan membawaku keluar dari kamarnya.

Ayah membawaku ke Taman, lalu ia mendekati sebuah semak.
"Lexian, Ayah punya hadiah kecil untukmu." Ia menunjuk ke semak.
"Daun..?" Aku kebingungan
"Bukan, bukan, coba kamu lihat isinya." Ia membuka tumpukan daun itu.
"Waaaah! Kelinci!" Mataku berbinar melihat kelinci-kelinci imut yang ditunjukkan Ayah, lalu aku mengelus kelinci-kelinci itu.
"Kamu suka kelinci, ya, Lex?"
Aku hanya menjawab pertanyaan itu dengan anggukan.
"Papa, boleh tidak kelincinya Lex bawa?" Aku menatap Ayah dengan tatapan memelas.
"Boleh saja, tapi sebaiknya tidak usah, Ryla akan marah jika Lex membawa kelinci itu."
"Yaaaahh! Padahal Lex mau merawat kelinci-kelinci ituu!" Aku memberikan tatapan kecewa.

Ayah menggendongku lagi, lalu ia berdiri dan mulai berjalan. Gedung istana B mulai tampak. Saat sampai ke Gedung Istana B, Lennox menurunkanku, para pelayan berkerumun menyambut kedatangannya, aku mencoba menyelamatkan Ayah dari para pelayan itu!
"Ayah, Ayah, ayo ikut Lex!" Aku menarik telunjuk Lennox.
"Kemana?" Belum sempat aku berbicara, para pelayan sudah memotong lalu melontarkan pertanyaan-pertanyaan dari mulut mereka. Ayah tampak kesal.
"Kalian tidak bisa diam, ya? Lex belum sempat berbicara dan kalian sudah memotong lalu memberiku pertanyaan-pertanyaan bodoh." Lennox menatap seperti memberi peringatan kepada para pelayan.
"Ayah, ayo ikut kekamar Lex!" Aku menarik telunjuk Lennox lagi.
"Iya, iya, ayo." Lennox berjalan mengikutiku dari belakang.

Kami berjalan bersama melewati lorong untuk menuju kamarku. Lalu kami memasuki kamar bersama.
"Ternyata kamarmu besar, ya." Kata Lennox sambil melihat sekeliling.
"Ayah, Ayah! Lihat, Lex menggambar ini kemarin!" Ku serahkan kertas gambarku kepada Lennox.
"Ini Ayah ya?" Katanya sambil menunjuk salah satu karakter yang ku gambar.
"Iya! Lalu yang ini Lex, yang di sebelah sini Ruslan, lalu yang ini Ryla." Ocehku.
Tiba-tiba Lennox pergi ke luar, katanya ia mau pergi sebentar lalu akan kembali nanti. Sebenarnya aku mau ikut, tapi ia melarangku ikut. Setelah 10 menit aku menunggu, aku mulai merasa mengantuk, mataku mulai menutup, tetapi aku mencoba untuk tetap sadar. Tak sadar aku tertidur di kantukku, saat aku bangun dan membuka mata, aku merasa ada sesuatu yang merangkulku. Lennox. Ia merangkulku dan ia ikut tidur di sebelahku.


Ung? Kehangatan macam apa ini...

Aku menggesek-gesekkan kepalaku ke dada Lennox, ia membuka matanya sedikit, lalu mengacak-acak rambutku.
"Kamu sudah bangun, ya." Katanya.
"Aku mau tidur lagi!" Ucapku kepada Lennox.
Lennox langsung menepuk punggungku dengan lembut, ia memberikan senyum hangat padaku, lalu ia berkata.

"Lexian Revish De Serche Fleich, Ayah mencintaimu."

"Lex juga mencintai Ayah!" Lennox kembali tersenyum, namun matanya menunjukkan bahwa ia sedikit khawatir.
Aku bertanya padanya. "Ayah kenapa, Ayah sedang khawatir?"
"Tidak, tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Singkatnya.
"Ayah bohong! Mata Ayah sudah mengatakannya dengan jujur!"
"Tidak, kamu tidak perlu khawatir, Lex. Oh ya, katanya Lex mau tidur lagi?" Tiba-tiba Lennox mengganti topik.
"Ah iya, tapi Lex sekarang sudah tidak mengantuk!"
"Baguslah, Ayah tadi mau memberikaanmu ini" Lennox mengeluarkan kotak dari laci rak-ku.
"Apa itu?" Kataku kegirangan padahal aku tidak tau apa isi kotak tersebut.
"Ini cat minyak, kamu gunakan saja cat ini untuk membuat karya-karya indahmu, simpan ini baik-baik, ya."
Aku pun loncat kesana kemari karena kegirangan.

Lennox menggendongku dan membawaku keluar, ia membawaku ke gedung utama.
"Lex, hari ini kita kedatangan tamu, kamu ikut menyambutnya, ya." Ucapnya sambil berjalan kembali ke gedung utama.
"Siapa?" Tanyaku.
"Adikku, Lewis."

Ooh! Lewis, ya!? Dia adalah satu-satunya adik kandung Lennox, ia dikenal dengan sifat yang dermawan, ramah dan lemah lembut, tak kusangka bisa bertemu dengannya secepat ini!!

Lennox membawaku ke ruang kerjanya, dan Lewis sudah ada disana.
"Yo, Kak!" Katanya.
"Ya, selamat datang kembali." Sambut Lennox.
"Kak, itu anakmu, ya!?" Katanya histeris melihatku.
"

Apa yang kau bicarakan, tentu saja dia anakku!"
"Ouuuu, dia anak dari Melisa Partdise, ya?"
"Tentu saja, mana mungkin anak secantik ini anak si 'Yeena' itu."

Yeena? Itu kan nama tunangan Lennox dulu.

"Hei anak manis~" ia menyapaku.
"Om Lewis..?"

Lewis hanya tersenyum manis.

Second Life In NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang