00 | kini, tak lagi sama

147 12 25
                                    

Neira kira, selamanya benar-benar ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Neira kira, selamanya benar-benar ada.

Neira kira, semuanya bakalan tetep sama.

Sampai dia sadar manusia nggak bisa terus-terusan ada di titik yang itu-itu saja.

Mama tak pernah menjanjikannya apa-apa. Siapa juga yang menyangka kalau pada akhirnya dia bakalan berpisah dari Papa? Neira sudah akrab dengan rumah besar itu sejak lama. Neira sudah hafal di luar kepala gimana rasanya rumput gajah yang menjejaki kakinya ketika dia berlari-lari kecil di halaman belakang rumah saat petang menjelang. Neira sudah kenal betul dengan lampu taman yang kerap mati tiba-tiba. Atau dengan kolam ikan yang diisi dua lusin Ikan Mas Koki dan tiga ekor Ikan Sapu-Sapu. Namun ketika kotak kardus yang dibawanya sampai di sebuah rumah berlantai dua dengan cat warna hijau sage, Neira merasa diasingkan di sebuah penjara tempatnya ditemukan mati pada suatu hari kelak.

Neira mengamati rumah itu beberapa lama, pot-pot tanaman masih ada yang berserakan di teras. Mama belum sempat menatanya. Dari lantai dua, jendela kamarnya menghadap langsung ke jalan raya, membuatnya bisa melihat satu-dua motor yang lewat di tiap-tiap kesempatan.

Laki-laki itu membawa barangnya masuk, sesampainya di ruang tengah, dia kembali disambut dengan kotak-kotak lain yang menunggu untuk ditata. Mama terlihat sedang menyayat kardus dengan cutter, perempuan itu begitu fokus melakukan pekerjaannya. Saat Neira tak beranjak, Mama menangkap presensinya basah-basah.

"Hayoo nanti kalau bengong dirasukin setan loh."

Mata Neira mengerjap, laki-laki itu berjalan mendekat ke arah Mama.

"Mama."

"Heum?"

"Nanti kita makan apa? Nggak usah masak dulu, ya? Mama kan capek."

"Neira maunya makan apa? Nggak ada mie-miean dulu loh ya!"

Neira agak kecewa, tapi biarlah. Lagian dia nggak mau masuk rumah sakit dan kena penyakit yang sama buat kedua kalinya. "Mau sop sama ayam goreng."

"Tumben masakan rumahan? Biasanya kalau delivery maunya KFC atau nggak Mekdi."

"Kangen masakan Mama."

Satu kalimatnya berhasil bikin Mama tersenyum simpul. Nggak lama setelah sedikit bercakap dengan Mama, Neira melangkah menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Tembok kamarnya nggak lagi berwarna hijau sage seperti kamar-kamar lainnya. Waktu membeli rumah, Mama sengaja bilang buat mengecat biru satu ruangan di lantai atas.

Kata Mama, biru warna favoritnya.

Tapi yang suka warna biru kan Neira umur empat tahun. Sekarang, Neira malah nggak tahu suka apa di dunia ini selain bangun pagi di atas jam sepuluh. Ha! Itu mah itungannya udah siang!

Sepetak ruang itu baru diisi dengan single bed dan sebuah meja belajar sewaktu Neira masuk ke dalamnya. Kata Mama, orang-orang dari jasa pindahan baru akan datang tiga puluh menit dari sekarang.

How to Plant A Tree - 𝐛𝐞𝐫𝐦𝐮𝐝𝐚 𝐥𝐢𝐧𝐞 [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang