BSS -01

437 69 4
                                    


Assalamualaikum


HALOOO!! INI CERITA MIRZA DARI CERITA YANG BERJUDUL "LANGIT PESANTREN."


"Jika kamu berniat maka lakukan lah."

Selamat membaca

°°°°°°°

Pukul 13:25.

Seorang pria baru saja mendaratkan kakinya di suatu tempat. Entah keberuntungan darimana dia bisa sampai ditempat itu. Tak pernah ia pungkiri jika dirinya akan tinggal disana mulai sekarang.

Berawal dari seorang kakek-kakek yang memberikan tawaran untuk tinggal bersamanya dan pria itu langsung menyetujuinya. Hanya satu alasan mengapa dia menerima tawaran tersebut, yaitu agar tak mendapatkan teror yang sering menghantuinya lagi.

"Pondok Pesantren Religi Indah!" Ia mengeja tulisan tersebut sembari mengunyah permen karet di mulutnya.

Tas ransel yang menggantung di sisi kiri dia perbaiki terlebih dulu kemudian berjalan masuk. Pria itu tersenyum lebar saat merasa semua pasang mata tertuju padanya.

Badan sedikit tinggi, kurus, berwajah oval, memiliki kumis tipis, serta rambutnya yang agak gondrong berpirang mempunyai kesan tersendiri. Ia berjalan angkuh dan berlagak sombong tak membuat ketampanannya memudar. Pria itu semakin gencar menebarkan pesona yang ada padanya.

Ia terus berjalan walau tak tau kemana tujuannya saat ini. Yang hanya dia pikirkan adalah terus menebarkan pesona nya. Tapi, mengapa tak ada satupun wanita disana yang menatapnya?

Hingga saat sosok pria yang seumuran dengannya berdiri menatapnya datar barulah pria itu menghentikan langkahnya. Ia mengulurkan tangannya beserta senyum manis nan lebar yang tak pernah memudar.

"Mirza Utama!" tuturnya.

Pria di hadapannya tersebut tampak tak ingin menerima uluran tangan itu. Dia hanya memperhatikan penampilannya dan tentu membuatnya bergaya keren.

"Siapa antum dan apa tujuan antum datang kesini?" tanya pria itu.

Mirza sedikit terkejut ketika namanya diubah. "Nama gue Mirza, lo gak tuli kan?" ungkapnya.

"Kalau begitu silahkan pergi dari sini. Ini adalah pesantren, tempat menuntut ilmu."

Mirza tertawa kecil mendapat respon seperti itu, bahkan teman-temannya saja tidak ada yang berani seperti itu. "kalau gue gak mau?" Kala itu juga Mirza menatap liar, "lo tau gak, siapa gue?"

"Aku tidak peduli siapa kamu dan dari mana asal usul mu," timpal pria itu yang mana membuat Mirza tertawa keras. Ia akui tertantang dengan pria tersebut.

"Jika kedatanganmu untuk mengacaukan tempat ini maka segeralah pergi! Kami hanya butuh ketenangan." Setelah mengatakan hal demikian pria itu beranjak pergi. Namun, Mirza segera menahannya.

"LO BERANI SAMA GUE?!"

Pria itu berhenti untuk melirik sekilas kebelakang. "Antum bukan Tuhan yang harus ditakuti," ujarnya kemudian berjalan kembali.

Bukan Mirza namanya jika tidak melawan lagi. Ia emosi melihat tingkah sombong orang itu. Mau tak mau, dia menghentikan pria tersebut dengan menariknya secara kasar dari belakang. Pria itu sedikit linglung.

"Belagu amat lo jadi manusia. Dan lagi, nama gue Mirza, bukan antum!" jelasnya sambil mendorong keras tubuh pria itu.

Jujur saja Mirza sangat tak suka dengan orang itu. Baru pertama menginjakkan kaki di sana dia harus berhadapan dengan orang yang menyebal kan seperti itu. Mirza tidak akan pernah membiarkannya lolos kali ini, akan ada kegaduhan yang ditimbulkan olehnya untuk menyusahkan pria itu.

Bukan Sekedar Santri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang