Chapter 1

19 2 0
                                    

Happy Reading!
______________________________________

Cahaya terik menyorot mata yang masih mengatup dengan sempurna. Hingga membuat gelisah empunya. Belum lagi serangan mendadak dari memar yang ada di kepalanya. Spontan tangan kanannya terangkat untuk memberi sentuhan pelan, dahinya berkerut, kedua matanya masih terpejam menahan rasa sakit.

Perlahan gadis itu membuka matanya untuk memastikan keadaan sekitar, tampak dinding polos yang dipenuhi bayangan garis hitam menandakan jika mentari telah naik ke permukaan.

"Akh," ringis Asyila.

Asyila berupaya untuk bangkit dari tidurnya, menjauhkan selimut yang menutupi separuh tubuhnya. Dengan kepercayaan dirinya, ia menurunkan kaki kanannya berharap dapat menumpu tubuhnya, namun dugaannya salah, ia butuh pegangan untuk berdiri dengan sempurna.

Krekkk!

Spontan kedua mata Asyila mengarah ke pintu kamarnya yang terbuka.

"Ma-mama?" kejutnya.

Tanpa menunggu lama, Mira mendekati Asyila, wanita paruh baya itu menarik rambut putrinya agar segera beranjak dari kasur.

"Aw... sakit, Ma," rengek Asyila.

"Cepat bangun! Dasar pemalas! Apa gunanya kamu hidup, hah? Keluar dan bersihkan dapur sekarang juga!" oceh Mira.

Mendengar suara ibunya yang super melengking itu, membuat tubuh Asyila sedikit bergetar. Suhu yang ia rasakan mendadak dingin, pun wajahnya semakin memucat.

Tanpa menjawab, Asyila memaksakan kedua kakinya untuk melangkah, meski rasa sakit yang datang bertubi-tubi menyerang sekujur tubuhnya.

"Cepat!" teriak Mira.

Wanita itu mendorong punggung Asyila, hingga Asyila terlempar ke luar kamar. Tidak ada yang dapat ia lakukan, jangankan untuk melawan, menggerakkan kedua tangannya saja sulit ia laksanakan.

Mira berlalu tanpa menghiraukan Asyila yang terkapar di lantai. Sedangkan Asyila, wajahnya dibanjiri air mata. Dadanya sesak, menangis tanpa suara membuat energinya semakin terbuang.

Gadis berusia 20 tahun itu pun merangkak setengah sadar, tangan kanannya meraih kursi untuk berpegangan, meski bergetar tetap ia paksakan.

"Apa salahku? Kenapa mama selalu menyakitiku? Aku anak mama, kan?" batin Asyila.

Akhirnya, tubuh gadis itu dapat beranjak. Ia pun melangkahkan kakinya ke dapur untuk melaksanakan perintah dari Mira.

Semenjak lulus sekolah, ia tidak diperbolehkan untuk melanjutkan kuliah atau bekerja jauh dari keluarga. Hari-harinya harus menjadi babu di rumah dan bekerja di toko aksesoris bibinya. Untungnya toko itu tidak jauh dari rumah, jadi Mira masih memberinya izin untuk bekerja di sana, ya walaupun Asyila tidak menikmati hasilnya. Setiap uang yang ia hasilkan selalu dirampas oleh Mira.

Berbeda dengan saudara perempuan Asyila yang bernama Arshita. Usia mereka tak terlalu jauh, hanya berjarak 2 tahun saja. Meski tumbuh bersama, namun Asyila tak pernah diperlakukan sama. Arshita selalu mendapatkan cinta dan kasih sayang dari Rafly dan Mira. Hal itu yang menciptakan banyak pertanyaan di hati Asyila.

Pyarrr!

Tak sengaja, Asyila menjatuhkan piring ke lantai. Hingga melukai kaki kirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PSEUDO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang