2

4.9K 474 119
                                    

Ketika itu, malam dimana seharusnya menjadi malam istimewa untuk pasangan yang sudah belasan tahun bersama. Malam yang seharusnya mereka rayakan dengan tawa dan suasana yang jauh lebih hangat. Hari jadi untuk ke sekian kalinya bagi Jaehyun dan Renjun.

Disalah satu restoran berbintang yang sudah direservasi jauh-jauh hari oleh keduanya. Lilin dimeja menyala sebagai satu-satunya pencahayaan diruang VIP itu. Sejujurnya ini adalah kali pertama mereka merayakan hari jadi hanya berdua saja. Sebab tahun-tahun sebelumnya kebanyakan di isi oleh kebisingan si kembar. Kali ini, Jaehyun yang meminta. Katanya, rindu menghabiskan waktu berdua.

Pukul delapan malam, Renjun telah duduk siap di salah satu kursi. Menunggu kursi di seberangnya terisi oleh manusia kecintaannya. Hingga menit ke sepuluh dirinya menunggu, manusia tampan penuh kharisma itu datang menghampiri. Di iringi senyum menawannya, Jaehyun tarik pinggang ramping pasangannya dengan lembut. Memeluknya dengan hangat, walau tujuan hati ingin mengurangi rasa lelah akibat sehari penuh berjibaku dengan tumpukan kertas.

"Wangi, selalu wangi," puji pria Jung itu. Satu kecupan dalam dibubuhkan di kening Renjun. Membuat di lawan tertawan hatinya, hingga pipinya merona malu. Tak sampai di sana rupanya, ia kembali menggiring pasangannya untuk duduk kembali di kursinya. "How's your day?" tanyanya setelah mendudukkan diri diseberang Renjun.

Renjun ulaskan senyum lembut miliknya, netranya bersua tatap dengan si tampan yang malam ini rapi dengan balutan jas mahalnya. "Seperti biasa. Aku berangkat ke sini sore tadi, karena siangnya harus mengurus keperluan si kembar disekolah. Harimu bagaimana?" Begitu balasnya. Dengan raut yang sedikit penasaran, ia majukan punggungnya.

"Lumayan berat. Tadi aku cek lapangan, ada sedikit masalah. Tapi sudah diatasi." Jaehyun tarik jemari lentik istrinya. Rasanya terlaku kurang jika ia tak mengecupnya, harumnya bahkan sampai pada hidungnya. Entah apa yang tak menarik istrinya. Karena segala aspek salam diri Huang Renjun telah menjadi candu untuknya.

"Nanti aku bantu kurangi lelahmu, sekarang makan dulu, ya?"

"Hm."

Makan malam romantis berdua tidak pernah ada dalam agenda mereka beberapa tahun terakhir. Tetapi beberapa minggu lalu, Jaehyun mengeluhkan padanya bahwa hal-hal semacam itu sangat dirindukannya.

"I have a gift for you," tutur Renjun ditengah kegiatan mereka menyuap menu makan malam mereka saat itu.

"Apa itu?" Rautnya penasaran. Terlihat dari kedua alisnya yang terangkat menunggu balasan.

"Kejutan, jangan minta sekarang, ya!"

"Ah, okay." Semesta harus tahu bagaimana indahnya Renjun malam ini. Parasnya mampu membuat Jaehyun memfokuskan seluruh atensi hanya untuknya. Definisi sempurna yang ingin selalu Jaehyun miliknya hanya untuk dirinya sendiri. Tak ingin melepas barang hanya satu menit saja.

Dunia Jaehyun kini berpusat pada Renjun, tidak peduli bagaimana menyebalkannya sifat sang pujaan akhir-akhir ini, karena baginya Renjun tetaplah Renjun. Si manis yang keberadaannya tidak pernah tersingkirkan oleh siapapun. Sosok yang hingga saat ini menduduki takhta tertinggi di hidupnya.

"Sayang?"

Dalam. Renjun terbuai akan panggilan itu. Seperti pertama kali diperkenalkan pada rasa mendebarkan yang memporak-porandakan hati, ia kacau. Tubuhnya kaku hanya karena panggilan dan tatapan dalam suaminya.

"Istriku, sayang."

Brengsek. Renjun mengumpat dalam hati. Mengira bahwa akan ada kata-kata menyanjung yang keluar dari bibir suaminya. Nyatanya hanya godaan yang sialnya membuat seluruh wajahnya merona malu. Geli mendengar ucap yang diperdengarkan Jaehyun. Mereka bukan lagi pengantin baru yang terbiasa dengan kata-kata itu. Mereka hanya dua orang tua dari tiga anak yang telah beranjak remaja. Seharusnya sadar diri, tetapi hal itu rupanya tak berlaku untuk si bodoh Jaehyun yang setiap hari bertingkah selayaknya anak muda kasmaran.

What If | JaeRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang