1 : Camera

35.5K 235 6
                                    

Seorang wanita berusia 25 tahun sedang duduk termenung di atas sofa miliknya. Sudah hampir 3 hari suaminya tidak pulang ke rumah mereka yang terletak pada sebuah pohon besar di tengah hutan.

Berbagai pikiran negatif berkecamuk di otaknya, bahkan hingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Alih-alih ingin berbahagia menyambut kedatangan anak dalam kandungannya, wanita itu tidak bisa melakukannya. Ia terus memikirkan suaminya hingga mengesampingkan rasa sakit pada perutnya yang telah ia rasakan sejak sehari lalu.

Runa, nama wanita itu. Runa sudah mengalami pecah ketuban sejak sejam yang lalu. Namun, dirinya masih asik dengan pikiran negatifnya. Bahkan kontraksi tak terasa menyakitkan untuknya.

"Sayang" sang suami tiba-tiba datang dengan berbagai kamera di tangannya. Runa pun terkejut dengan hal tersebut. "Kok kamu belum melahirkan sih? Kan ketuban mu udah pecah?" Runa sontak semakin terkejut, bagaimana bisa suaminya tahu tentang hal itu?

"Aku pasang kamera tersembunyi di setiap sudut rumah kita. Sekarang lahirkan anak itu. Dari tadi aku udah melakukan live, tapi kamu diam aja" tuturnya sembari memasang kamera tepat di depan Runa.

"Jadi, selama ini kamu cuman mau ini?" dan suaminya mengangguk.

"Kamu lahirkan anak kita sekarang, sebelum dia gak selamat" suaminya mendekat dan membantu Runa untuk melepaskan pakaian bagian bawah hingga area privasi Runa terlihat jelas.

"Aangghhh!" Runa terkejut ketika sebuah benda lonjong dengan ujung bulat dan ukurannya 2 diameter, serta area tengah 1 diameter mulai masuk ke area belakangnya. "Kamu ngapain?" pekik Runa tak terima ketika suaminya memasukkan benda tersebut.

"Kamu harus lahiran pakai itu juga, jadi keluarkan juga itu" Runa tak habis pikiran dengan jalan pikiran sang suami. Selama ini ia mengira suaminya benar-benar tulus mencintainya, tapi setelah kejadian ini Runa yakin dirinya hanya dijadikan mesin uang.

"Lahirkan sendiri, aku tunggu di situ" suaminya itu menunjuk salah satu sudut ruangan dan berjalan ke arah sudut tersebut.

Runa pun tak tinggal diam, ia mulai memposisikan tubuhnya dengan benar agar dapat melahirkan anaknya segera.

"Kamu mau obat kontraksi?" Runa mengangguk, ia tak berpikir panjang, sebab ia takut jika kontraksi yang sekarang tidak dapat membantunya. Pasalnya, kontraksinya kini tidak terlalu kuat, padahal ketubannya telah pecah dan pembukaannya telah mencapai 12 cm.

Saat Wira, sang suami memberikan 2 tablet obat kontraksi. Selang 5 menit kemudian Runa mengalami kontraksi hebat. Wanita itu pun memposisikan tubuhnya di depan sofa dengan kedua tangan menahan tubuhnya pada tepi sofa. Runa menaik-turunkan pantatnya dengan perasaan gelisah, ia tidak hanya merasakan kontraksi, ia juga merasa terangsang. Runa yakin, yang ia minum tidak hanya obat penambah kontraksi, tetapi juga obat perangsang.

"Nnnggghhhhhh ..." ejanan pertama tak membuahkan hasil, tetapi ia bisa merasakan benda bulat dan lonjong yang berada di analnya perlahan keluar dan masuk kembali.

"Eeeennggggg ..." Runa kembali mengejan, ia menahan tubuhnya dengan kaki sedikit jinjit dan lututnya di tekuk. Wira yang memperhatikan itu merasa puas, dengan begini ia pasti bisa mendapatkan uang yang banyak.

Runa terus berada di posisi itu sekitar 15 menit dan dirinya terus mengejan tanpa henti. Namun, kedua kakinya kini sudah terasa tak kuat, ia pun memposisikan tubuhnya dengan gaya merangkak. Ia menahan tubuhnya dengan kedua lutut dan tangan.

"Arahkan ke kamera" tentu Runa paham, ia segera memutar tubuh dan memperlihatkan bagian bawahnya pada kamera yang menyorotnya.

"EEEEENNNNNGGGHHHHH ..." tiba-tiba kontraksi kuat menerjang, Runa tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia mengejan dengan kuat hingga wajahnya memerah. Namun, lagi-lagi itu tak membuahkan hasil apa pun selain benda di bagian analnya yang bergerak keluar dan masuk.

Baby Day OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang