3. Penyelamatan tim(bel) SAR(bo'ah)

0 0 0
                                    

"Hahhhhh....."

Isa terbaring diranjangnya yang murahan tersebut. Mata memandang ke
langit-langit kamar yang silau oleh lampu. Agak sendu seperti memikirkan gaji yang tidak pernah menentu jadwalnya.

"Sebenernya sih, bukannya enggak butuh, cuman..."

Gumaman Isa terhenti seketika saat ia mencium aroma busuk. Netra melotot penuh. Ia baru ingat apa suruhan yang ia beri kepada sekumpulan makhluk bertanda husbu disana.

"Daku mau istirahat. Kalian makan siang duluan sana."

"Njirrr..."

"W baru inget njink..."

Tergambar jelas dibenaknya bagaimana sebuah kiamat terjadi tanpa suara terompet sangkakala.

Demi menghentikan tewasnya makhluk-makhluk ikemen yang tidak bersalah, dengan kekuatan kamera flash, isa melenggang dari singgasananya menuju dapur yang terdapat dilantai bawah.

Sempat ia menabrak dan menyenggol barang-barang saking lebaynya keluar kamar. Kelingking kakinya pun sampai menabrak sudut kaki meja kerja yang terbuat dari beton dikamar sana.

"NJINK BANGSAT KAKI OE DUHH"

"BODO AH, DARIPADA DAKU MENDERITA LEBIH JAUH, DAKU HARUS PRIORITASKAN KESELAMATAN DUNIA."

Serunya lantang dan melanjutkan kegiatan melenggangnya ia dan membiarkan rasa nyeri-nyeri di kelingking kaki nya yang sebenernya dia juga mau nangis dengan kencang.

Dia udah nangis malahan.

Kembali masuk trek balapan, isa menancap gas yang terdapat pada perutnya dan membuangnya demi menghasilkan turbo tercepat dan terbau sejagat raya.

Ya, tinggal beberapa lap lagi...

Yak.... dan.....

GOL.

Enggak ding, salah chanel.

BRAKKK.

"BERHENTI KALYAN SEMWA ANAK SETAN."

Para husbu melihat kearah cewe ganteng yang barusan menggebrak pintu dapur padahal dapur enggak ada pintunya.

Surai kumelnya kini makin kusut. Wajahnya bercucuran cairan tubuh yang kalo dipanen lumayan buat isi pokari swet.

Bajunya yang dari dulu enggak pernah disetrika kini makin kelihatan kayak gembel shibuya yang kerjanya ngemis melulu padahal orang kaya aslinya.

"Ada apa isa?" Tanya sang husbu kekar, Riou, menghentikan acaranya membersihkan daging cicak raksasa yang ia temukan di dalam selokan tadi pagi.

"BERHENTI MASAK SEKARANG!!" Ucap isa enggak santai memaksakan diri yang masih terengah-engah.

"Kenapa? Shoukan sedang memasak makan siang untuk kita semua." Tanya Riou polos bak anak bayi baru borojol tapi enggak nangis.

"Hahhhh....Riou... Udah berapa kali daku bilang, kalo bagian masak serahin aja ke yang lain.... Ada Hayama disini yang bisa kamu mintain tolong...." Ceramah isa menepuk jidat yang tidak jenong tidak berkilat namun penuh minyak tubuh.

"Shoukan hanya mau membagikan 'bahan' sebagai rasa terima kasih dan perkenalan."

"Yang ada kamu malah bikin mereka puasa satu bulan lagi kalo dikasih sup belatung sama sate bekicot, Riou."

"ASTAGFIRULLAH"

"ALAMAK"

"NJIR"

Di Background husbu pada ribut gaes.

"Tapi, Shoukan...."

"Haduh.... bukannya daku ngelarang kamu masak, tapi serahin aja ke yang lain biar kamu enggak kerepotan. Lagian kamu juga pasti capek dari perjalanan, soalnya daku capek juga." Ucap isa menangkup wajah rupawan sang ciptaan tuhan yang tak bisa kau dustakan walau harus naik kursi dulu biar nyampe.

"...."

"Hahhh.... Youkaishimashita...Shoukan akan berhenti masak." Jawab Riou pasrah setelah liat muka isa yang semerawutan. Kasihan kayaknya liat doi udah kayak mang parkiran aja. Untung sayang.

"Lah terus, siapa yang masak?" Tanya Hijikata watados enggak liat situasi. Emang pada dasarnya dia udah keracunan sekarung mayo minggu lalu, tapi enggak ada yang tau kalo efeknya ternyata bisa abadi gini.

"Lah, kan Hayama yang biasa masak toh?"

"Enggak, aku dah mager. Pass"

"Njir gaya lw bahlul ngepass aja, lw kira kita main beklen apa?"

"Main volly, sa..."

"Bodo ah, goblok."

"Terus siapa yang masak?" Tanya Steven mengangkat sebelah alisnya bingung.

Dirumah ini, yang bisa masak cuman Hayama doang. Soalnya dia kalo masak bisa bikin orang enggak laper sampe taun depan saking enaknya.

Opsi lain, makan masakan special Riou yang dibuat dengan sepenuh hati seperti menjaga anak sendiri.





"..."









"Yaudah, daku aja yang masak.

Rumah IdamanWhere stories live. Discover now